Summer Wish (Part 3)

Summer Wish

~Kesamaan karakter ataupun jalan cerita hanyalah faktor ketidaksengajaan. Dilarang keras melakukan aksi Plagiat! Jika teman2 menemukan sesuatu yang mencurigakan, harap segera dilaporkan kepada saya.~

*

 

“Lihat? Baru genap seminggu aku bekerja di rumah itu, tapi…” Park Yeo Reom yang masih memegang tangkai cermin mungil berbentuk bulat, sedang memiringkan wajah ke kiri dan ke kanan sementara tangan satunya sibuk memberi pijatan lembut di pipinya yang sejak satu jam lalu membuatnya tak berhenti mengoceh. “Ke mana pipiku? Aku terlihat seperti tengkorak!”

Tadi Park Yong Shik menelepon, memberitahu putrinya bahwa malam ini tidak akan pulang karena akan melakukan penggerebekan. Lantas Yeo Reom mengajak Yebin, Bora dan Rin menginap di rumahnya, dan tentu saja tidak bisa dipenuhi Bora yang telah menjadi seorang ibu rumah tangga. Omong-omong, ini adalah akhir pekan pertama Yeo Reom sejak bekerja.

“Orang lain justru senang memiliki wajah tirus,” Han Bora sibuk membolak-balik halaman majalah, dan kegiatannya itu akan disela dengan membalas chat dari sang suami yang akan menjemput dirinya begitu pulang dari kantor.

“Itu karena aku menyukai segala hal yang kumiliki, termasuk pipi chuby kebanggaanku yang membuat aku tampak jauh lebih muda. Kita sepantaran tapi kalian terlalu boros di wajah,” sahut Yeo Reom, cuek.

Dari arah dapur, Seo Yebin tersenyum miring mendengar penuturan Yeo Reom barusan. Sambil mengaduk-aduk cokelat panas dalam mug besar bergambar kucing, Yebin bergabung dengan ketiga gadis lainnya yang sedang bersantai di depan televisi yang dibiarkan menyala, padahal tak satupun dari mereka yang benar-benar peduli pada benda tersebut.

“Berlebihan,” Kim Rin tak mau ambil pusing dengan ejekan Yeo Reom, dan hanya berbicara seadanya karena takut masker di wajahnya yang mulai mengeras akan retak. Gadis yang sedang berbaring di atas karpet berbulu itu tetap memejamkan mata dan berusaha tetap relax.

“Haneul membuatmu uring-uringan bahkan kehilangan berat badan. Aku mendeklarasikan dukunganku untuk anak itu.”

Yeo Reom menatap sewot pada Yebin yang sudah memiliki kesibukan lain dengan remote televisi dan terus mengganti chanel, entah apa yang ingin ditontonnya.

“Aku jadi ingin bertemu secara langsung dengan Cho Haneul,” kata Bora setelah menaruh majalah di atas meja dan langsung merebahkan diri di sofa yang semula ia duduki.

“Tunggu sampai kalian melihatnya sendiri dan kalian akan tahu sebrengsek apa anak itu.”

“Menurutku dia cerdas. Dia bisa mengimbangi orang dewasa yang berperilaku kekanak-kanakkan sepertimu,” perkataan Yebin diiyakan oleh Rin dengan mengangkat kedua jempolnya.

“Terserah,” Yeo Reom meringis karena tidak mendapat pembelaan dari sahabat-sahabatnya. “Tapi aku merasa ada yang aneh dengan Haneul.”

“Maksudmu?”

“Anak itu bertingkah tidak seperti anak kecil pada umumnya. Caranya berbicara bahkan tidak sesuai dengan umurnya,” gumam Yeo Reom.

Dunia anak-anak adalah dunia bermain, itulah sebabnya masa kecil adalah masa yang sangat menyenangkan karena anak kecil belum memikirkan permasalahan pelik yang biasanya dihadapi oleh orang dewasa. Anak-anak selalu bersikap polos. Akan tetapi Haneul justru sebaliknya.

