Pianist’s Melody (Part 9)

~Kesamaan karakter ataupun jalan cerita hanyalah faktor ketidaksengajaan. Dilarang keras melakukan aksi Plagiat! Jika teman2 menemukan sesuatu yang mencurigakan, harap segera dilaporkan kepada saya. Say no to plagiat!~

***

Everything Has Changed

 

 

Entah bagaimana caranya Ray membujuk Hana. Ray sudah kehabisan akal mengikuti semua kemauan Hana. Ini terjadi setelah pianis idola Hana—Cho Kyuhyun—mengadakan resital di Seoul. Hana sangat antusias dan tidak sabar menantikan itu. Hana selalu mengikuti setiap pertunjukan Kyuhyun. Hari-hari sebelumnya lebih banyak dihabiskan Hana di rumah. Ia jarang keluar karena kondisi kesehatannya yang sering terganggu. Juga, Tuan Seo Jin Hwan—ayahnya—melarangnya untuk beraktivitas di luar rumah. Namun, semenjak kedatangan Kyuhyun, tidak ada seorang pun yang dapat menahan Hana. Ray-lah pihak yang paling disibukkan saat ini.

Ray hanya menurut saat Hana menyeretnya secara paksa. Kata Hana, hari ini Cho Kyuhyun punya jadwal wawancara di salah satu program televisi. Hana berkata bahwa ia tidak ingin melewatkan kesempatan barang sedikit pun selama Kyuhyun masih berada di Seoul. Ekspresi kagum tak jemu-jemu dipertontonkan oleh Hana saat menatap pada Kyuhyun yang sedang diwawancarai secara live. Dirinya dan Ray duduk bersama-sama dengan para penonton yang hadir di studio.

“Ray, kau lihat? Bagaimana bisa Kyuhyun memiliki wajah setampan itu? Ya, Tuhan. Dia sangat berkharisma,” entah sudah berapa kali Hana mengutarakan kalimat seperti itu sehingga Ray hanya menghela napas. Kalau pujian bisa menjadi lemak, maka Kyuhyun pasti mengalami obesitas.

Penonton lain yang berada di studio sama antusiasnya dengan Hana. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Histeria yang disebabkan oleh pesona seorang Cho Kyuhyun meramaikan studio. Pembawa acara pun tampak sangat pandai memanfaatkan situasi itu dengan melayangkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat penonton seolah menahan napas demi menanti jawaban sang bintang.

“Cho Kyuhyun, sejak kapan kau menyukai piano?” Yoon Se Ra adalah presenter senior yang namanya sudah melambung di dunia hiburan Korea Selatan. Kyuhyun menjadi bintang tamu spesial pada program yang dipandunya.

“Aku tidak ingat kapan tepatnya, tapi aku menyukai piano sejak kecil. Ibuku selalu memainkan piano untukku.”

“Jadi, ibumu adalah seorang pianis juga?”

“Walau bukan seorang pianis terkenal, ibu adalah pianis idolaku dan juga ayah,” semua orang bertepuk tangan setelah mendengar penuturan Kyuhyun.

“Pertanyaan berikutnya agak pribadi, dan semua wanita sepertinya ingin tahu tentang ini,” Yoon Se Ra mengerling. Kyuhyun tersenyum kalem, mungkin ia sudah bisa mengira-ngira ke arah mana pertanyaan yang akan ia terima. “Apakah kau sudah memiliki kekasih?” studio mendadak ramai. Para wanita berteriak dan mengelu-elukan nama Kyuhyun. “Sepertinya mereka begitu ingin tahu tentang ini. Silakan dijawab.”

Kyuhyun tersenyum. Semua orang sudah tidak sabar menanti jawabannya. “Untuk saat ini, aku masih sangat sibuk dan memiliki jadwal yang padat.”

“Apa itu artinya, kau belum memiliki pasangan?” pertanyaan Yoon Se Ra hanya dijawab dengan sebuah senyuman. Kaum hawa bersorak gempita. “Tapi—adakah seseorang yang kau sukai?” pertanyaan yang menelan senyum Kyuhyun, ia diam beberapa saat lalu tersenyum, lagi. “Siapa wanita itu? Kalau kau tidak keberatan, bisakah kau menceritakan sedikit tentangnya?”

