After Story…I Fell In Love, My Trouble Maker Girl (Part 1)

Image

Main Cast    :

–  Cho Kyuhyun as Kyuhyun Edmund Francaise

–  Neva (You)

–  Other cast

~~>  FF ini murni imaginasiku, say no to plagiat!!!

Note             :

Sebelumnya saya udah nulis cerita yang judulnya “I Fell In Love, My Trouble Maker Girl” yang menceritakan kisah cinta kakak beradik Francaise (Siwon dan Donghae) yang menyukai orang yang sama (Sam), adik dari sahabat baik mereka (Hyukjae), juga kisah Hyukjae dan Aline—lalu rahasia-rahasia apa yang tersembunyi seputar kehidupan mereka sebagai siswa High School Y yang terkenal, bergengsi dan merupakan sekolah paling elit. Nah, cerita ini nih sequelnya, tokoh-tokohnya masih sama tapi fokus ceritanya ke si bungsu Francaise, Kyuhyun yang ceritanya udah gede.

~~~~~

“…Dia bukan orang yang berhati dingin, dia juga bukan autis,, dia hanya seseorang yang malang…

Compiegne, Perancis bagian utara.

“KRIIIIIIIIIIIING….!!!”

Bel panjang meraung diseluruh penjuru SMA Putri Caroline. Siswi-siswi berhamburan keluar dari dalam kelas. Jam pelajaran yang panjang akhirnya usai.

“Neva Ormanda Valerie..”

Seorang gadis langsung menoleh ketika mendengar namanya disebutkan dengan sangat lengkap. Gadis berambut coklat ikal sebahu itu tersenyum lembut ketika mendapati seorang gadis lainnya berdiri diambang pintu kelasnya.

“Nadine??” Ia menatap gadis pirang yang langsung menghampirinya “Kau mengagetkanku” katanya lagi.

Gadis yang akrab di sapa Neva itu masih sibuk mengemasi buku-bukunya. Sesekali ia menoleh pada Nadine yang merengut di sampingnya.

“Ada apa dengan wajahmu?”

Nadine menghela nafas.

“Aku hanya sedang bosan. Sejak suster Maribel memasuki kelas, semangatku langsung hilang” kilah Nadine yang mengeluhkan pengajar galak di sekolah mereka.

Kedua gadis itu berbeda kelas, mereka saudara sepupu.

“Ssst,, berhenti mengata-ngatai suster itu, jika terdengar oleh antek-anteknya maka tamatlah riwayatmu..” Tawa Neva memamerkan deretan gigi putihnya.

“Kyaaa..”

Perhatian Neva dan Nadine teralih. Mereka memandangi teman-teman mereka yang tampak histeris, berkumpul disatu tempat.

“Akhirnya berita ini keluar juga..”

“Aku sudah melihatnya di televisi”

“Sekarang hatiku sangat hancur, runyam..”

Mereka begitu heboh dengan ekspresi yang juga beragam.“Tapi aku rasa mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi. Belum pernah aku melihat pasangan yang seperti itu”

“Ya, kisah cinta mereka sungguh membuat orang iri..”

Nadine dan Neva masih menyimak pembicaraan heboh gadis-gadis di kelas itu.

“Kau mengerti apa yang sedang mereka bicarakan?” Neva memandangi Nadine. Bola matanya yang coklat sedang memancarkan kebingungan.

The great marriage…

Nadine mengeluarkan sebuah majalah dari dalam tasnya dan langsung diletakkan di atas meja belajar Neva. Gadis itu meraih majalah tersebut, ia cukup antusias membaca berita yang ada dalam majalah popular di Negara mereka. Wajah seorang pria tampan dan wanita cantik terpampang di sampul majalah itu, pasangan yang terlihat sangat serasi.

“Menurut prediksi masyarakat, pernikahan pasangan ini akan menjadi pernikahan termewah dan termegah abad ini. Tapi aku memiliki pemikiran lain karena mereka menutup rapat informasi pernikahan yang akan di gelar dalam 5 bulan mendatang..maksudku, aku belum yakin tentang kata termewah dan termegah itu, setiap orang punya konsep yang berbeda tentang pernikahan yang diinginkan meskipun mereka bukan dari kalangan biasa”

Nadine terus berceloteh riang, sementara Neva masih menyimak setiap kata yang tertulis dalam majalah yang sedang dibacanya. Nadine menarik nafas panjang

“Aku senang mereka akhirnya bisa bersatu meskipun aku cukup patah hati. Aku tak mengira di dunia ini, masih ada kisah cinta yang seperti itu” Nadine mendesah pelan “Keluarga Francaise memang sangat menyita perhatian, mereka terpandang dan berpengaruh. Apalagi wanita yang akan dinikahi Siwon Francaise bukan wanita yang sembarangan—seorang super jenius yang bekerja pada NASA, Prof. Celesty”

Nadine menimpali rasa kagumnya yang sungguh luar biasa. Ia lalu memandangi Neva yang masih tak berkutik.

“Jangan katakan jika kau tak tahu menahu tentang ini??” Nadine memandangi Neva dengan was-was.

“Aku pernah mendengarnya..” jawab Neva singkat

“Apa maksudmu dengan pernah mendengar itu??”

“Tentu saja, aku sering mendengar orang-orang membicarakan keluarga konglomerat itu..”

Nadine memandangi Neva dengan tak berkedip.

“Astaga! Jadi selama ini, kau hanya sebatas mendengar saja?? Kemana saja kau?”

“Nadine, kau sangat tahu seperti apa aku ini” kata Neva, ia tertawa.

Nadine terdiam mendengar perkataan Neva. Ia tak dapat memungkiri, Neva memang tak begitu suka dengan infotaiment ataupun membaca majalah-majalah yang memuat sarat berita seputar orang-orang terkenal. Bagi gadis itu tak ada yang lebih penting daripada basket.

“Kau ini gadis teraneh yang pernah aku temui. Sikapmu sangat tak cocok dengan statusmu”

Neva hanya tersenyum mendengar desisan miris Nadine. Tentu saja, sama halnya dengan Nadine, Neva adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga terhormat, keluarga mereka cukup terpandang di kota tempat tinggal mereka. Neva sangat berbeda dengan kebanyakan keluarga kaya lainnya. Sebagai putri dari keluarga terpandang, seharusnya Neva tak lalai dengan membiarkan dirinya tak mengetahui informasi atau perkembangan yang terjadi di sekitarnya, tapi Neva justru menjauhi hal-hal seperti itu. Ia tidak menyentuh musik, balet atau hal-hal lain yang seharusnya dipelajari oleh orang-orang yang menyandang status tertentu, yang terkait dengan kepribadian mereka. Ia justru membanting stir dengan terdaftar sebagai anggota klub basket, sejak kecil Neva memang sudah menyukai basket—olahraga kasar yang menghasilkan banyak keringat.

“Kita pulang!” Neva menyadarkan Nadine dari lamunannya “Nanti malam kau harus datang”

“Aku?? Kemana??”

“Jangan lupakan ulang tahun bibi Giselle”

“Kau benar. Aku tak mengingatnya. Bagaimana kalau kita pergi mencari hadiah ulang tahunnya?” tawar Nadine. Neva menyambutnya dengan senyum mekar dan wajah yang berseri-seri.

@@@@@

“Di sini sangat dingin..”

Suara berat itu membuyarkan lamunan seorang wanita yang berdiri di balkon sambil memandangi kilauan ribuan bintang di langit yang suram. Ia mendesah pelan.

“Aku tahu, tapi aku masih ingin melihat bintang-bintang itu” kata wanita itu, bola matanya yang indah menoleh sejenak pada sosok yang berdiri di sampingnya “Tempat ini—aku punya begitu banyak kenangan di sini..” katanya lagi.

Pria tampan itu menoleh. Ia bergeser, melingkarkan kedua tangannya di bahu wanita itu. Mereka sama-sama menikmati indahnya panorama malam yang sedang disuguhkan pada mereka.