“Kalian juga sudah tahu kalau dia begitu menyebalkan. Namun ada hal-hal lain yang kupikir tidak akan kutemukan dalam diri anak kecil berumur delapan tahun. Menurut kalian, berapa banyak anak-anak di luar sana yang gemar menonton berita?” bahkan diumur yang sudah tidak lagi remaja, Disney adalah chanel kesukaan Yeo Reom dan ia hapal opening song ‘Sofia The First’, salah satu serial animasi televisi Amerika yang menggabungkan karakter Franchise Disney Princess. “Selain itu, dia selalu serius dengan segala sesuatu yang dikerjakannya dan aku tidak pernah melihatnya bermain, boneka misalnya. Ah ya, satu hal lagi dari Haneul yang membuatku bergidik. Tingkat ketelitiannya sulit dinalar,” Yeo Reom menyapu tengkuknya.

Yeo Reom teringat kejadian dua hari lalu, saat Haneul menyerangnya dengan kata-kata tajam dan menusuk setelah Yeo Reom ketahuan masuk ke kamar Haneul selama anak itu tidak berada di rumah. Yang lebih gilanya, aksi Yeo Reom diketahui Haneul hanya dengan melihat benda di atas meja belajar. Yeo Reom memang sempat menyentuh pigura foto ibu Haneul, tapi Yeo Reom berani bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia meletakkannya seperti sediakala. Namun, Haneul yang mengatakan bahwa benda itu telah bergeser dua inci dari tempat semula pun lantas membuat rahang Yeo Reom jatuh.

“Mungkin saja sikapnya dipengaruhi oleh status sosialnya. Dia dididik untuk menjadi seorang penerus dan telah menerima pendidikan formal maupun non formal sejak dini. Bisa jadi hal itulah yang menjadi penyebab mengapa Haneul tampak jauh lebih dewasa dari umurnya,” Bora mengumukakan pendapatnya.

“Ya, tapi tetap saja…aku justru merasa kasihan padanya,” komentar Yebin sembari menarik napas. “Tampaknya anak itu tidak menikmati masa kecilnya yang seharusnya sangat menyenangkan, bukan?”

Rin yang hanya menyimak percakapan mereka, terlihat mengangguk pelan. Yeo Reom juga sempat merenung beberapa detik, tapi begitu teringat pada kelakuan Haneul, ia mendesis. “Dia sangat menikmati saat-saat aku harus menahan diri untuk tidak menghajarnya.”

***

Yeo Reom yang hendak masuk ke ruang belajar Haneul berpapasan dengan seorang pria yang setahu Yeo Reom adalah guru pribadi Haneul. Pria kurus itu menatap dingin Yeo Reom, seperti biasa setiap kali mereka bertemu. Entah ada apa dengan semua orang di rumah itu ataupun mereka yang terhubung dengan rumah itu. Seperti tidak ada yang normal di sana. Ah, kecuali Cho Kyuhyun, ralat Yeo Reom di dalam hati. Gadis itu melampiaskan kekesalannya dengan menatap sebal pada pintu yang tak berdosa. Hanya sekali ia mengetuk pintu dan masuk begitu saja tanpa menunggu aba-aba dari Haneul. Ingat, mereka pernah bertengkar karena hal sepeleh itu, kan?

Dari cara Haneul yang hanya menatap datar pada Yeo Reom dan kembali mengemasi buku-buku, tampaknya Haneul pun sudah tidak begitu mempermasalahkan perkara tersebut. Kemungkinan anak itu sedang tidak ingin berdebat, atau ia sudah tahu bahwa Yeo Reom memiliki sifat malas tahu tingkat dewa.

“Waktunya makan malam,” Yeo Reom berbicara tanpa memandangi Haneul sebab matanya sibuk menyisir ruang tersebut seolah-olah ia baru pertama kali berada di situ.

“Aku tidak lapar!” jawab Haneul ketus.

Yeo Reom menatap serius pada Haneul selama beberapa saat. “Baiklah kalau begitu. Tidak usah makan,” timpalnya santai.