“Aku mengenalnya sejak kecil. Dia adalah sebuah melodi yang begitu menawan,” Kyuhyun berujar pelan. Teringat pada kenangan manisnya bersama Yun Ae, “Dia sangat menyukai permainan pianoku, maksudku orang lain juga suka, tapi kalau dia terasa berbeda. Aku suka bagaimana dia mengekspresikan kekagumannya. Tatapannya membuatku merasa bahwa hanya aku yang paling dipujanya,” tapi saat Kyuhyun memikirkan Yun Ae yang sekarang, hatinya begitu pedih. Keadaan di studio ikut hening. Mereka semua terbawa oleh cerita Kyuhyun. Seolah perasaan Kyuhyun ikut mereka rasakan.

Seo Hana termenung sesaat. “Kau memikirkan apa yang kupikirkan, Ray? Aku rasa, orang yang dia ceritakan adalah Yun Ae,” Hana mendesah panjang. Hana tahu desas-desus yang berkembang. Para pelayan terus membicarakan itu. Bibi Han tidak mengatakan banyak hal, tapi ia membenarkan bahwa pianis terkenal itu adalah keponakannya dan dulunya tinggal di rumah mereka. Kebanyakan pelayan adalah pelayan baru, jadi mereka tidak begitu tahu persis ceritanya. Namun, kabar tentang kedekatan Kyuhyun dan Yun Ae menyebar di rumah itu seperti jamur di musim hujan. “Ah, kenapa aku yang sakit hati?” Hana terdengar tidak bersemangat. Ia merasakan hatinya terbakar. Mungkin itu yang dinamakan cemburu. Seharusnya tidak boleh begitu. Ada batasan antara idola dan penggemar.

“Kita semua berharap bisa menyaksikan Cho Kyuhyun bermain piano pada saat ini,” ucapan Yoon Se Ra disambut dengan tepuk tangan para penonton. “Kau tidak keberatan?”

“Tentu tidak, tapi aku tidak tahu apa yang harus kumainkan sekarang.”

“Kuharap itu bukan bentuk halus dari sebuah penolakan.”

“Bukan begitu. Aku hanya tidak tahu, apa yang ingin kalian dengar.”

“Mungkin kau butuh bantuanku.”

“Hm, tidak masalah. Kalau begitu, Nona Yoon Se Ra yang akan mewakili mereka semua. Jadi, aku akan meminta pendapatmu.”

Yoon Se Ra terlihat bersemangat menyambut tantangan Kyuhyun. “Aku sangat menyukai Chopin.”

“Chopin?”

“Ya. Aku selalu mengagumi Chopin sejak kecil. Dia seseorang yang memiliki jiwa melankolis sehingga dia dikenal sebagai salah satu musisi romantic terbesar,” terang Se Ra. Tidak diragukan jika wanita itu sangat menyukai komponis dan pianis asal Polandia tersebut. “Bagaimana dengan Etude Op. 25 No. 11?”

“Wow!” spontan saja Kyuhyun berdecak. “Pilihan pembawa acara kita tidak main-main rupanya,” imbuh Kyuhyun. Yoon Se Ra tertawa.

“Untuk jenius musik sepertimu, komposisi itu bisa dimainkan dengan mata terpejam,” goda Se Ra. Ia mempersilakan Kyuhyun menuju grand piano yang sudah disiapkan di studio. Kyuhyun bangkit berdiri menghampiri grand piano itu, tepukan tangan kembali menggema di dalam studio.

Etude In A Minor Op. 25 No. 11, Winter Wind, adalah salah satu karya Frederic Francois Chopin yang sangat terkenal. Komposisi itu mempunyai level kesulitan yang sangat tinggi.

Keadaan menjadi hening. Semua orang telah menatap Kyuhyun yang tampaknya sudah siap untuk membuai mereka. Lalu dentingan piano terdengar. Dimulai dengan nada yang sangat ringan dan terkesan santai. Beberapa detik selanjutnya, nada itu berubah menjadi melodi yang sangat cepat dengan teknik yang sulit. Semua orang serasa menahan napas melihat permainan Kyuhyun. Kecepatan jarinya menghasilkan melodi yang sangat indah. Menghanyutkan. Permainan itu membuat semua yang mendengar menjadi merinding.

“Dia sangat mampu membuatku jatuh cinta, bahkan hanya dengan mendengar melodinya,” Hana bergumam pelan, matanya terpejam. Jantungnya berdebar keras, meresapi melodi yang membuainya. Tangan Hana terangkat, menyentuh dadanya. Perasaan hangat menyeruak dari dalam sana, menyebar hingga ke seluruh tubuhnya.

