Pianist’s Melody (Part 11)

pianists-melody-poster-2

~Kesamaan karakter ataupun jalan cerita hanyalah faktor ketidaksengajaan. Dilarang keras melakukan aksi Plagiat! Jika teman2 menemukan sesuatu yang mencurigakan, harap segera dilaporkan kepada saya. Say no to plagiat!~

***

Complicated

 

 

Kalau kau ada di sini, Yun Ae mungkin akan baik-baik saja. Aku berharap suatu hari kau akan menemukan surat ini. Apa pun yang terjadi, tolong jaga putriku.

Tangan Kyuhyun yang memegang secarik kertas itu masih gemetar sejak beberapa menit lalu. Jantungnya berdentam hebat di dalam sana. Tanpa sengaja ia menemukan surat tersebut di bawah tumpukan buku-buku lamanya. Sebuah pesan yang ditinggalkan oleh mendiang Tuan Seo Dong Hwan, ayah Yun Ae. Apa artinya Tuan Seo pernah masuk ke kamar ini? Kenapa Tuan Seo sampai-sampai meninggalkan pesan seperti itu?

Di hari yang sama, Kyuhyun sengaja mendekati beberapa pelayan yang kebetulan sedang mengobrol di sebuah ruangan yang biasanya dipakai mereka untuk beristirahat jika sedang senggang. Mereka tersipu-sipu malu saat Kyuhyun menghampiri mereka. Rasa penasaran Kyuhyun sudah sampai pada tahap yang tidak dapat dikendalikan.

“Tuan Muda, Anda membutuhkan sesuatu?”

“Jariku terluka, dan aku tidak bisa menemukan kotak P3K di sini,” Kyuhyun beralasan. Seorang di antara mereka buru-buru pergi dan kembali sambil membawa sebuah kotak. Ia menyerahkan obat salep dan sebuah plester pada Kyuhyun. “Terima kasih,” Kyuhyun berujar sambil memamerkan senyum menawannya dan mereka terlihat menahan napas. “Ke mana semua orang?”

“Tuan Seo Jin Hwan, Nona Yun Ae dan Sekretaris Lee sudah pergi sejak pagi dan belum kembali. Nona Hana dan Ray juga pergi, tapi entah ke mana.”

“Omong-omong, apa sikap Nona Yun Ae selalu seperti itu?” pancing Kyuhyun.

“Seingatku, begitulah Nona Yun Ae sejak aku bekerja di sini. Nona hampir tidak pernah tersenyum. Terkadang dia membuatku merinding.”

“Benar. Padahal, kalau kudengar, dulunya Nona Yun Ae tidak begitu. Ah, Tuan Muda, bukankah Tuan Muda dulu bersahabat dengannya?” pertanyaan pelayan itu dibenarkan Kyuhyun dengan mengangguk pelan. “Nona tiba-tiba saja berubah setelah pulih dari kecelakaan. Kami memang tidak tahu banyak sebab kami semua pelayan baru. Orang lama di rumah ini adalah Kepala Pelayan Han. Entah hanya perasaanku saja atau bukan, tapi di sini ada hal-hal tertentu yang sengaja disembunyikan.”

“Ah, benar. Kami bahkan tidak diperbolehkan mendekati ruangan itu.”

Para pelayan itu saling bercerita dan Kyuhyun menyimak mereka dengan baik. Alis Kyuhyun berkerut, “Ruangan apa?” tanyanya saat seorang pelayan menyinggung sebuah tempat.

“Ada sebuah ruangan di lantai tiga yang selalu terkunci. Beberapa kali aku melihat Tuan Seo, Nona Yun Ae dan Sekretaris Lee keluar dari sana. Entah apa yang mereka lakukan di sana.”

Perkataan para pelayan tentang sebuah ruangan telah menarik perhatian Kyuhyun. Alasan mengapa saat ini Kyuhyun sudah mengendap-endap di lantai tiga. Ini akhir pekan, jadi Bibi Han pergi ke Busan. Setidaknya Kyuhyun tidak perlu cemas akan tertangkap basah oleh bibinya. Dulu, dirinya dan Yun Ae hanya akan ke lantai tiga jika ingin bermain billiard atau berenang. Di rumah itu ada dua kolam renang. Satu di samping rumah, dan yang satunya lagi kolam dalam ruangan yang berada di lantai tiga. Kalaupun ingin berenang, Yun Ae lebih suka berenang di alam terbuka jadi pilihannya jatuh pada kolam di samping rumah.