Bergantian Cho Haneul yang menatap tak percaya pada Yeo Reom. “Barusan kau bilang apa?” sebenarnya ia tidak menyangka kalau Yeo Reom akan mengiyakan perkataannya segampang itu.

“Kau tidak ingin makan, kan?”

Melihat Yeo Reom menatapnya dengan tatapan kau-berpikir-aku-akan-membujukmu? Haneul lantas memasang wajah angkuhnya.

“Kau tidak suka kalau kubantah jadi aku akan menghormati keinginanmu, dan ayahmu tidak mungkin marah padaku jika dia mengetahui hal ini,” Yeo Reom memamerkan senyum menyebalkannya. “Akhirnya aku bisa menikmati waktu makan di rumah ini dengan nyaman dan damai,” katanya lagi sambil berlalu meninggalkan suara tawa yang melengking, sampai-sampai Haneul harus menempelkan tangan di telinga, sementara mulutnya mengerucut kesal.

Sudah lima menit Yeo Reom duduk manis di meja makan. Berbagai makanan lezat sudah terhidang di hadapannya. Namun ia belum menyentuh sedikitpun makanan-makanan tersebut. Padahal tidak biasanya ia mengabaikan makanan seperti itu. Yeo Reom memang sengaja karena ia sedang menunggu.

Senyum kemenangan merekah di sudut bibir Yeo Reom begitu melihat kedatangan Haneul. Yeo Reom tahu aturan tentang Haneul yang tidak boleh melewatkan jam makan. Haneul pun tahu aturannya. Karena Yeo Reom cukup licik jadi ia mungkin akan melaporkan pada Kyuhyun apabila Haneul menolak makan. Itulah yang membuat Haneul harus menelan kembali kata-katanya, dan mempertebal wajah untuk bergabung dengan Yeo Reom di meja makan. Anak itu tidak mengatakan apa-apa dan justru mendengus pada Yeo Reom. Harga dirinya pasti sedang tersakiti.

Beberapa kali Haneul tertangkap mata sedang menatap ke tempat yang kosong. Itu adalah tempat duduk Kyuhyun. Pria itu sedang bepergian ke luar negeri selama beberapa hari karena urusan bisnis. Tapi ada atau tidaknya Cho Kyuhyun bersama mereka, Yeo Reom merasa bahwa suasana di meja makan Keluarga Cho memang selalu sama. Terlalu senyap dan kaku. Ia dan Haneul pun tidak berbicara satu sama lain dan hanya menyelesaikan urusan mereka masing-masing.

Berita seputar perekonomian yang sedang mereka saksikan sejak tiga puluh menit yang lalu membuat Yeo Reom tak bersemangat. Ia menekuk tubuhnya sehingga membuatnya kelihatan bungkuk, sementara kedua tangan yang terkulai jatuh seolah kedua pundaknya ikut terjatuh. Ia menggerakkan kepalanya dengan lemah dan menatap tanpa gairah hidup pada Haneul yang duduk di kursi lain, yang tampak mengarahkan tatapannya lurus ke flat telivisi berukuran besar, beberapa meter di depan mereka.

Ok. ekonomi memang jurusan yang diambil Yeo Reom, tapi bukan berarti selama hidup di rumah mewah itu, ia harus menemani seorang anak kecil berumur delapan tahun mengamati perkembangan perekonomian dunia. Ya ampun, hidup macam apa ini?

Namun ada satu hal yang sempat membuat Yeo Reom mengerutkan kening. Hal yang sama dengan yang dilihatnya saat di meja makan tadi. Haneul tidak fokus seperti biasa. Tatapan Haneul tidak benar-benar tertuju pada televisi, seolah ia sedang menatap sesuatu yang sangat jauh. Anak itu beberapa kali terlihat melamun.

Yeo Reom cukup penasaran, tapi alih-alih bertanya, ia justru mengambil remote dan mulai mengganti chanel. Hebatnya, Haneul sama sekali tidak marah. Haneul hanya melirik sekilas pada Yeo Reom dengan ekspresi yang kuyu dan kembali memandangi televisi tanpa minat. Sementara itu, Yeo Reom yang seperti baru menemukan energi baru dalam hidupnya, terlihat sangat bersemangat pada tombol-tombol remote ditangannya.