“Besok aku harus kembali ke Florida..”

Ucapan wanita itu membuat pelukan mesra di bahunya mengendur.

“Kau sedang bercanda, Sam?”

“Apakah aku seorang yang suka bercanda?”

“Kali ini—aku berharap kau sedang bercanda..”

“Siwon..” ia membalikkan tubuhnya, memandangi pria tampannya itu “Sayangnya aku harus melakukannya. Aku sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaanku”

“Terlalu lama??” Siwon mendesah tak percaya “Kau bahkan baru menginjakkan kaki di Paris pagi tadi Sam??” suaranya sedikit meninggi.

“Itu karena seharusnya aku tak di sini” Sam mulai kesal, mengingat ia terpaksa harus berada di kota itu setelah mendapat paksaan berat dari Siwon.

“Apa kau akan terus seperti ini? Pernikahan kita hanya tersisa 1 bulan lagi”

“Aku tahu, tapi bukan berarti 1 bulan ini kau akan mengurungku di rumah megahmu ini”

Mereka saling memandangi dengan tatapan berkilat-kilat. Mereka mulai lagi, adu mulut yang selalu mewarnai hubungan cinta mereka yang aneh.

“Aku rasa terlalu cepat membicarakan pernikahan..” Siwon bergumam, ia menarik nafas panjang.

“Siapa yang tergesa-gesa?” emosi Sam meningkat.

“Kau ini!!” Siwon menggeram.

Lagi-lagi ia menarik nafas panjang dan menghembuskan lagi

“Kau juga tak berpikir panjang. Bukankah itu artinya, kau sangat menginginkanku?” Siwon tersenyum tipis dengan sorot mata yang menggoda.

Dasar gila!” umpat Sam dalam hati “Menginginkanmu? Kau sedang berbicara tentang siapa? Lupakan, aku sangat sibuk!!”

Sam membabi buta menyerang Siwon dengan kekesalannya. Ia beranjak dari tempat itu.

“Sam! Sam!! Kau pergi begitu saja??” kesabaran Siwon tak bisa dipertahankan lagi “Baiklah pergi saja. Kau bukan satu-satunya orang yang sibuk. Aku juga sangat sibuk!!” ia mendengus kesal.

Sam berpapasan dengan Kyuhyun di pintu balkon. Ia memandangi pemuda tampan berpotongan rapi itu.

“Kurasa, kau harus mengajari kakakmu cara untuk bersabar!” ujar Sam dengan tatapan geram.

Ia lalu meninggalkan Kyuhyun yang tak diberi kesempatan untuk mengucapkan sesuatu.

Kyuhyun memandangi punggung Sam yang semakin menjauh. Selang beberapa menit, Siwon menyusul keluar dari balkon.

“Mengapa ada wanita yang semenyebalkan dan seaneh dia??” geram Siwon pada Kyuhyun yang tak tahu apa-apa.

Bukankah kau lebih aneh dengan menyukai wanita aneh itu?” Kyuhyun membatin.

“Kuperingatkan kau sejak dini, kau harus menghindari wanita seperti itu!!”

Siwon berkata sambil menunjuk-nunjuk kearah Sam berlalu tadi. Ia lalu meninggalkan Kyuhyun yang lagi-lagi hanya diam.

Bagaimana bisa kau menasehati seseorang ketika kau sendiri tak sanggup untuk membuktikannya

Kyuhyun kembali membatin

“Setidaknya aku pernah memperingatkan kalian..apakah seperti itu yang dinamakan cinta? Ah, aku semakin tak mengerti jalan pikiran orang dewasa” Kyuhyun bergumam pelan.

Ia menarik nafas panjang melihat kelakuan Siwon dan Sam yang selalu saja meributkan hal yang sangat sepele. Kyuhyun merasa tak yakin menyadari jika kedua orang itu akan menikah, mereka itu seperti kucing dan anjing. Kehidupan pernikahan seperti apa yang akan dimiliki oleh mereka?

@@@@@

How I’m watching you…

How can I run at you…

Mobil-mobil mewah beriringan memasuki kawasan elit high school Y. Sebuah mobil hitam mengkilat semakin melambat dan akhirnya berhenti. Dari dalam mobil tersebut keluar seorang gadis berambut pirang, ia menatapi lingkungan sekolah dan juga bangunan elit dengan mata yang hampir keluar, mulutnya yang tak tertutup rapat menandakan betapa terkejut dan terkagumnya ia akan sekolah itu. Seorang gadis lainnya keluar dari mobil yang sama. Gadis berambut coklat ikal itu memiliki ekspresi yang berbeda dengan gadis satunya.

“Neva, bukankah sekolah ini sangat luar biasa?” ia menoleh pada Neva yang telah memotong pendek rambutnya, sebatas tengkuk.

Neva hanya diam tak memberikan reaksi pada sepupunya Nadine. Ia menatap datar sekolah hebat itu.

Neva segera beranjak memasuki hall sekolah, Nadine yang tertinggal akibat mengagumi sekolah barunya segera berlari menyusuli Neva. Hari ini, pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di sekolah tersebut. Mata Nadine terus berputar-putar memandangi lingkungan sekolahnya, ia terkesima menyaksikan desain elegan dan berkelas sekolah yang terkenal paling elit itu, sekolah yang selama ini hanya dilihat dari media massa, tentunya, ia akan cukup bangga karena bisa menyaksikan langsung apalagi sekarang ia terdaftar sebagai murid SMA paling bergengsi itu.

Neva tampak tak memperdulikan Nadine yang terkagum-kagum, ia juga tak menunjukkan ekspresi kagum akan sekolah barunya. Ia terus berjalan di koridor sekolah dan,

BRUGGHH

Neva menabrak seseorang saat berbelok di tikungan koridor. Neva dapat merasakan tubuhnya yang oleng dan ambruk  bersama tubuh asing lainnya.

“Neva..!!” Nadine berlari-lari kecil menghampiri Neva.

Neva terdiam sejenak. Matanya menatap murid-murid yang sedang memperhatikannya.

“Hei bodoh!” Neva tertegun mendengar suara berat seseorang “Sampai kapan kau menginginkan posisi ini?”

Gadis itu akhirnya sadar jika saat ini ia berada di atas tubuh seseorang, ia sedang menindih korban lain yang jatuh bersamanya. Neva mengangkat wajahnya dan memandangi wajah pemuda yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Ia menelusuri wajah pemuda itu. Neva segera bangkit dibantu oleh Nadine yang langsung mengebaskan rok Neva meskipun ia sendiri tak yakin dengan keberadaan debu di lantai sekolah tersebut.

“Kau tak apa-apa?” kecemasan terlihat jelas di wajah Nadine.

Gadis itu lalu mengalihkan perhatiannya pada murid laki-laki yang ikut mengalami kesialan di pagi itu. Sedetik kemudian ia terpekik melihat pemuda itu, matanya membulat dan melebar menyaksikan pemuda tersebut saat berusaha bangkit. Ia membalas tatapan Nadine dengan sangat dingin.

Neva kembali beranjak meninggalkan Nadine.

“Maaf..” ujar Nadine pada pemuda itu. “Neva!!” panggil Nadine. Neva menoleh, menghentikan langkah kakinya. “Setidaknya kau harus meminta maaf..” ujar Nadine.

Murid laki-laki berperawakan tinggi tersebut ikut mendengarkan perkataan Nadine pada Neva. Ia merasa heran dengan tingkah aneh Neva yang tak memberikan respon.

“Kau tahukan, siapa yang baru saja kau tabrak?” bisik Nadine tapi cukup sampai di telinga siswa itu “Dia—Kyuhyun. Kau pernah mendengarnyakan? Kyuhyun Edmund Francaise… bagaimana menurutmu??” tanya Nadine dengan rona kemerahan di pipinya, ia menoleh pada siswa tampan berpotongan cepak itu, Kyuhyun, yang hanya berdiri kaku juga tatapan kesalnya.

Neva memandangi Kyuhyun. Ia memandangi pemuda tampan itu cukup lama.

“Sangat tampan..” kata Neva dengan datarnya. Ia akhirnya berlalu disusuli oleh Nadine yang hanya sesekali menoleh kepada Kyuhyun. Mereka tak menyadari jika tubuh Kyuhyun menegang.