Ruangan yang dimaksud para pelayan sudah tampak di depan mata Kyuhyun. Pintunya tertutup rapat. Setahunya, itu adalah sebuah kamar. Ada beberapa kamar yang memang tidak terpakai, namun tetap terawat baik. Kyuhyun memegang gagang pintu. Ada yang berubah di sana. Ia ingat kalau sebelumnya kamar itu bebas dimasuki siapa saja. Namun, sekarang kamar tersebut menjadi satu-satunya kamar yang dilengkapi video intercom serta membutuhkan passcode untuk membuka pintunya. Terlalu berlebihan dan aneh, pikir Kyuhyun.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

Suara itu menghentakkan Kyuhyun. Bukan Bibi Han, tapi justru Seo Yun Ae yang berdiri di sana.

“Aku hanya berjalan-jalan,” elak Kyuhyun. “Tadi aku bermain billiard,” tambahnya lagi karena Yun Ae menatapnya penuh kecurigaan.

Yun Ae terdiam beberapa saat, lalu kemudian berkata, “Tidak ada yang dapat kau temukan di sini, jadi pergilah!” ia berbalik dan pergi.

Kyuhyun mematung beberapa saat lalu mengayunkan kakinya cepat menyusuli Yun Ae. Ia memegang lengan atas Yun Ae, “Nona,” menghentikan Yun Ae. “Kau sudah melupakanku? Kau yang menyuruhku untuk tidak mengencani gadis mana pun, lalu kenapa sikapmu berbalik?” mata Kyuhyun berkilat-kilat. Kekecewaan meremukannya hingga tak berbentuk.

Sekian detik tidak ada suara yang keluar dari mulut Yun Ae. Hanya sorot matanya yang tiba-tiba saja menatap sendu pada Kyuhyun. “Maaf,” katanya penuh penyesalan. Ada yang berbeda yang ditangkap Kyuhyun dari ekspresi Yun Ae. Pria itu menggeleng, tidak menyukai yang dikatakan Yun Ae. Lalu ia menarik Yun Ae, mendekapnya erat. Getarannya terasa berbeda, tidak seperti dulu. Apa karena sikap Yun Ae? Kyuhyun kembali menggeleng lemah. Bagaimanapun, Seo Yun Ae adalah melodinya. Hanya Yun Ae yang ia cintai. Seharusnya begitu.

“Nona, katakan sesuatu. Jangan menghukumku seperti ini.”

Yun Ae menarik diri dari pelukan Kyuhyun. “Bisakah kau menunggu sedikit lebih lama?” senyuman hangat di bibir Yun Ae membuat Kyuhyun tertegun dan dadanya berdebar-debar. Yun Ae yang berdiri di hadapannya bukan Yun Ae yang selalu bersikap dingin. Kyuhyun tak dapat berkata-kata bahkan setelah wanita itu pergi dari hadapannya.

Apa yang baru saja terjadi? Apakah selama ini Seo Yun Ae hanya berpura-pura? Yang tadi itu, Yun Ae menampilkan kepribadiannya yang dikenal Kyuhyun. Seo Yun Ae yang ramah dan penuh kehangatan. Kyuhyun membeku di tempatnya berdiri. Ia bisa mati mendadak karena rasa penasarannya. Sikap Yun Ae bisa membunuhnya secara perlahan. Buru-buru Kyuhyun pergi dari situ dan ia langsung menuju kamar Jessey, mengagetkan Jessey yang sedang membaca sambil tidur-tiduran. Ada semangkuk penuh popcorn di hadapannya.

“Tolong lakukan sesuatu untukku,” Kyuhyun menutup pintu dan mendekati Jessey yang sudah kembali mengurai novel romantis kesukaannya.

Okay,” jawab Jessey, santai.

“Aku ingin kau menyelidiki sesuatu.”