Suara tepuk tangan menyadarkan Hana, dan itu artinya Kyuhyun telah menyudahi permainan pianonya. Semua orang berdiri. Hana mengarahkan tatapannya pada Kyuhyun, pada Yoon Se Ra menghampiri Kyuhyun dan menjabat tangan pria tampan itu. Berkali-kali Kyuhyun menundukkan kepalanya sebagai bentuk rasa terima kasih pada semua orang yang sudah menyaksikan dirinya.

Sementara di kediaman Keluarga Seo, sebuah topik penting telah usai dibahas—entahlah, rencana seperti apa yang membuat mereka sesibuk itu. Tuan Seo Jin Hwan meraih secangkir teh panas yang beberapa saat lalu disuguhkan oleh seorang pelayan. Seo Yun Ae dan Lee Donghae juga ada di sana. Tuan Jin Hwan meletakkan kembali cangkir di meja, dan matanya tertuju pada jam dinding.

“Apa Hana belum juga kembali?”

“Iya, Tuan,” Lee Donghae yang menjawab.

“Dia sudah pergi sejak pagi. Hari sudah hampir gelap, tapi dia belum juga pulang. Apa yang dilakukan anak itu?”

“Tuan, sebenarnya—seharian ini Nona Hana berada di sebuah stasiun televisi,” Tuan Jin Hwan mendelik saat mendengar penuturan Donghae. “Setiap hari Nona Hana mengikuti Cho Kyuhyun. Ray Hyung bahkan mengeluh kerepotan karena tingkahnya,” Donghae melanjutkan penjelasannya.

Tidak ada yang dikatakan Tuan Jin Hwan hingga semenit berlalu. Lelaki paruh baya itu hanya memijit pelipisnya. Lalu ia menegakkan tubuh, dari ekspresinya, ia telah memutuskan sesuatu.

“Kita tidak bisa selalu membiarkan Hana seperti itu. Bagaimana jika Hana sakit? Aku tidak akan tenang kalau terjadi sesuatu pada Hana. Aku lebih memilih membiarkan Cho Kyuhyun tinggal di sini. Bersama kita.”

“Tuan!”

“Paman!”

Yun Ae dan Donghae sama-sama terkejut mendengar keputusan yang diambil oleh Tuan Jin Hwan.

“Kita tidak bisa mencegah Hana. Dia pasti akan terus mengejar Kyuhyun. Kalian tahu sendiri, anak itu begitu tergila-gila pada Kyuhyun. Lebih baik membuat Kyuhyun berada di sini, daripada membiarkan Hana berkeliaran di luar.”

“Tapi Paman, aku—”

“Yun Ae, tidak apa-apa. Kita akan menjaga semuanya agar tetap aman. Tidak ada yang akan mengetahuinya, tidak juga dengan Kyuhyun. Kau jangan mencemaskan itu. Bersikaplah sewajarnya.”

Yun Ae tidak setuju dengan tindakan nekat pamannya, tapi ia tidak bisa membangkang. Pamannya itu telah bulat dengan keputusannya. Seo Yun Ae sudah kembali terlihat sangat tenang, entah ia memiliki sesuatu yang harus dikhawatirkan atau tidak.

♪♫♩♬

“Kau yakin kita akan tinggal di sini?”

“Mengapa tidak?”

Jessey menghampiri Kyuhyun. Ia dan Kyuhyun sama-sama bersandar di badan mobil, dan sedang mengawasi rumah mewah di hadapan mereka. “Kau tidak curiga mengapa mereka mengijinkan kita tinggal di sini?”

“Selama aku bisa berada dekat dengan Yun Ae, aku tidak peduli dengan motif mereka,” ujar Kyuhyun seraya melepas kaca mata hitam yang membingkai matanya. Kesibukannya dan sikap Yun Ae sudah cukup menyusahkan Kyuhyun. Mungkin keberuntungan akan berpihak padanya jika ia berada dekat dengan Yun Ae. “Welcome back, Cho Kyuhyun,” Kyuhyun melangkah memasuki rumah itu. Jessey mengikutinya di belakang.