“Penyanyi papan atas, dengan identitas yang belum diketahui, dikabarkan memiliki hubungan khusus dengan CEO Hongjin Group, Cho Kyuhyun.”

Tangan Yeo Reom tiba-tiba berhenti bersamaan dengan terdengarnya suara seorang reporter yang memandu sebuah acara infotaiment. Haneul yang seharian ini tidak bersemangat bahkan terlihat beringsut dan menegakkan tubuh.

“Miss X tersebut dikabarkan berada dalam naungan agensi Star Entertainment. Meskipun belum ada klarifikasi resmi dari Star Entertainment dan juga dari pihak Hongjin, kabar kedekatan itu telah menarik perhatian publik.”    

Wajar saja, Cho Kyuhyun itu seorang pria yang sangat mapan dan tampan. Rasanya semua wanita akan tergila-gila padanya. Yeo Reom tidak tahu apa itu cemburu, yang berkeliaran di otaknya hanyalah rasa penasaran tentang identitas ‘Miss X’ yang diberitakan itu. Yeo Reom jadi tak berhenti mengernyit. Bertambah dua orang lagi yang penasaran akan kebenaran berita itu. Sementara Yeo Reom sibuk berspekulasi, ia melirik kepada Haneul yang ternyata begitu tenang padahal orang yang diberitakan itu adalah ayahnya.

Ok, mungkin hanya satu orang yang penasaran di sini. Yeo Reom meringis di dalam hati.

Anak itu mengambil ponselnya, terlihat sibuk beberapa menit dengan benda itu, entah apa yang dipandanginya dengan mimik seserius itu. Tak lama kemudian, ia menelepon seseorang.

“Paman,” sapanya. Yeo Reom tidak tahu siapa ‘Paman’ yang ditelepon Haneul, tapi ia menduga kalau orang itu adalah Kim Heechul. “Mereka sengaja menyebar rumor. Pelakunya? Tentu saja adalah pihak yang paling diuntungkan dengan rumor semacam itu,” Haneul terlihat menarik napas. “Saham Star Entertainment merangkak naik sejak adanya pemberitaan tentang artis mereka yang memiliki hubungan khusus dengan ayahku. Mereka mencoba mengambil keuntungan dari nama besar Hongjin Group. Baiklah, jika mereka ingin memanipulasi pemberitaan di media, silakan saja,” Haneul menyenderkan punggungnya di kursi. Ia kelihatan jauh lebih santai daripada sebelumnya. “Paman, artikel tentang aktor Star Entertainment yang melakukan pelecehan seksual pada karyawan anak perusahaan Hongjin, aku ingin beritanya di-release besok.”

“Hhee??”

Omong-omong, suara sumbang dengan intonasi meninggi yang baru saja lewat adalah milik Park Yeo Reom. Alih-alih memberi sedikit saja perhatian pada ekspresi terbodoh yang pernah dipamerkan Yeo Reom, dan seolah ‘serangan’ yang diberikan pada Yeo Reom masih belum cukup, Haneul kembali melanjutkan percakapannya.

“Saham mereka akan jatuh, lalu belilah saham mereka. Pada saat investor tahu bahwa Hongjin telah menjadi pemegang saham terbesar, aku yakin saham Star Entertainment akan melonjak naik. Jadi kita akan mendapatkan keuntungan besar dari saham yang dibeli dengan harga murah,” Haneul berbicara dengan tenang sekali, seolah topik itu adalah hal yang sudah lumrah baginya. “Mereka terlalu meremehkan Hongjin. Aku hanya ingin menunjukkan pada mereka seperti apa caranya memanipulasi pasar. Mereka lupa bahwa ‘amunisi’ mereka tidak cukup kuat. Paman, aku tidak peduli langkah apa yang akan kau ambil untuk membujuk wanita itu, tapi kau harus berhasil membuatnya buka mulut. Katakan padanya, Hongjin akan menjamin masa depannya jadi tidak ada yang perlu dia takutkan. Wanita itu adalah amunisi kita.”