Seketika Jessey menoleh pada Kyuhyun, ia tampak terkejut. Lalu ia mulai memperbaiki posisinya dan duduk setelah menutup novel. “Cho Kyuhyun, aku ini memang managermu, tapi bukan berarti kau seenaknya menyuruhku untuk melakukan ini dan itu. Kau pikir aku ini detektif, hah?”

“Terserah kau mau menyelidiki sendiri atau ke Jepang dan meminta bantuan Conan, aku tidak peduli,” ujar Kyuhyun santai. Ia duduk di tempat tidur Jessey dan mencomot popcorn lalu menjejalkan popcorn itu ke dalam mulutnya. Jessey hanya menggerutu, sebal. Cho Kyuhyun selalu tidak terbantahkan dan itu artinya Jessey tidak diperkenankan untuk menolak permintaan sang pianis.

Setelah menangani Cho Kyuhyun yang terlihat menuju ke lantai tiga, Seo Yun Ae segera beralih ke tempat yang biasanya mereka pakai untuk membicarakan masalah pekerjaan. Ruang kerja ayahnya.

“Segera setelah Yun Ae diperkenalkan pada publik, mereka pasti tidak akan tinggal diam,” Tuan Seo Jin Hwan berujar pelan.

“Tuan, sebaiknya Nona Hana dikirim ke tempat yang aman. Aku cemas jika mereka akan melakukan sesuatu terhadapnya,” usul Sekretaris Lee.

“Tidak, mereka tidak akan melakukan itu,” giliran Yun Ae yang berbicara. “Fokus mereka hanya aku. Jadi, persiapkan saja semuanya sesuai rencana. Kali ini kita tidak boleh gagal.”

Keadaan menjadi hening. Masing-masing bertarung dengan pikiran mereka. Dalam beberapa hari, akan ada pesta ulang tahun perusahaan. Pada saat itu, Seo Yun Ae akan melakukan pidato pertamanya sebagai CEO baru. Ada tujuan lain yang harus mereka kejar dibalik pengenalan Yun Ae kepada publik.

♪♫♩♬

Moonlight Sonata, sebuah perasaan cinta Beethoven untuk Giulietta. Kyuhyun punya kenangan tersendiri terhadap komposisi tersebut. Seo Yun Ae sangat menyukai itu dan selalu meminta Kyuhyun untuk memainkannya. Setiap not yang mengalun, meresap hingga ke sanubari Kyuhyun. Betapa ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Beethoven kala itu. Perasaan cinta yang tak terwujud. Perasaan kecewa dan putus asa. Kemarahan yang meluap-luap. Apakah selamanya Yun Ae hanya akan menjadi sebuah melodi yang jauh? Yang tidak seorang pun dapat menggapainya, sekalipun Kyuhyun?

Napas Kyuhyun tidak beraturan, ia terlalu menggebu-gebu dan menghayati permainannya. Sampai-sampai dadanya terasa sangat sesak. Seo Hana sudah sejak tadi berdiri di sana, dekat pintu. Terhanyut dalam melodi Kyuhyun. Hana kembali memegangi dadanya yang berdebar aneh. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri Kyuhyun yang semakin sedih setelah memainkan Moonlight Sonata. Pelan, tangannya menyentuh pundak Kyuhyun membuat pria itu menoleh. Kyuhyun selalu tersenyum padanya seperti saat ini, padahal Hana tahu jika perasaan Kyuhyun sedang buruk. Hana duduk di sebelah Kyuhyun, membiarkan Kyuhyun menatapnya dan ketenangan terus terjalin tanpa seorang pun di antara mereka yang berbicara.

“Itu sangat indah,” Hana yang mengawali pembicaraan. Ia membalas tatapan Kyuhyun dan tersenyum pada pria itu. “Sekaligus sangat terdengar sangat menyedihkan.”

Senyuman Kyuhyun sedikit memudar. Yang dikatakan Hana memang benar. “Aku hanya teringat pada seseorang di masa lalu.”

“Aku iri padamu,” Hana memandang lurus ke depan, tatapan kosongnya menarik perhatian Kyuhyun. “Ada seseorang yang bisa kau kenang,” kata-kata Hana cukup menghenyakkan Kyuhyun. Namun, Hana memilih untuk tidak membicarakan itu. “Kau tahu, sejak pertama kali mendengarmu bermain piano, aku langsung menyukainya. Aku bahkan bergeming di depan televisi. Musikmu seperti bercerita. Musik yang sangat hidup. Seperti hadiah dari Tuhan yang diberikan melalui permainan pianomu,” Hana menatap langsung ke manik mata Kyuhyun. Sinar mata Hana yang begitu tulus meresap ke dalam diri Kyuhyun. “Jangan bersedih.”