Kedatangan mereka disambut oleh Bibi Han. Wanita itu mengatakan jika orang-orang sedang tidak berada di rumah. Bibi Han mengantar mereka ke kamar masing-masing. Kyuhyun menutup pintu kamar. Tidak ada yang berubah dengan kamar itu. Masih sama persis seperti saat ia lihat terakhir kali, sembilan tahun yang lalu. Setelah meletakkan koper di dekat lemari pakaian, Kyuhyun langsung merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar tidur hingga matanya terpejam.

Di langit, senja telah melukiskan warnanya dan Kyuhyun baru saja terbangun. Ia tidur cukup lama. Untung saja hari ini tidak ada jadwal pekerjaan. Jessey memberinya hari libur sehingga ia bisa merenggangkan otot-ototnya yang tegang. Kyuhyun lantas bergerak ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ia keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk yang ia sampirkan di pundaknya. Kyuhyun keluar dari kamar, dan berniat mencari Jessey. Ia tidak menyadari jika ada seorang wanita yang mematung, tampak tak percaya karena melihat keberadaannya. Seo Hana berkali-kali menampar pipinya.

“Kau benar-benar…Cho Kyuhyun?” ia bertanya, sebab tak yakin jika itu bukan sebuah halusinasi. Kyuhyun menoleh padanya dan seketika Hana lupa bernapas karena melihat Kyuhyun justru berjalan mendekatinya.

“Seo Hana, benar?” Kyuhyun tersenyum dan Hana melambung. Hana mengedipkan matanya kuat-kuat. Ia masih sulit memercayai apa yang dilihatnya sore ini. Idolanya berdiri di hadapannya dan sekarang sedang mengulurkan tangan padanya. Ragu-ragu Hana menjabat tangan itu. “Kita akan sering bertemu,” kata Kyuhyun.

“Ng, sering bertemu?”

“Kau belum tahu, ya?” Kyuhyun jadi kelabakan sendiri. Seolah Hana sedang menelanjanginya karena menatapnya begitu. “Mungkin kau akan sedikit tidak nyaman. Aku akan tinggal di sini untuk beberapa saat.”

Seo Hana membekap mulutnya. Ia mendelik hebat. Mimpi apa semalam? Cho Kyuhyun akan tinggal di rumahnya? Ia dan Kyuhyun seatap? Jadi ia tidak perlu repot-repot menguntit Kyuhyun, sungguh? Hebat.

“Kyuhyun,” Jessey menyapa Kyuhyun. Mereka tidak begitu memerhatikan dari arah mana Jessey muncul, tahu-tahu ia sudah mendekati mereka. “Nyenyak sekali tidurmu, aku jadi tidak tega membangunkanmu.”

“Kau dari mana? Kupikir kau juga masih tertidur.”

“Tidak. Aku membaca di kebun belakang, sambil mengurusi pekerjaan. Phil terus menelepon. Dia berkata kalau akan ada konser harmoni orkestra di Vienna dan memintamu menjadi penampil solo. Aku belum memberinya jawaban,” terang Jessey panjang lebar. Ia terlihat sangat lelah. Kyuhyun mengangguk-angguk paham, tapi tidak juga memberi persetujuan. Lalu tatapan Jessey beralih pada Hana yang masih mematung dan menghujani Kyuhyun dengan sinar mata yang begitu memuja. “Bukankah, dia wanita yang terus-terusan mengikutimu, Kyu?” tanya Jessey, sengaja memelankan suaranya.

“Kau belum berkenalan dengannya? Dia Seo Hana, sepupu Yun Ae,” ujar Kyuhyun. Dari sorot mata Jessey seolah tersirat sebuah pertanyaan yang menggambarkan keterkejutannya; What? Namun, Kyuhyun hanya tersenyum sambil membesarkan mata sehingga buru-buru Jessey mengulurkan tangan pada Hana.

“Jessey. Managernya Kyuhyun,” Jessey mengenalkan diri dengan gaya Amerikanya.

“Aku Seo Hana,” balas Hana seraya menyambut tangan Jessey. “Kalian benar-benar akan tinggal di sini?” Hana masih belum percaya, sehingga ia membutuhkan klarifikasi Jessey yang langsung dibenarkan Jessey dengan sebuah anggukan. “Luar biasa. Aku sangat senang,” pekiknya girang. Hana tidak bisa menyembunyikan rona kebahagiaan di wajahnya. Lalu buru-buru ia pergi untuk menemui Bibi Han. Ada banyak hal yang ingin ia bahas dengan wanita itu. Kyuhyun dan Jessey saling pandang lalu tersenyum geli melihat kepolosan Hana.