Untung saja Yeo Reom dalam posisi duduk, karena kalau tidak, gadis itu mungkin akan terhuyung dan jatuh. Sebenarnya Yeo Reom paham apa yang dibicarakan Haneul sejak tadi. Tapi omong-omong, wajar tidak jika yang membicarakan itu adalah seorang anak kecil berumur delapan tahun? Terlebih diujung percakapan Haneul tadi, Yeo Reom yakin ia melihat sudut bibir Haneul tertarik naik membentuk sebuah senyuman miring yang terlihat benar-benar…evil. Dengan segala strategi yang dikemukakannya tadi, Haneul menjadi anak kecil paling mengerikan sekaligus terlicik menurut Yeo Reom.

Mata Yeo Reom hanya berkedip beberapa kali dan mulutnya menganga. Anak-anak harusnya bermain dengan boneka, crayon dan buku bergambar. Bukan mengurusi saham!

Yeo Reom jadi tidak tenang memikirkan Haneul. Ia terus mengawasi Haneul yang sudah menatap ke layar televisi dengan mulut terkatup rapat, tidak protes sama sekali—atau mungkin belum—padahal chanel terus berpindah-pindah karena Yeo Reom pun turut kehilangan fokus. Kini semua gerak-gerik Haneul tak luput dari perhatian Yeo Reom, hingga saat Haneul terlihat menarik napas panjang dan menoleh padanya.

“Sebenarnya kau ingin nonton apa?”

Hanya soal waktu sampai kekesalan Haneul memuncak. Yeo Reom terkekeh tanpa merasa bersalah sebab dirinya sendiri tidak tahu apa yang ingin ditontonnya. Mendadak ia lebih tertarik memerhatikan Haneul. Jadi Yeo Reom berhenti di sebuah chanel yang sedang menayangkan sebuah drama.

Beberapa menit berlalu, Yeo Reom dan Haneul kembali membisu. Hanya suara yang bersumber dari televisi yang memecah keheningan di antara mereka berdua.

Lalu Yeo Reom mulai gelisah karena drama itu. Menurut feeling Yeo Reom, saat sepasang kekasih saling menatap begitu dalam seperti itu, biasanya adegan selanjutnya adalah…yeah, you know that.

Benar saja. Pemeran wanita dan pria mulai mendekat satu sama lain. Yeo Reom pun sudah seperti cacing kepanasan karena menatap bibir pasangan kekasih yang semakin dekat, lalu bergantian menatap ngeri pada Haneul yang justru begitu tenang.

Haneul memang tampak lebih dewasa dalam banyak hal, tapi bukan berarti Yeo Reom akan leluasa membiarkan Haneul melihat adegan dewasa itu. Biar bagaimana pun, anak-anak harus memiliki batasan materi yang disuguhkan oleh media.

“Biarkan saja.”

Atau mungkin Haneul memang bukan anak-anak, batin Yeo Reom.

Pasalnya Yeo Reom baru berniat mengganti chanel saat tiba-tiba Haneul berkata begitu tanpa menoleh sedikitpun pada Yeo Reom, seakan ia sudah tahu niatan Yeo Reom.

Dan terjadilah kehendaknya.

Yeo Reom tak berkutik menatap bibir-bibir yang menempel itu. Entahlah, tapi justru Yeo Reom yang keringat dingin. Dalam hati kecilnya, ia tidak nyaman menonton adegan seperti itu bersama anak kecil. Tak ingin mengotori kepolosan seorang anak. Normalnya, anak-anak pun sebenarnya akan malu melihat adegan dewasa, apalagi saat ia menonton adegan itu dengan orang dewasa. Akan tetapi, tidak ada perubahan ekspresi yang terjadi pada Haneul.

Semua kekalutan Yeo Reom dihentikan oleh Haneul yang berbicara kelewat fasih. “Sayang sekali, penonton akan lebih terbuai kalau saja mereka melakukan French kiss.