“Hana,” Kyuhyun kehilangan kata-katanya. Seperti tertelan begitu saja. Kyuhyun diam saja saat tangan Hana bergerak ragu, mendekati wajahnya. Sentuhan Hana di pipinya mengirim getar halus ke seluruh tubuhnya. Ia terpaku memandang senyuman Hana yang begitu menentramkan.

“Karenamu, aku percaya adanya cinta. Musikmu, melodimu—aku jatuh cinta hanya karena mendengar itu. Aku tidak punya banyak kenangan indah, setiap malam kulalui dengan mimpi buruk. Namun, musikmu mengubah segalanya. Aku ingin kau tahu bahwa kau sangat berarti. Kau mungkin tidak menyadari itu, tapi kau telah menolongku. Jadi, jangan terlalu bersedih. Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu.”

Ini aneh. Senyuman Hana, kata-kata Hana, atau apa pun yang Hana lakukan telah membuat Kyuhyun berdebar. Perasaan seperti itu sudah sangat lama tidak ia rasakan. Hana membangkitkan semuanya, dan yang lebih anehnya lagi, Kyuhyun tidak keberatan. Tanpa sadar, ia mengijinkan Hana masuk ke dalam hatinya.

Sekujur tubuh Hana memanas, Kyuhyun sedang menatapnya dalam dan itu terasa hangat sampai ke sum-sumnya. Apakah harus Hana akui kalau ia tidak hanya mencintai musik Kyuhyun? Haruskah ia mengatakan perasaannya sekarang? Namun, apa pun itu, Kyuhyun membuatnya telah kehilangan kendali, sehingga tanpa sadar ia bergerak dan mengecup singkat bibir Kyuhyun. Hana terkejut dengan apa yang ia lakukan dan langsung membekap mulut dengan kedua tangannya.

Wow. Kyuhyun jauh lebih terkejut daripada Hana. Sama sekali tidak menduga jika Hana akan melakukan itu. Keduanya terdiam sementara debaran jantung mereka meningkat tiap detiknya. Hanya saling pandang dengan sorot mata yang sangat sulit diterjemahkan. Cho Kyuhyun sudah tidak dapat berpikir dengan jernih dan berakhir dengan tindakannya yang mencium Hana. Seperti ada bom berkekuatan besar yang meledak dalam diri Hana saat merasakan kelembutan Kyuhyun. Kehangatan Kyuhyun tersampaikan hingga ke sekujur tubuhnya. Sengatan-sengatan kecil yang membuat matanya ikut terpejam dan ia mulai membalas ciuman Kyuhyun. Untuk beberapa saat, dua orang itu terbawa suasana. Kyuhyun merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang salah, akan tetapi terasa benar disaat yang bersamaan.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Kyuhyun mendorong pelan tubuh Hana. “Maaf,” suara Kyuhyun bergetar.

“Kenapa, kau meminta maaf?” wajah Hana memerah.

“Ini salahku. Seharusnya aku tidak melakukannya,” Kyuhyun menyesali keteledorannya. Apa yang ia lakukan tadi? Kenapa ia bisa melakukan hal segila itu? “Ini tidak benar,” Kyuhyun bergumam sambil menggeleng pelan. Bagaimana bisa ia mengkhianati Yun Ae semudah itu? Sekalipun Yun Ae bersikap dingin, tidak seharusnya ia menyerah. Bahkan dirinya tahu bahwa Yun Ae tidak akan pernah tergantikan. Satu-satunya melodi di dalam hatinya.

Napas Hana sedikit memburu, dadanya terhimpit dan matanya memanas. “Karena Yun Ae?” tanyanya. Kyuhyun tersentak. Seo Hana juga tahu? “Kau merasa menyesal pada Yun Ae, kan? Tapi aku juga mencintaimu,” air mata Hana menetes begitu saja.