~~~~~

Di dalam kelas XII-1,seorang siswa bertubuh kurus menghampiri Kyuhyun yang sedari tadi bersandar lesuh di tempat duduknya. Ia memandangi Kyuhyun yang membuat suara berisik dengan mengetuk-ngetuk pena pada meja belajarnya. Siswa itu adalah Reynard, satu-satunya orang yang cukup dekat dengan Kyuhyun.

“Mengapa menekuk wajahmu seperti itu?”

Kyuhyun menoleh pada Reynard. Ia kembali mengetuk-ngetuk meja.

“Kau terlihat frustasi” ujar Reynard “Baiklah, lanjutkan saja..” ia segera menjauhi Kyuhyun.

Reynard sangat mengenali sifat Kyuhyun karena itu ia tak memaksa Kyuhyun untuk membuka mulut karena Kyuhyun hanya akan melakukannya jika ia memang ingin melakukannya—ia sangat keras dan pemarah juga menyebalkan. Oleh karena itu, Kyuhyun tak pernah menemukan orang lain yang begitu sabar menghadapinya selain Reynard.

“Gadis itu..” Kyuhyun mengepal tangannya erat, detik kemudian pena yang dipegangnya langsung melayang ke white board di depan kelas.

Seisi kelas langsung menoleh padanya dan detik selanjutnya mereka langsung mengembalikan perhatian mereka setelah melihat betapa garangnya sinar mata Kyuhyun kepada mereka.

Kyuhyun sedang kesal mengingat kesialannya pagi tadi. Ia masih mengingat jelas betapa seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik ketika gadis bernama Neva itu mengatakan ‘sangat tampan’ padanya. Bukan karena kata-kata itu yang membuat tubuh Kyuhyun bereaksi sedemikian hebohnya, baginya, kata-kata seperti itu lebih sering didengar daripada helaan nafasnya, tapi karena gadis itu mengatakan dengan cara yang berbeda dari gadis-gadis lain. Ia berkata dengan sangat datar dan sangat dingin, entahlah apa makna kata itu bagi Neva jika diucapkan dengan ekspresi itu.

Itulah yang membuat emosi Kyuhyun terpacu. Ia merasa Neva justru sedang melayangkan ejekan dan terdengar menyakitkan karena Kyuhyun sendiri tak pernah mengalami hal seperti itu.

Suasana buruk di hati Kyuhyun tak meredah, bahkan ketika guru memasuki kelas. Murid-murid kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Seorang gadis ikut memasuki kelas diiringi dengan tatapan keingintahuan dari para penghuni kelas itu. Raut wajah Kyuhyun ikut berubah melihat sosok gadis berambut pendek yang sedang berdiri di depan kelas.

“Anak-anak, hari ini ada murid baru di kelas kalian” Guru pria itu mengawali percakapan pagi mereka “Dia pindahan dari Compiegne. Silahkan sapa teman-temanmu” pak guru menoleh pada murid baru yang tak lain adalah Neva.

Neva memandangi seisi kelas.

“Neva Ormanda Valerie.. panggil saja Neva..” katanya dengan sangat datar tanpa senyum.

Ia lalu beranjak menuju tempat kosong yang sudah diincarnya. Guru sedikit terkejut melihat sapaan tak biasanya itu.

“Apa-apaan wajah itu..”

“Bukankah ia terlihat sangat sombong.. ciihh,,”

Neva masih mendengar desis-desis aneh tentangnya ketika ia meletakkan beban tubuhnya di atas tempat duduk. Seperti tak mendengar, Neva tak berusaha untuk menanggapi nada-nada sumbang itu. Ia lebih memilih mengeluarkan buku dan pena, mencoret-coret tak jelas pada halaman putih bukunya.

Di tempat lain, Kyuhyun sedang memandangi Neva dengan tatapan tak sedap. Sepertinya ia belum bisa melupakan sambutan Neva pagi tadi. Kyuhyun hanya menggeram.

@@@@@

Dering panjang bel sekolah terdengar, disusul dengan sebuah informasi yang disampaikan melalui public addresser bahwa siswa-siswi dipersilahkan untuk beristirahat.

“Neva!!” Nadine telah berdiri di ambang pintu kelas Neva. Ia segera menghampiri Neva yang sedang menyimpan laptopnya di dalam tas. “Sayang sekali, kita tak bisa sekelas..” raut wajah Nadine terlihat sangat kecewa.

“Sama saja..” Neva menanggapi ringan. Ia lalu beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Nadine mengikutinya dari belakang. Neva berpapasan dengan seorang siswi di kelasnya dan tanpa sengaja membuat buku-buku yang dipegang siswi itu terhempas ke lantai.

Ouh my God!! Bukuku…” ia menatap miris pada buku-buku yang telah berserakan di lantai.

Secepat kilat ia menoleh pada Neva, memandangi Neva dengan kesal. Neva hanya diam, ikut memandangi gadis itu.

“He.., hei!!!” gadis itu berteriak lagi ketika dengan malas tahu Neva malah meninggalkannya tanpa berusaha untuk membereskan buku-buku malang itu.

“Maaf.. maaf..” dengan sigap Nadine segera merapikan buku-buku yang berserakan “Maaf..” katanya lagi sambil menyerahkan buku itu dan segera meninggalkan kelas, menyusuli Neva.

“Hahh..” gadis itu mendesah tak percaya. Ia kesal melihat ekspresi datar Neva “Mengapa dia bersikap seperti itu? Sombong sekali..” katanya merutuki Neva.

Murid-murid di kelaspun ikut memamerkan wajah ketidaksenangan mereka akan sikap Neva yang sejak hari pertama telah membuat banyak orang kesal. Ia dibicarakan sebagai murid pindahan yang sombong, angkuh dan dingin. Neva bahkan tak mencoba untuk bergaul dengan teman-teman barunya.

“Dasar..” Kyuhyun mendengus ketus.

“Ada apa?” tanya Reynard.

“Siapa gadis itu? Apakah dia sengaja membawa asisten pribadi untuk meminta maaf atas semua kesalahannya?”

“Apa maksudmu?”