Lagi. Yeo Reom merasa dirinya adalah manusia terbodoh di dunia. Jujur saja, Yeo Reom bahkan tidak tahu apa maksud perkataan Haneul barusan tentang Fren-sesuatu itu. Tapi Yeo Reom yakin bahwa hal itu lebih dari adegan bibir yang hanya terkatup rapat dan saling tempel tadi.

Mereka tidak salah dengan perhitungan umur Cho Haneul, kan?

­-

“Adalah ciuman dimana salah satu atau kedua pasangan menyentuh bibir atau lidah pasangan, dan biasanya masuk ke mulut. Ciuman ini lambat, penuh gairah yang biasanya dianggap intim, romantis, erotis atau…fuck!

Tidak sampai menyelesaikan informasi yang didapat, Park Yeo Reom langsung mengumpat. Sekarang Yeo Reom benar-benar merasa IQ jeniusnya tidak berguna sebab ia ternyata membutuhkan bantuan internet untuk mencari tahu apa itu French kiss.

Cho Haneul berbicara tentang hal itu, dan sama sekali tidak diketahui Yeo Reom yang kurang dari tiga tahun akan mencapai umur ¼ abad. Yeo Reom yang terlampau malas tahu, hanya berpikir bahwa ciuman adalah ciuman. Itu saja. Jadi tidak mengherankan kenapa sampai detik ini Yeo Reom belum melepas topeng bodoh di wajahnya.

Bagaimana mungkin anak berumur delapan tahun berbicara tentang French kiss dan terdengar wajar seolah ia mengutarakan hal yang sama seperti aku-ingin-mencoba-wahana-permainan-di-Lotte-World. Mungkin jiwa Yeo Reom dan Haneul saling bertukar tempat.

***

Hari ini, seusai makan siang, jadwal Haneul adalah les piano. Yeo Reom sendiri sedang sibuk mencari beberapa informasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Di depan laptop yang sedang menyala, Yeo Reom yang begitu serius terlihat mencatat beberapa hal di buku kecilnya.

Setelah beberapa waktu berada di rumah Keluarga Cho, dan melihat dengan mata kepalanya sendiri perangai Haneul, Yeo Reom memutuskan bahwa anak seperti Haneul membutuhkan penanganan yang berbeda. Haneul tidak seperti kebanyakan anak, dan ia tidak bisa dipandang enteng. Yeo Reom sadar kalau yang dihadapinya adalah seorang anak dengan bakat khusus, boleh dibilang Haneul itu istimewa.

Setelah selesai, Yeo Reom membaca lagi list yang tertulis rapi di catatan kecilnya. Matanya belum berpindah dari nomor urut pertama list yang dibuatnya, tapi ia sudah mendesis karena tidak yakin bisa menerapkan metode itu. Bukan tidak yakin pada Haneul, tapi tidak yakin pada kemampuannya karena ia cukup tahu karakter dirinya sendiri.

Bukan Park Yeo Reom namanya kalau ia menyerah sebelum berperang. Jadi begitu Haneul selesai dengan les pianonya, Yeo Reom yang biasanya cuek lantas menghampiri Haneul sembari tersenyum.

“Bagaimana pelajaran pianomu?”

Kening Haneul mengerut. Tidak biasanya Yeo Reom bersikap seramah itu. Meski heran, dan memakan waktu selama beberapa menit, Haneul tetap merespon, “Ya?” seolah ia sedang bertanya apakah Yeo Reom terbentur di suatu tempat?

“Kau pasti kelelahan, kan? Jam empat sore nanti ada kelas Bahasa Jerman, jadi sekarang kau bisa beristirahat terlebih dahulu.”

Kerutan di kening Haneul terlihat semakin jelas. Ia mengamati Yeo Reom dengan saksama, mencoba menyelidiki perilaku Yeo Reom yang tidak biasa itu. Jangankan Haneul, di dalam hati Yeo Reom pun sedang mendendangkan sumpah serapah karena ia sendiri tak percaya kalau ia harus memperlakukan musuh alaminya itu dengan baik.

Tunjukan sikap yang lembut.