“Hana,” untuk sesaat, pikiran Kyuhyun melambung jauh. “Kau tidak boleh jatuh cinta padaku.”

“Kau sangat kejam. Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padamu?” isak Hana. Kyuhyun tidak selembut yang ia kira. Kyuhyun bahkan dapat berlaku sekejam itu padanya.

Tudingan Hana membuat Kyuhyun seperti baru saja mengalami dejavu. Ia pernah melewati kejadian seperti ini dengan Seo Yun Ae. “Hana,” mungkin takdirnya telah digariskan untuk menyakiti hati wanita-wanita yang tulus mencintainya.

“Kalau kau tidak berniat membalas perasaanku, lalu mengapa kau menciumku?” dan Kyuhyun tidak tahu apa yang harus ia katakan. Hana bangkit berdiri, sambil menyeka air matanya, lalu ia berkata, “Maaf, aku yang salah. Seharusnya aku sadar jika kau tidak mungkin memberikan hatimu pada wanita lain,” Hana pun pergi dari situ.

Cho Kyuhyun menatap gamang, merenung sendirian. Bagaimana Kyuhyun harus menjelaskan pada Hana? Ia sama sekali tidak menganggap Hana sebagai sebuah pelarian, perasaan seperti itu tumbuh tanpa bisa dicegah. Namun, setiap kali mengingat Yun Ae, ia merasa telah melakukan hal yang salah. Yun Ae adalah tanggung jawabnya. Kyuhyun tidak bisa membiarkan Yun Ae seperti itu, apalagi setelah ia menemukan surat yang ditinggalkan mendiang Tuan Seo Dong Hwan. Mungkin tidak akan sesakit ini jika Kyuhyun tidak menyangkali perasaannya. Bahwa hatinya mulai berubah haluan. Sekarang ia terjebak dalam perasaannya sendiri. Ia menengadahkan kepala dan memejamkan mata. Dilema yang membuat seluruh tubuhnya terasa bermasalah.

♪♫♩♬

Hari ini Seo Yun Ae akan diperkenalkan sebagai CEO yang baru. Pada hari peringatan ulang tahun perusahaan; Yun Ae akan memberikan pidatonya untuk pertama kali. Sejak kemarin, orang-orang begitu sibuk. Bahkan ada beberapa aktivitas aneh, seperti bertambahnya pengawal pribadi di rumah itu. Kyuhyun merasa seperti sedang tinggal di penjara. Ray; si pengawal Hana, bahkan terlihat seperti penguntit tingkat dewa yang selalu mengekori Hana ke mana pun wanita itu pergi.

Ah, berbicara tentang Hana, pikiran Kyuhyun masih terganggu dengan kejadian waktu itu. Sekarang, ia dan Hana menjadi canggung jika berpapasan satu sama lain. Kyuhyun merasa bersalah. Mereka kembali menjadi dua orang asing yang tidak saling bertegur sapa.

Kyuhyun yang sedang menonton televisi tersentak kaget setelah Jessey menempelkan minuman kaleng dingin ke pipinya. Ia lantas mengambil minuman itu, membuka penutupnya dan langsung menyegarkan kerongkongannya. Sementara Jessey sudah mengambil tempat di sisinya.

“Sekarang kau akan marah padaku karena melarangmu keluar rumah sehingga kau tidak bisa berada di pesta itu?”

“Tidak, tapi aku mulai merasa bosan berdiam diri di rumah.”

“Jadi, kau tidak keberatan jika aku menerima tawaran Phil?” Jessey terlihat bersemangat. Setelah mendengar beberapa sahabatnya semasa di Juilliard akan tampil di Vienna, Jessey sangat ingin pergi ke sana.

“Kalau kau bersikap baik padaku, aku akan mempertimbangkan tawaran itu,” Kyuhyun berkata santai dan menelan lagi minuman dinginnya.