Reynard tak mengerti dengan ucapan Kyuhyun. Kyuhyun hanya menoleh sekilas pada Reynard, tak bermaksud untuk bercerita panjang lebar.

~~~~~

“Neva!! Tunggu aku” Nadine berlari-lari kecil, ia berhasil mengimbangi langkah kaki Neva, nafasnya sedikit memburu “Mengapa pergi begitu saja? Kau tak lihat betapa geramnya gadis tadi?”

“Dia yang menyenggolku” jawab singkat Neva. Nadine menarik nafas frustasi.

“Kuharap kau tak menemui masalah..” desah Nadine.

Ia terus mengekori kemanapun langkah kaki sepupunya itu. Mereka terus berjalan di sepanjang luasnya koridor-koridor sekolah, melewati ruangan demi ruangan yang ada dalam sekolah. Tujuan akhir Neva akhirnya terlihat jelas, mereka kini berada di dalam sebuah ruangan yang sangat luas dengan tribune-tribune di tepi ruangan. Yeah, itu arena basket. Neva melangkah pasti diiringi oleh Nadine yang hanya diam tanpa banyak protes.

Kedatangan mereka menarik perhatian anggota klub basket yang sedang berlatih. Seorang gadis berpostur tubuh cukup tinggi menghampiri Neva sambil men-dribbling bola basket. Wajahnya dialiri oleh keringat, kostum basket yang dikenakannya juga ikut basah.

“Siapa ketua klub?”

Gadis itu menatap Neva dari kaki sampai kepala.

“Ada apa?”

“Aku tidak sedang mencarimu” jawab singkat Neva “Tolong panggil ketua klub kalian..”

Perkataan Neva yang kaku telah membuat gadis itu kesal. Ia memelototi Neva dengan sadis.

“Celine, tampaknya ada yang mencarimu” gadis itu berkata dengan cukup keras.

Seorang gadis lain keluar dari kerumunan para gadis yang sedang berkumpul dipinggir lapangan, sedang memperhatikan Neva. Gadis itu menghampiri Neva.

“Dia mencarimu..” kata si gadis yang pertama sambil menatap pada ketua klub basket mereka.

“Ada apa?” ia lalu menatap Neva.

“Aku ingin masuk klub ini..” ujar Neva to the point.

Semua orang, termasuk klub basket cowok yang sedang berlatih di tempat yang sama ikut memandangi mereka.

“Kau—ingin bergabung dengan kami?” si ketua klub basket wanita kini mengamati Neva lekat.

“Aku sudah mengatakannya dengan cukup jelas” kata Neva, dengan arti lain bahwa ia tak ingin mengulangi perkataan yang sama.

Ekspresinya membuat si ketua klub dan temannya saling pandang. Mereka tersenyum dan mendengus aneh, sepertinya kesal dengan sikap dingin dan angkuh Neva.

“Anak baru,, tak bisakah kau meminta dengan lebih sopan?” kata gadis itu. Si ketua klub berusaha untuk menenangkan gadis itu meskipun sebenarnya ia sendiri sangat dongkol.

“Kami hanya menerima anggota yang memang berbakat—dan, tentunya atas persetujuan ketua klub olahraga” ketua klub basket wanita itu menatap lekat pada Neva.

Bola basket yang dipegang gadis satunya lagi langsung dilempar dengan cukup kasar kepada Neva tetapi berhasil ditangkap oleh Neva.

“Kalau kau ingin diterima di klub basket ini, kau harus menunjukkan kemampuanmu” kata si ketua klub dengan lantang.

Neva terdiam. Kini fokus seluruh siswa dalam arena itu tak lagi pada latihan mereka. Mereka memandangi Neva dengan beragam ekspresi.

“Aku hanya akan menunjukkan kemampuanku hanya jika aku berada di lapangan dan tentunya setelah menjadi anggota..”

Ucapan Neva membuat semua berbisik-bisik. Mereka memandangi Neva dengan sangat kesal. Begitu juga dengan ketua klub yang merasa dipermainkan oleh anak baru.

“Hei, siapa kau sampai berani berbicara seperti itu?” seorang siswi lainnya ikut menghampiri Neva.

“Sudahlah” Ketua klub kembali berusaha menenangkan anggotanya “Aku rasa, kau tak masuk dalam kriteria anggota yang kami cari. Kami tak membutuhkan anggota yang sombong dan keras kepala” ia menatap Neva, tersenyum meskipun itu senyum yang menyebalkan.

“Benarkah? Kalian akan sangat membutuhkan orang seperti aku” ucap Neva dingin “Jangan segan menghubungiku jika kalian berubah pikiran..” tambahnya lagi sambil berbalik.

Ia berlalu dari hadapan mereka. Nadine tak berkomentar apapun.

What?? Dia kira dia siapa?? Mengapa ada manusia sesombong itu??” gadis itu sangat berang. Ia memandangi punggung Neva. Ketua klub dan semua yang adapun ikut berang, mereka sangat kesal.

“Hei!!” teriak gadis itu. Langkah kaki Neva terhenti, ia tak menoleh sedikitpun “Kau tak pantas memegang bola basket itu..” katanya lagi, ia berusaha mengingatkan Neva jika gadis itu turut membawa bola basket mereka bersamanya.

Neva memandangi bola basket yang dipegangnya, detik berikutnya ia langsung melempar kebelakang bola dengan tangan kirinya, bola itu melambung tingi, berputar, melayang jauh di udara membuat semua mata mengikuti arah bola basket tersebut.

BRAGH!

Bola basket tersebut tepat sasaran memasuki ring. Semua siswa yang berada di tempat itu terperangah, mereka terpaku dan heran menyaksikan peristiwa itu. Mereka menoleh ke arah pintu, tak ada lagi Neva maupun Nadine. Neva menyisakan tanda tanya bagi mereka yang sedang tertegun dan bertanya tentang siapa sebenarnya gadis sombong itu? Siapa gadis sombong yang berhasil memasukkan bola basket di ring dengan jarak yang sangat jauh, terlebih lagi itu dilakukan tanpa melihat dan menggunakan tangan kiri.

@@@@@

They said rude about you,

I see that.. I see the icebergs

If I ignore everything from the beginning

Could I…

Hari demi hari terus berjalan. Semakin banyak murid yang tidak menyukai Neva. Yeah, sifatnya memang sangat ketus, dia tidak ramah, dia tidak tersenyum, dia sangat dingin, ekspresinya sangat datar. Semua kesan yang ada disekitarnya membuat semua siswa menarik satu kesimpulan tentangnya, dia sangat sombong dan angkuh! Satu-satunya yang hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan frustasi akan keadaan itu hanyalah Nadine.

Nadine tak dapat melakukan apapun ketika semakin banyak murid memusuhi sepupunya itu. Ia hanya dapat memandangi nanar wajah Neva, dengan hati yang perih, ia iba, tapi apa yang bisa ia lakukan pada saudara malangnya itu, Nadine tak bisa berharap banyak pada Neva.

Berbagai spekulasi tentang Neva muncul di sekolah, bahkan nama Nadine ikut terseret-seret karena ia terus menempeli Neva seperti bayangan. Tak satupun yang berhasil mengenai hati Neva, telinganya seakan tertutup dengan semua cercaan, matanya seperti buta dengan semua sorot tak sedap.