Setidaknya, ia harus mencoba mempraktekkan apa yang didapatnya mengenai cara menangani anak-anak. Padahal Yeo Reom merasa badannya mulai gatal-gatal karena harus bersikap lembut pada iblis kecil yang masih menatap curiga padanya.

“Kau kenapa, sih? Bilang saja kalau bayarannya kurang. Tidak usah sok akrab begitu. Seperti penjilat saja!”

Pusaran angin ribut tiba-tiba saja terasa sedang berputar dan menggulung tubuh Yeo Reom. Kata-kata Haneul terus terngiang di telinganya, seakan sedang memanas-manasinya untuk menombak Haneul detik itu juga. Yeo Reom masih berdiri kaku dengan wajah yang luar biasa seram, ia memandangi si anak lancang yang telah melenggang pergi seusai mengumbar dengusan tajam padanya.

“Mati kau! Mati! Mati! Dasar kutu sialan! Rasakan ini! Kugilas kau sampai habis! Enyahlah ke neraka kau keparat! Sialan! Brengsek!”

Yeo Reom melampiaskan kemarahannya pada dinding. Bertubi-tubi ia melayangkan tendangan dan pukulan ke situ. Untung saja dinding hanya diam dan pasrah meski sedang dianiaya Yeo Reom. Kalau dinding bisa bicara, mungkin ia akan berkata begini…

Seseorang tolong beritahu Park Yeo Reom bagaimana cara bersikap lembut!

***

Masih berapa lama lagi Cho Kyuhyun pergi? Baru tiga hari tidak melihatnya di rumah, tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun lamanya. Yeo Reom terus menggerutu. Saat ini semangat Yeo Reom sudah terjun bebas ke titik terendah, tapi emosinya sedang hot-hot-nya berada di puncak, dan semuanya itu disebabkan oleh seorang anak perempuan berumur delapan tahun. Cho Haneul.

Dalam keadaan kritis, Yeo Reom tiba-tiba merindukan Kyuhyun. Wajah tampan Cho Kyuhyun bagaikan vitamin yang memberinya asupan gizi yang belum terpenuhi bahkan sejak masa tumbuh kembangnya dari kecil hingga sekarang. Yeo Reom tidak tahu apa yang akan terjadi selama Kyuhyun tidak berada di rumah. Sepertinya akan ada pertumpahan darah. Entah ia yang akan mati, atau justru Haneul.

Ada saja hal yang membuat Yeo Reom naik pitam.

Entah kenapa, tapi hanya dengan melihat wajah Haneul, emosi Yeo Reom bisa terpancing. Ah, sepertinya Yeo Reom memang bermasalah dengan pengendalian diri.

Liburan musim panas yang biasanya terasa sangat menyenangkan, harus dilalui Yeo Reom dengan kesuraman hidup setelah bertemu anak kecil gadungan itu. Harusnya menyenangkan karena Haneul memiliki lebih banyak kesibukan di luar rumah sehingga Yeo Reom tidak akan terlalu sering berperang dengan Haneul. Pagi ini pun Haneul sudah pergi ke sekolah. Entah sekolah macam apa yang membuat murid-muridnya harus bekerja keras, bahkan di musim liburan.

Kesibukan anak itu, berbanding terbalik dengan seorang mahasiswi tingkat akhir yang kelewat santai. Lihat saja kelakuan Yeo Reom yang mengenaskan itu. Bukannya mengerjakan tugas akhir—atau mungkin karena ia jenius—Yeo Reom malah cekikikan menekuri komik sejak satu setengah jam lalu.

Begitu kesenangannya di sela oleh kedatangan seorang staff yang mengatakan bahwa Haneul meninggalkan pakaian olahraganya padahal akan digunakan dalam lomba antar kelas, satu-satunya yang dapat dilakukan oleh Yeo Reom adalah mengumpat. Memang itu keahliannya.

“Sialan anak itu! Dia yang super teliti, justru melupakan hal sepenting ini? Tidak masuk akal. Pasti disengaja!”