Jessey menarik napas panjang. “Kapan penyakit menyebalkanmu ini sembuh?” ia menendang kaki Kyuhyun. Pria itu hanya tertawa disela-sela ringisannya. Mengerjai Jessey adalah kesenangan tersendiri baginya. Kegiatan mereka diinterupsi oleh kemunculan Hana dan Ray. Tatapan Hana dan Kyuhyun bertemu, lalu buru-buru Hana pergi. “Kulihat ada sesuatu yang terjadi di antara kalian,” sambil memicingkan matanya, Jessey mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun. “Kalian bertengkar? Tapi hubungan seperti apa yang kalian miliki sampai-sampai kalian harus terlihat dalam sebuah pertengkaran?” Kyuhyun tidak menjawab dan justru meneguk kembali isi kaleng di tangannya hingga tak bersisa. Jessey hanya mengedikkan bahu. Sebal.

Tidak ada gunanya Jessey memaksa Kyuhyun berbicara. Kyuhyun akan membiarkan Jessey terus penasaran perihal Hana. Cara yang tepat untuk membalas Jessey karena wanita itu bersikeras melarangnya keluar rumah. Lama tidak beraktivitas ternyata cukup menjenuhkan. Sebenarnya keadaan Kyuhyun sudah membaik, Jessey saja yang terlalu paranoid. Kyuhyun kembali menyibukkan diri dengan remote di tangannya. Beberapa chanel  sedang memberitakan CEO baru sebuah perusahaan besar di Seoul. Mulai sekarang, Yun Ae akan lebih sering disorot oleh kamera.

Seo Yun Ae sukses menjadi pusat perhatian. Pasalnya, Yun Ae sudah bertahun-tahun tidak terlihat. Bahkan pada pemakanan ayahnya sendiri.  Orang-orang selalu bertanya ke mana perginya Seo Yun Ae? Dan setelah menghilang bagai di telan bumi, Yun Ae mengejutkan semua orang dengan kemunculannya yang begitu tiba-tiba, apalagi ia menjadi CEO menggantikan posisi mendiang ayahnya yang selama ini dijabat sementara oleh pamannya.

Berita tentang wanita itu menghiasi setiap layar kaca. Begitu pun demikian yang terjadi di suatu tempat di Korea Selatan. Lebih spesifiknya, di sebuah ruangan yang begitu luas dengan interior design mewah dan berkelas. Ada sekumpulan pria berpakaian serba hitam yang semuanya berdiri tegap, membentuk barisan bertampang garang. Jauh di depan mereka, ada seorang pria yang duduk di belakang meja, kelihatannya seperti meja kerja. Retina pria bertubuh tambun itu tidak berpindah dari wajah Yun Ae yang terpampang di televisi.

“Oh. Jadi, gadis itu masih hidup?” ia bergumam pelan setelah mematikan televisi. Matanya tampak berkilat-kilat dan ia menyeringai. Sorot mata itu seperti baru saja menemukan mangsa yang telah lama diburu. Lelaki tersebut tak setenang yang terlihat, sebab kedua tangannya sudah mengepal kuat di atas meja.

-Bersambung-

Sampai di part ini, yang gak suka sama Hana angkat tangannya dong!

Padahal kalo menurut sy Hana gak salah sih. Semua orang bebas untuk jatuh cinta pada siapa saja, kan? Jadi, kenapa Hana kalian benci? Kenapaaaaa? Kenapa kalian sensi banget sih sama Hana? *pura2 gak tau*

Ya iyalah, secara yang berjuang dari kecil itu Yun Ae, trus si Hana datang2 langsung terima hasil? Kan gak adil!

Jadi, ini salah siapa? Salah Hana yang jatuh cinta pada Kyuhyun? Salah Kyuhyun yang ternyata kurang setia? Atau salah Yun Ae yang bersikap dingin? *mari minum teh sambil ngompor2in reader*

Note :

Buat yang jomblo, malmingnya di rumah aja ya sambil baca ff. Gak usah keluar rumah penuh2in jalan, malah bikin macet *kabur*

101 respons untuk ‘Pianist’s Melody (Part 11)

  1. ayu pujining berkata:

    itu siapa yang sedang nonton tv?
    aku kok lebih pro sama hana ya?
    dia kaya yun ae pas kecil.
    kangen sama kyunie.

  2. HanShaJoo berkata:

    Apa sih sebenarnya yg terjadi?
    Siapa itu yg adegan terakhir?
    Apa hubungannya dgn yun ae ya?
    Banyak amat prtanyannya. Hhhh mian..

Tinggalkan Balasan ke FitriFitri Batalkan balasan