Gadis itu benar-benar telah dilindungi oleh tameng es, bahkan ketika semakin banyak ulah iseng yang ditujukan padanya. Boleh dibilang, Neva telah menjadi musuh bersama di sekolah. Ia adalah orang yang paling dibenci seantero sekolah, entahlah, terdengar mustahil, tapi itulah kenyataan. Jika kau berada di posisi siswa-siswi itu, mungkin kau akan mengambil jalan yang sama dengan membenci dan memusuhi Neva. Tentu saja, tak akan ada yang tahan dengan sikap yang disebarkan Neva, tak ada yang tahan dengan gaya bicara dan picingan matanya. Tak ada satupun!

Meskipun seluruh anggota klub basket harus berbesar hati menerima keberadaan Neva karena ia memang sangat berbakat tapi tetap saja mereka tak dapat menerima sepenuhnya keberadaan Neva yang terlalu acuh, terlalu cuek, terlalu datar. Neva benar-benar menjadi sumber frustasi semua orang yang berhadapan dengannya.

Kelas XII-1 terlihat kasak-kusuk, mereka membentuk beberapa kelompok.

“Dia datang..” ujar seorang siswa yang baru saja memasuki kelas. Ia menuju tempat duduknya.

Tak berapa lama, Neva memasuki kelas. Semua mata tertuju padanya. Seperti biasanya, Neva tak menggubris, ia menuju tempat duduknya. Ketika segumpal kertas mengenai kepalanya, gadis itu bahkan hanya diam. Setelah meletakkan tas sekolahnya, ia segera keluar kelas sambil memegangi bola basket.

“Bukankah semakin hari dia semakin sangar?”

“Baru kali ini aku melihat orang berwajah keras seperti itu”

Mereka kembali membicarakan Neva, yang meskipun diperlakukan tidak baik, tak memberikan perlawanan sedikitpun.

“Aku bergidik melihat Neva..” Reynard menghampiri Kyuhyun yang sedari tadi sibuk dengan software game rancangannya.

“Setidaknya dia membawa sisi positif bagi sekolah kita” tukas Kyuhyun. Reynard memandanginya, kebingungan “Karenanya, seluruh murid sekolah ini bersatu, kompak melakukan hal yang sama dengan memusuhinya” kembali ia berkata dengan santainya. Reynard menggeleng prihatin.

“Sejujurnya aku iba melihatnya..”

Kyuhyun menghentikan kegiatannya. Ia menatap lekat Reynard.

“Apa kau mulai gila?” Kyuhyun tersenyum kecut “Neva, mungkin karena namanya. Neva berarti salju. Ah, dan aku paling benci dengan semua hal yang menyangkut musim dingin, aku tak suka salju—karena itu, pertamakali melihatnya, aku sudah sangat tak menyukainya. Dia datar dan dingin, karena dia adalah salju. Semua tentangnya adalah musim dingin yang menyebalkan” gerutu Kyuhyun.

“Ia memang dingin seperti salju. Setiap kali melihat matanya yang menatap dengan kosong, aku pikir dia sangat menyedihkan. Tapi—tetap saja dia membuatku kesal dengan kesombongannya itu” desis Reynard.

“Itulah sebabnya aku katakan, sekolah ini tak cocok dengannya. Sebaiknya mereka membawanya ke psikiater” Kyuhyun selalu saja memberikan komentar yang pedis.

Mulutnya memang selalu mengeluarkan kata-kata kejam, bukan hanya pada Neva tapi pada gadis-gadis yang tiada hari tanpa mengikuti dan mengelu-elukan namanya tapi dasar gadis-gadis yang hati, mata bahkan telinga mereka telah tersumbat oleh pesona keluarga Francaise, mereka tak pernah berhenti melancarkan kegiatan yang sama meskipun kerap menerima perlakuan kasar dari Kyuhyun.

“Berhentilah berkata kasar pada mereka.. atau tak lama lagi kau akan mengalami nasib yang sama seperti Neva” Reynard mencoba bijak dengan memperingatkan Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum sinis.

“Aku juga ingin melihatnya..” ujar Kyuhyun.

Kata-kata yang baru saja diucapkan olehnya sama seperti coba saja kalau mereka bisa melakukannya. Ah, rasanya memang sulit membenci orang-orang yang berasal dari keluarga terkemuka itu, apalagi dengan wajah yang bersinar seperti itu, para gadis justru semakin tergila-gila meskipun sifat lebih mirip evil, seperti Kyuhyun.

@@@@@

Seoul, Korea Selatan..

Ji hye-ya..

Ji hye memandangi wajah Sam dari layar ponselnya.

“Suara berisik apa ini?” tanya Ji hye

Ah, mereka sedang meluncurkan pesawat luar angkasa ke orbit” jawab Sam.

“Yaa! Kau sedang berada di Florida?”

Sam mengangguk. Ia mengarahkan kamera ke seluruh penjuru kantor NASA untuk meyakinkan Ji hye.

“Aku pikir kau sedang mengunjungi tunangan tampanmu itu”

Wajah Sam terlihat cemberut.

Aku sangat sibuk, ada banyak hal yang harus ku kerjakan di sini” Sam berkilah tanpa menceritakan alasan wajah masamnya itu. Ji hye menghela nafas panjang.

“Aku merindukan Min ji, ternyata cukup sepi tanpa simenyebalkan itu, kau juga tak di sini” desah Ji hye, ia terlihat lemas

Ya!! Ji hye-ya, jangan sekali-kali kau berpikiran untuk mengganggu bulan madu mereka..” tegur Sam. Ia cukup tahu watak Ji hye yang selalu nekat. Saat ini sahabat mereka sedang berbulan madu, Min ji baru saja menikah 2 bulan lalu. Mereka memiliki bulan madu yang cukup panjang.

“Araseo” Ji hye sangat kesal “Dan kini, dalam waktu dekat kau akan menyusulinya..” wajah Ji hye terlihat putus asa. Perubahan raut wajahpun terlihat jelas pada Sam.

Kuharap, saat ini kau tidak menyinggung masalah pernikahan

Ucapan Sam membuat Ji hye tercekat. Ia menatap lekat wajah Sam melalui layar handphonenya.

“Yaa~ mengapa matamu sembab?” Ji hye baru menyadari sesuatu ketika melihat mata Sam yang memerah “Apa kau baru saja menangis?” Sam mencoba menyembunyikan kemurungannya dengan tersenyum seperti biasanya “Apa yang terjadi?”

Tidak, tidak ada..

“Aku memang tak super jenius sepertimu, tapi aku masih bisa mengartikan suasana ini” Ji hye menatap serius pada Sam.

Gadis itu menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya. Ia melakukan hal yang sama lagi.

“Sudah kuduga” giliran Ji hye yang menarik nafas, “Yaa!! Mengapa kalian selalu saja bertengkar? Bahkan di hari-hari mendekati pernikahan, kalian masih saja seperti anak-anak!” Ji hye melampiaskan kekesalannya.

Itu semua karena laki-laki egois dan menyebalkan itu!” geram Sam

“Kau ini,, kau juga sama dengan Siwon” desis Ji hye “Aku heran, sudah tahu memiliki sifat yang sama, mengapa kalian saling menyukai?”