♪♫♩♬

Pertemuan-pertemuan yang tanpa disengaja terus terjadi antara Kyuhyun dan Yun Ae. Mau bagaimana lagi, sekarang mereka tinggal di rumah yang sama. Pertemuan seperti itu tidak bisa dihindari. Yun Ae tidak pernah memberi respon yang berarti. Hari demi hari, perlakuannya pada Kyuhyun justru memburuk. Yun Ae sangat tidak bersahabat. Dirinya bahkan tidak segan-segan menunjukkan ketidaksenangannya akan kehadiran Kyuhyun di rumah itu.

Seperti pagi ini, Kyuhyun dan Yun Ae berpapasan saat akan menuruni tangga. Memulai hari dengan kesialan, jika Kyuhyun tidak menolongnya, mungkin Yun Ae sudah celaka karena high heels yang ia kenakan. Bersentuhan dengan Yun Ae selalu membuat Kyuhyun berdebar-debar. Rasa seperti itu tidak pernah hilang, walaupun Yun Ae telah banyak berubah. Yun Ae justru menjauhkan diri dari Kyuhyun. Ia melepaskan tangan Kyuhyun.

“Terima kasih,” kata Yun Ae.

“Kau baik-baik saja?” Kyuhyun selalu mencemaskannya.

“Iya.”

“Nona,” panggil Kyuhyun. Yun Ae tadinya hendak pergi. “Aku—”

“Jangan,” potong Yun Ae. “Tolong jaga jarak dariku. Kita tidak bisa kembali seperti dulu.”

“Nona, kenapa kau berkata begitu? Kau selalu saja menghindariku.”

“Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Cho Kyuhyun, aku tidak seperti yang kau kira. Aku bukan lagi Seo Yun Ae yang kau kenal. Jadi, lupakan saja semua yang pernah terjadi di antara kita.”

Selepas berkata demikian, Yun Ae benar-benar pergi dari hadapan Kyuhyun yang hanya menatap nanar. Kyuhyun merindukan saat-saat Yun Ae sangat bergantung padanya. Yun Ae yang begitu ceria dan menyukainya. Kyuhyun bertanya-tanya dalam hati; apa yang telah terjadi sehingga membuat Yun Ae berubah menjadi wanita salju? Sembilan tahun memang bukan waktu yang singkat untuk membuat seseorang tetap bertahan dan tak berubah.

“Ada apa denganmu, Kyu?” Bibi Han bertanya sambil menyentuh lengan atas Kyuhyun. Kyuhyun tidak mengatakan apa-apa.

Beberapa saat kemudian, mereka telah berpindah tempat untuk melanjutkan percakapan mereka. Bibi Han menyodorkan piring kecil yang berisi dua potong kue keju, dan juga secangkir teh yang diberi madu.

“Aku tidak mengerti. Kenapa nona terlihat sangat membenciku? Aku tidak bisa mengingat kesalahan apa yang sudah kubuat terhadapnya. Mungkinkah dia marah karena aku tidak menemuinya selama ini? Ah, salah siapa yang membohongiku dengan mengatakan nona sudah meninggal dunia?” Kyuhyun mengutarakan isi hatinya. Berkali-kali ia mendesah.

“Tidak, Kyu. Nona tidak pernah marah padamu. Bibi sudah mengatakan padamu sebelumnya, jika nona tidak seperti nona yang dulu.”

“Aku tahu. Hanya saja, aku tidak mengerti dengan situasinya. Kepalaku rasanya akan pecah karena memikirkan itu.”

“Kyu, tolong pahami saja keadaannya,” Bibi Han memandang iba pada Kyuhyun. Tidak banyak yang bisa ia lakukan terhadap pria itu.

“Bagaimana dengan In Hee?” tiba-tiba saja Kyuhyun teringat pada sahabat baik Yun Ae semasa SMA. “Bibi mengingat Cha In Hee? Dia dan nona sangat dekat. Beberapa kali In Hee menginap di sini. Kudengar, nona akan menemui In Hee pada hari kecelakaan itu terjadi.”

“Ah, iya—In Hee. Nona mengalami kecelakaan sebelum bertemu In Hee.”

“In Hee sering datang menemuinya?”

“Tidak. In Hee sudah menikah dan mengikuti suaminya. Mereka sudah menetap di Jepang. Dulu, dia sering menelepon sekadar menanyakan kabar nona.”