Sam kembali terdiam. Wajahnya benar-benar murung. Ji hye tahu, jika sahabatnya itu sedang dalam kondisi yang cukup sedih. Meskipun sering bertengkar, ia tahu jika Sam sangat mencintai Siwon. Buktinya Sam tak pernah bisa membunuh perasaannya, selama belasan tahun terpisah ia justru semakin mencintai sosok itu.

Siwon memintaku untuk tetap disisinya tapi kau tahukan, aku ini memiliki tanggung jawab lain. Menahanku sampai hari pernikahan? Kurasa aku akan gila terkurung di rumah itu

“Hanya karena itu? Lalu mengapa kau sangat marah padanya? Bukankah kau akhirnya pergi juga??” Ji hye yang kesal sibuk mencerca Sam dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Dia memintaku tinggal hanya sekali ucap. Aku memang sangat sibuk tapi aku tetap sangat ingin bersamanya” gumam Sam “Aku benar-benar ingin terus di sampingnya. Andaikan malam itu, ia sekali lagi memintaku tinggal.. kau tahu betapa bodohnya aku yang menantinya mengetuk pintu kamarku, menanti telepon darinya untuk mengucapkan kata itu—bahkan dibandara aku masih mencari sosoknya. Aku sangat ingin bersamanya tapi dia justru membiarkanku pergi..

“Dasar bodoh. Kau lebih tahu seperti apa sifat Siwon. Kau dan dia itu sama-sama keras kepala dan egois. Apa kau akan memintanya untuk melakukan hal yang sama berulang-ulang ketika ia tak mau melakukannya? Dan jika kau memang ingin bersamanya, kau seharusnya tetap tinggal tanpa diminta olehnya. Kau ini sangat keras kepala!” mulut Ji hye seperti gas beracun saat ini.

YAA!! Kau sangat cerewet! Sudahlah, sampai kapanpun aku tak akan menikah! Aku akan melupakan laki-laki menyebalkan itu

“Aish, kalian ini sangat kekanak-kanakkan. Sudahlah, aku sibuk” Ji hye mengakhiri pembicaraan yang telah menarik saraf-sarafnya menjadi tegang. Ia sudah cukup bosan dengan pertengkaran Sam dan Siwon.

Meskipun berkata seperti itu, tetap saja Sam akan kembali pada Siwon. Mereka selalu membuat pusing orang-orang disekitar mereka. Entah sudah berapa kali Sam mengatakan tak akan menikah dengan Siwon tapi tetap saja mereka masih melanjutkan rencana pernikahan itu. Dari dulu, sejak remaja hingga hampir ubanan, mereka itu tak pernah berubah. Selalu saja berperang.

“Kau lupa jika saat ini kau masih berada di kantor?”

Ji hye berpaling, ia menoleh pada pria yang telah berdiri di ambang pintu. Donghae. Ia memandangi atasannya itu.

“Kau ini sekretaris yang galak” dengus Donghae “Masih banyak dokumen yang harus kutandatangani, tapi kau menghapus konsentrasiku..”

“Mianhae..”

Donghae tersenyum atas permintaan maaf Ji hye yang sama sekali tak terlihat tulus.

“Sangat mengherankan, mengapa masih ada orang yang mempercayaimu sebagai konsultan cinta. Nasibmu sendiri sungguh tragis” gumam Donghae. Ji hye mencibir. Ia hampir tak tahan dengan ulah atasannya itu.

“Terus saja meledekku.. karena siapa aku bernasib seperti ini?” geram Ji hye.

“Yaa~ kau masih saja menyalahkanku!”

“Kau,, akh, kalian semua sama saja..” Ji hye terus berceloteh, tangannya sibuk merapikan surat-surat di atas meja kerjanya. “Mengapa kalian selalu saja membuat susah, kau dan kakakmu—aishh”

“Dasar sekretaris kurang ajar. Kau tak takut kehilangan pekerjaan?” Donghae mendekati Ji hye. Gadis itu menarik nafas dengan kasar.

“Aku sangat ingin terbebas dari tempat ini” ia memelototi Donghae.

Gadis itu telah berulang kali menyerahkan surat pengunduran diri tetapi selalu ditolak oleh Donghae. Berkali-kali ia mencoba kabur dan tidak masuk kantor, tetapi Donghae selalu mempunyai banyak cara untuk menariknya kembali.

“Mengapa?” tatap Donghae tajam, “Ah—kau mencoba untuk menemui pemuda-pemuda itu?”

“Bukan urusanmu!”

Ji hye segera beranjak dari kursinya. Tak sekalipun ia memandangi mata Donghae. Dengan sigap Donghae menangkap pergelangan tangan gadis itu.

“Berhenti mengabaikanku”

“Aku tak dengar apapun..” Ji hye memalingkan wajahnya.

“Aishh, gadis ini!!” Donghae mulai kehilangan kesabaran “Ji hye-ya, mianhae.. semalam manajer Lee membuatku tak bisa meninggalkan kantor. Setidaknya kau bisa mengajak temanmu makan malam, menggantikanku. Berapa kali aku harus meminta maaf padamu?”

“Aku tak dengar.. tidak, aku tak dengar apapun..” Ji hye memutar-mutar bola matanya. Ia tak memperdulikan permohonan maaf Donghae yang tak bisa menepati janji untuk makan malam bersama.

Donghae mendengus kesal. Ia menarik nafas panjang, menghembuskan dengan sangat berat. Ia memandangi wajah Ji hye yang sedikitpun tak menoleh padanya. Pemuda itu merengkuh Ji hye ke dalam pelukannya.

“Hei! apa yang kau lakukan?” Ji hye yang terkejut berusaha untuk melepaskan diri.

“Mianhae” Donghae mempererat dekapannya “Kau jangan mendiamkanku seperti ini, aku tak akan pernah sanggup..”

Ji hye terdiam.

“Donghae-ssi, kurasa, aku harus mengingatkanmu. Kita masih di kantor” kata Ji hye beralasan.

“Biarkan saja” Donghae menjawab singkat “Aigo, mengapa Tuhan memberikanku pacar pemarah sepertimu..”

“YAA!!” kemarahan Ji hye kembali meledak.

Ia melepaskan diri dengan paksa dari pelukan Donghae. Menatap mata pemuda itu dengan sangat garang. Donghae hanya tersenyum tipis. Kemarahan Ji hye sedikit mereda, setiap kali melihat senyuman indah Donghae, hatinya seakan luluh. Donghae kembali meraih Ji hye dalam pelukannya.

“Kau harus membayar 4 jam dalam hari ini karena mengabaikanku” ujar Donghae, ia dapat merasakan Ji hye yang lagi-lagi berusaha untuk membebaskan diri dan Donghae tak membiarkan usaha gadis itu berhasil “..hari ini, aku sangat merindukanmu..” katanya lembut ditelinga Ji hye membuat gadis itu terdiam, tenang tanpa perlawanan.

Ji hye hanya membiarkan Donghae memeluknya. Tangannya melingkar di punggung Donghae, membalas pelukan pemuda tersebut.

@@@@@

I should have gone, but why couldn’t I do?

Even if I go and leave you behind

The only thing I see is you..

Seperti biasanya, pemandangan rutin yang selalu tampak setiap hari. Kumpulan siswi yang berdesak-desak di depan kelas XII-1. Berdecak-decak penuh gairah. Satu-satunya pemicu yang bisa membuat mereka seperti itu adalah putra bungsu keluarga Francaise, Kyuhyun.

Seperti biasanya juga, Kyuhyun selalu memberikan perlakuan yang sama pada korban-korbannya. Dengan santai Kyuhyun menyalakan ipod dan memasangkan earphone pada telinganya, ia menggantikan gelombang suara teriakan gadis-gadis itu dengan alunan lagu dari ipodnya itu.

Siswa-siswi di kelas XII-1 sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Sesekali para gadis di kelas itu ikut melayangkan gaze kill pada gadis-gadis diluar yang terus-terus mencari perhatian pangeran mereka. Neva juga ikut melakukan hal yang sama dengan gadis-gadis di kelasnya, tetapi bukan karena ia cemburu atau takut Kyuhyun melirik salah satu dari gadis-gadis yang lebih mirip penunggu pintu itu. Ia memang kesal, tetapi karena merasa terganggu dengan tingkah konyol mereka yang sangat memuakkan baginya. Neva kesal karena kelas lebih ricuh, seperti seorang selebriti yang dikerumuni para penggemar, seperti itulah riuhnya suasana di sekitar kelas karena gadis-gadis yang terus menyoraki nama Kyuhyun.

Neva bangkit dari tempat duduknya. Pasti. Ia berjalan menuju para gadis yang tumpah sesak di ambang pintu kelas. Neva berhenti, berdiri dihadapan mereka. Tak ada suara yang dikeluarkan Neva, ia hanya berdiri memandangi gadis-gadis yang kini ikut memandanginya. Mereka saling melempar pandang, kekesalan terlihat jelas di mata gadis-gadis itu. Neva memegangi pintu, ia bermaksud menutup pintu kelas itu.

“Apa maumu??” seseorang gadis mencegah tindakan.

Neva kembali berusaha menutup pintu itu, tapi ia gagal karena bukan hanya satu orang tapi semua dari gadis itu kini menahan pintu tersebut. Mereka saling beradu pandang, berkilat-kilat sinar mata itu. Siswa-siswi di dalam kelas ikut memperhatikan kejadian di ambang pintu itu, termasuk Kyuhyun yang hanya santai—tak perduli, padahal ialah pemicunya.

“Apa maumu?” Neva membalikkan pertanyaan tadi dengan sangat sarkastik.

“Oh, lihatlah gadis menyebalkan ini. Siapa dia, sangat sombong..”

“Kau sangat menyebalkan. Mengapa sekolah bisa menerima murid abnormal seperti dia?”

“Akan kuadukan pada Ayahku. Gadis gila ini sangat merusak reputasi sekolah kita..”

Mereka terus-terus mengejek dan mencela Neva.

“Kalian yang merusak sekolah ini. Sangat mengherankan mengapa pihak sekolah bisa menerima murid-murid yang hanya menunggui kelas lain, berteriak seperti kehilangan akal hanya karena hal sepele dan tak berguna” kata Neva dingin, ia melirik sekilas pada Kyuhyun yang tak mengetahui pembicaraan itu “Pikirkan saja tindakanmu. Jika kau mengatakan pada Ayahmu, maka bersiaplah karena dengan tangannya sendiri, Ayahmu akan menyeretmu keluar dari sekolah ini. Kalian semua..” tatap tajam Neva pada mereka yang semakin kesal.

“Sangat munafik..” seorang gadis tertawa sinis, ia mendengus, membuang muka sejenak sebelum akhirnya berbalik menatap kesal pada Neva “Katakan saja jika kau hanya ingin melihat Kyuhyun, sendiri. Kau cemburu. Itulah mengapa kau tak senang dan mengusir kami dari sini.. apakah yang aku katakan salah?”

Neva tak bereaksi, ia hanya memandangi gadis itu yang kian lama kian memamerkan senyuman sinisnya. Juga gadis-gadis lain yang berusaha memberikan tekanan pada Neva lewat tatapan merendahkan mereka.

“Lalu apa yang akan kau lakukan?” Neva bertanya dengan santainya.

“Apa maksudmu?”

“Seperti ucapanmu. Apa yang akan kau lakukan?”

Mereka kembali beradu pandang dengan kilatan dendam. Neva sangat santai, wajah datarnya tak menunjukan perubahan apapun, berbeda dengan gadis-gadis yang semakin lama seperti orang yang kebakaran jenggot.

Tak menunggu sanggahan dari para gadis itu, Neva berbalik meninggalkan mereka. Ia tak menuju tempat duduknya. Kyuhyun menyadari jika gadis itu sedang menuju ke arahnya. Pemuda itu hanya diam bertanya-tanya dalam hati, apa yang hendak dilakukan gadis angkuh itu? Ia menambahkan volume lagu, menjaga kemungkinan jika Neva ingin mengucapkan sesuatu, atau memohon sesuatu padanya—maka, dipastikan suara gadis itu tak akan sampai ke telinganya.

Neva berdiri tepat di samping Kyuhyun. Ia memandangi gadis-gadis di ambang pintu yang semakin ingin membunuhnya, teman-teman sekelasnya juga ikut memandanginya, merasa penasaran, apa lagi yang akan dilakukan musuh bersama mereka itu? Neva tampak santai. Ia lalu kembali menatap Kyuhyun dengan ekspresi yang mengeras. Pemuda itu terlihat duduk santai, memangku kaki. Earphone yang setia menyumbat telinganya dan juga sebuah buku ditangannya. Tak sedikitpun ia menoleh pada Neva. Ia menganggap buku sepuluh ribu kali jauh lebih penting dibandingkan gadis sombong menyebalkan itu.

Tatapan dingin Neva tak berhenti. Wajahnya yang datar, ekspresi itu sungguh angkuh dan sangat menakutkan. Ia sedang tak menunggu Kyuhyun menoleh padanya, dan…

ZZZIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNGGGGG..???….!!!!

Semua orang terkejut. Mereka terpekik dengan suara yang tertahan di tenggorokan, bola mata yang hampir keluar dari sarangnya. Mereka menahan nafas melihat kejadian barusan.

Bruughh.. suara lemah buku yang terlepas dari tangan Kyuhyun dan berhenti di lantai. Dari semua ekspresi yang ada, Kyuhyun lebih terkejut dan sekarang terlihat seperti patung es. Degub jantungnya berpacu dengan sangat keras, ia bahkan tak bisa merasakan lantai yang dipijaknya ketika tanpa diperhitungkan olehnya, tiba-tiba saja Neva mendaratkan sebuah kecupan di pipinya, bukan kecupan singkat tapi kecupan dengan durasi yang cukup panjang.

Neva meninggalkan Kyuhyun yang seluruh nyawanya telah berpencar dari raganya. Ia berjalan kembali menuju desak-desakan para gadis di ambang pintu. Langkah kakinya diikuti oleh semua mata, mereka menelan ludah, sakit rasanya melihat kejadian barusan.

“Kalian bahkan belum memberikanku jawaban..” dengus santai Neva pada gadis-gadis yang masih mematung “Pikirkan jawabannya, baru kalian kembali ke tempat ini..” Neva segera menutup pintu kelas tanpa perlawanan.

Gadis-gadis itu masih syok dan kehilangan seluruh tenaga mereka melihat perbuatan Neva.

Neva berbalik, kini tatapan kesal para gadis di kelasnya semakin menjadi-jadi.

“Ada yang ingin kalian sampaikan?” tanya Neva.