“Bibi masih punya nomor ponselnya?”

“Iya, tapi kenapa kau membutuhkan nomor ponsel In Hee?”

“Akan ada reuni dengan teman-teman di SMA, ada baiknya jika aku bisa mengabari In Hee. Mungkin saja dia bisa datang,” jawab Kyuhyun, berbohong. Ia tak mengerti kenapa harus membohongi bibinya, tapi tatapan mata bibinya terlihat meragukan banyak hal darinya.

“Baiklah,” Bibi Han segera memberikan nomor ponsel In Hee pada Kyuhyun.

“Terima kasih. Aku harus pergi berlatih,” Kyuhyun pamit. Buru-buru ia menjauh, menuju kamarnya dan langsung menghubungi nomor In Hee. Ada nada sambung. Beberapa saat Kyuhyun menunggu dan panggilannya di terima. “Hallo.”

“Ya, Hallo?” tidak salah lagi. Itu adalah suara In Hee.

“Cha In Hee?”

“Iya, benar. Maaf, Anda siapa?”

“Ini aku, Cho Kyuhyun,” ujar Kyuhyun. Mendadak keadaan di seberang menjadi senyap. “In Hee? Kau mendengarku?”

“Astaga! Serius? Kau Cho Kyuhyun?” rupanya In Hee membutuhkan beberapa saat untuk mengembalikan kesadarannya setelah mengetahui siapa yang menghubunginya. “Bagaimana kau tahu nomor ini?”

“Bibi Han. Aku mendapatkan nomormu darinya.”

“Oh, benar, kau sedang di Seoul. Aku melihat beritanya di televisi. Kau orang terkenal sekarang. Omong-omong, kau meneleponku bukan karena kebetulan, kan?”

“Ada yang ingin kutanyakan padamu,” Kyuhyun mengembuskan napas panjang. “Aku tidak tahu, apa pentingnya mengatakan ini padamu—tapi, aku mengetahui kalau Yun Ae masih hidup baru-baru ini.”

“Apa? Maksudmu—selama ini kau mengira Yun Ae sudah meninggal?”

“Mereka mengatakan seperti itu padaku. Aku mendengar sendiri dari mulut Bibi Han. Bagaimana aku tidak percaya?”

“Tunggu. Tunggu. Aku masih tidak paham. Mengapa mereka harus membohongimu?”

“Aku juga hampir gila di sini. Orang yang dikabarkan telah meninggal dunia tiba-tiba berdiri di hadapanku dan dia berubah drastis. Okay, kemungkinan seperti itu pasti ada, apalagi Yun Ae mengalami kecelakaan fatal yang bisa berpengaruh pada otaknya. In Hee, saat kecelakaan itu—kau ada di sana?”

“Aku sedang di kafe. Lama sekali aku menunggu, tapi Yun Ae tidak kunjung datang. Aku baru mengetahui kabar itu setelah menelepon ke rumahnya, karena ponsel Yun Ae tidak bisa dihubungi. Seorang pelayan yang mengatakan padaku. Sesampai di rumah sakit, Yun Ae sedang berada di ruang operasi. Jadi aku tidak dapat menemuinya hari itu,” In Hee diam sejenak, mengambil jeda. “Keesokan harinya aku pergi ke rumah sakit, tapi aku tidak diperbolehkan menemui Yun Ae. Mereka hanya bilang kalau Yun Ae belum melewati masa kritisnya. Setiap kali aku ke sana, aku tidak pernah bisa melihat Yun Ae. Kupikir, aku mungkin tidak akan pernah bertemu Yun Ae lagi. Bahkan setelah sadar dari tiga tahun komanya, Yun Ae sendiri yang menolak menemuiku.”

Mendengar penjelasan In Hee, semakin banyak benang kusut di dalam kepala Kyuhyun. Ini seperti memecahkan teka-teki yang sangat rumit, jauh lebih sulit daripada menuntaskan permainan kubus rubik dengan level tersulit sekalipun. Setelah pembicaraan mereka berakhir, Kyuhyun masih termenung di dalam kamar.

-Bersambung-

Yuuk, teka-teki masih berlanjut 🙂

Kabar gembira bagi kalian yang menanyakan kelanjutan Drama

Drama Part 18 akan diposting pada tanggal 3 Februari 2017

Kalian pasti tau dong kenapa sy milih tanggal itu hehehe

So… keep waiting & see u soon 🙂