Ia memandangi mereka, belum ada yang berkutik. Hanya murid laki-laki yang menanyakan keadaan Kyuhyun karena pemuda itu seperti orang kehilangan pikiran. Neva segera menuju tempat duduknya, ia kembali terfokus pada laptop yang mungkin telah bosan menunggu kedatangan tuannya itu.

“HEII!!” Kyuhyun berteriak kencang pada Neva. Tampaknya seluruh nyawanya baru terkumpul “Apa yang barusan kau lakukan padaku??” Kyuhyun telah berada di hadapan Neva.

Gadis itu mengangkat wajahnya, Kyuhyun sedang memandanginya dengan segenap kemarahannya. Neva mengedarkan pandangan keseisi kelas, semuanya, terutama para gadis ikut memamerkan kemarahan mereka.

“Berterimakasihlah padaku, aku baru saja membereskan kekacauan yang kau timbulkan”

“APAA?” Kyuhyun semakin geram mendengar pengakuan santai tanpa dosa Neva. Kyuhyun bahkan tak bisa mengeluarkan kata-kata lain. Membereskan kekacauan? Bukankah dia justru semakin menambah kekacauan baru?

Neva membereskan laptopnya, ia lalu bangkit, hendak pergi karena merasa atmosfer kelas yang semakin tak cocok dengan permukaan kulitnya. Ia berhenti tepat di hadapan Kyuhyun yang nafasnya masih memburu.

“Tak perlu terlalu berlebihan” ujar Neva datar “Kau bereaksi seperti seorang gadis yang baru saja kehilangan kesuciannya..” Neva melempar ucapan pedisnya sebelum akhirnya keluar kelas, meninggalkan keheningan dalam kelas.

Kyuhyun berpegang pada kursi, lalu meletakkan beban tubuhnya di kursi tersebut. Seluruh sendi pada kakinya terasa lemas. Ia memang selalu berkata kasar pada orang lain, tapi mendengar ucapan Neva, ia mendadak kehilangan nafsu untuk hidup. Sejurus kemudian, ekspresi Kyuhyun berubah semakin kesal dan benci. Ia benci dengan gadis yang telah merobek harga dirinya itu.

@@@@@

Berjam-jam Kyuhyun berkutat di depan server miliknya. Ia sedang merampungkan software game terbarunya. Tapi berjam-jam itu tak berhasil dilalui Kyuhyun dengan baik. Pikirannya terusik karena seorang Neva. Gadis itu benar-benar telah membuat system saraf pengendali emosi Kyuhyun bobol.

Ia bersandar frustasi pada kursi, mengacak-acak rambut cepaknya yang tak mungkin berantakan. Kemudian ia beralih meninggalkan kamarnya. Sepanjang koridor luas di rumah megahnya, ia berpapasan dengan pelayan-pelayan yang tak pernah absen memberikan hormat pada majikan terkecil di keluarga kaya raya itu.

Kyuhyun akhirnya sampai di taman, ia duduk di sebuah bangku panjang, memandangi bentangan danau yang tampak tenang di hadapannya. Ia menggerakkan kepalanya pelan dan mendapati Siwon telah duduk di sisi kanannya. Kyuhyun kembali memfokuskan perhatiannya pada air danau, tak tahu apa yang dicarinya dibalik ketenangan air danau itu.

“Aneh, kau terlihat jauh lebih tua dariku”

Kyuhyun menoleh, menatap aneh pada Siwon yang terkekeh pelan.

“Kau mengerti maksudku?” tanya Siwon, namun Kyuhyun hanya diam.

Ia kesal, bagaimana mungkin pemuda 17 tahun sepertinya dibandingkan, apalagi dikatakan melebihi Siwon yang telah berumur 29 tahun?

“Kau menekuk wajahmu seperti itu.. sepertinya lebih banyak hal yang kau pikirkan dibandingkan aku..” Siwon menyandarkan tubuhnya di bangku panjang itu.

Kyuhyun terdiam. Ia ikut-ikutan menghempaskan punggungnya pada sandaran bangku tersebut.

“Hmm,, masa SMA-mu,..” gumam Kyuhyun skeptic “Ah, sudahlah.. mungkin hanya aku saja yang mengalaminya..”

“Kau bicara apa?” Siwon terlanjur penasaran dengan ungkapan Kyuhyun yang bias. Kyuhyun kembali diam untuk beberapa saat.

“Aku rasa hanya aku mengalami masa SMA yang sulit. Semula, semuanya berjalan baik-baik saja sampai si gila sombong, angkuh menyebalkan itu datang” tangan Kyuhyun mengepal kuat. Giginya saling bertautan rapat.

“Siapa yang kau maksud?”

“Gadis gila yang mirip psikopat, gadis keterbelakangan mental. Dia autis..!!”

“Mengapa? Kau sepertinya sangat terganggu dengannya?”

“Terang saja aku terganggu, dia benar-benar telah mengusikku terlalu jauh!” geram Kyuhyun.

Siwon menarik nafas, seraya bangkit. Ia menyembunyikan kedua tangannya dibalik saku celananya.

“Abaikan saja” perkataan Siwon membuat Kyuhyun berpaling padanya “Itu yang harus kau lakukan” ia memperjelas ucapannya.

“Tentu saja. Gadis seperti itu, siapapun tak akan perduli padanya” Kyuhyun tersenyum kecut.

“Benarkah?—tapi, jika kau mengabaikannya, seharusnya kau tak merasakan apapun” lagi-lagi Kyuhyun menoleh pada Siwon, ia menatap Siwon penuh tanya “Termasuk membencinya. Kau tak akan merasakan hal itu jika kau benar-benar mengabaikan gadis itu. Aku berkata seperti ini karena aku pernah merasakannya, kurasa kau tahu maksudku” Siwon melempar seulas senyum penuh arti.

“Mau kemana?” tanya Kyuhyun. Siwon menoleh.

“Aku harus menyelesaikan sesuatu yang sangat penting” jawab Siwon. Ia lalu meninggalkan Kyuhyun yang hanya termangu-mangu.

~ to be continue ~

330 respons untuk ‘After Story…I Fell In Love, My Trouble Maker Girl (Part 1)

  1. Ghea berkata:

    Hai kk salam dari readers baruuuuuu ^_^,, baru nemu blognya si kakak ni jd mohon ijin di ubek2 ya kak 😂😂😂,,

  2. riankyu berkata:

    pertanyaan pertama yang ada di pikiran gw tuh knpa neva bsa bgthu.. sombong, angkuh dll.. hahh kyuhyun mati kutu pas neva nyium pipinya.. ckckck

  3. kyunie berkata:

    wkwkwk,kyknya kakak-adik nasib percintaanny hmpir sama.ktm sm cew yg penakluk mrk dgn sifat yg aneh bin ajaib,kekekeke…

  4. Cho Sarang berkata:

    Aku pikir disini menceritakan full kisahnya kyuhyun tapi syukurlah disini masih menyelipkan kisah – kisah antara donghae – ji hye dan siwon – sam. Soalnya aku masih penasaran dengan 2 couple ini yang masih belum tuntas kisahnya menurutku. Sikap neva mirip dengan sam ya…

  5. ichaquotestory73 berkata:

    Kusukaaa…. Kusukaaaa💕💕💕… Kebetulan aku suka banget sama yg genre2 teen gituuu…. Suka bgt ceritanya😊

  6. HanShaJoo berkata:

    Kyu udah besar yaa..
    Dan cast perempuannya Neva kenapa bisa kayk gitu, sombong angkuh dan dingin?
    Entah bagaimna jln ceritanya aku blum ngerti.. Tapi mungkin klw udah baca part selanjutnya baru ngerti kali ya.. Tapi tetap kereen..
    Disini masih ada scane tentang kakak kyuhyun ya… Baguslah jadi bisa tau kelanjutan dari kisah cinta Sam siwon dan donghae ji hye..

Mohon Saran dan Kritikannya