Sepanjang perjalanan mulutnya terus mengoceh. Kekesalan Yeo Reom bertambah. Ia tinggal bersama keluarga yang super kaya, tapi kenapa sekarang ia berakhir mengenaskan di bus kota? Dan menerima tatapan sinis orang-orang di bus yang merasa terganggu karena umpatannya? Seharusnya ia bisa menikmati fasilitas di rumah itu, mobil mewah misalnya. Tapi wanita tadi, yang menyuruh Yeo Reom mengantar pakaian olahraga Haneul, seperti nenek sihir yang sama sekali tidak punya rasa empati.

Sekolah Haneul adalah sekolah internasional. Lokasinya saja berhektar-hektar, dengan bangunan yang memiliki fasilitas sangat lengkap. Meski sempat meminta petunjuk dari petugas keamanan, Yeo Reom kesulitan menemukan gedung sekolah dasar. Sekolah internasional itu dimulai dari TK sampai SMA, jadi bayangkan saja seluas apa lokasinya. Ditambah matahari yang sedang terik membuat keringat sebesar biji jagung menghiasi wajah Yeo Reom. Bunyi napasnya sudah seperti mesin pesawat tua yang menderu ngilu. Sedikit penyesalan muncul di hati Yeo Reom yang malas berolahraga. Tapi penyesalan tinggal penyesalan karena Yeo Reom tipikal yang menerapkan tidur sebagai metode olahraga terbaik.

“Harusnya yang ini!”

Yeo Reom berbicara pada gedung berlantai tiga di hadapannya. Ia jadi tidak sabar ingin bertemu Haneul. Niatan untuk mengomeli Haneul sudah sangat mantap.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Senyuman Yeo Reom mengembang melihat Haneul yang sedang berjalan ke luar gedung, entah hendak pergi ke mana. Tangan Yeo Reom sudah terangkat, bersiap memanggil Haneul tapi tak jadi dilakukan. Haneul terlihat bersama-sama dengan tiga orang gadis yang lebih besar darinya. Kalau dilihat dari seragamnya, mereka adalah murid SMA.

Yeo Reom mengernyit penasaran. Apa yang dilakukan Haneul bersama mereka? Apakah mereka berteman? Memangnya Haneul tidak punya teman sebaya? Tapi berdasarkan sifat Haneul yang dewasa, berteman dengan murid SMA jadi terasa wajar.

Mereka terus berjalan dan Yeo Reom mengekor dari jauh. Mereka baru berhenti di tempat yang sepi. Gadis-gadis berbicara pada Haneul yang sayangnya tidak bisa didengar oleh Yeo Reom karena masalah jarak, tapi ada yang aneh di mata Yeo Reom. Sementara mereka berbicara dengan gesture yang kelihatan sok dan tak bersahabat, Haneul tidak melakukan apa-apa. Ia hanya bungkam dengan kepala yang sedikit menunduk. Seorang gadis menengadahkan tangan pada Haneul, seperti sedang meminta sesuatu. Karena Haneul tidak bereaksi, mereka mulai menggeledah Haneul.

Di tempatnya berpijak, Yeo Reom tertegun.

Apa-apaan itu? Apa mereka sedang menindas Haneul? Tapi kenapa? Haneul kan tipe anak lancang? Tidak punya sopan santun dan juga sangat dingin. Haneul bahkan bisa bertindak kejam terhadap orang lain. Seperti misalnya waktu Haneul memberi titah untuk menghancurkan Star Entertainment. Itu perusahaan besar, lho.

Tapi kenapa Haneul hanya diam saja diperlakukan sekasar itu? Padahal Haneul begitu berani mengolok-olok Yeo Reom. Padahal Haneul pandai sekali memancing kemarahan Yeo Reom dan sama sekali tidak takut pada Yeo Reom yang kalau marah bisa berubah jadi siluman.

Kenapa?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus melintas di benak Haneul. Ia sempat kebingungan dan bergulat dengan berbagai macam spekulasi yang muncul di otak jeniusnya. Apalagi melihat Haneul yang tetap diam, dan sorot matanya itu menyimpan ketakutan.

Cho Haneul yang seperti iblis di mata Yeo Reom justru terlihat ketakutan pada gadis-gadis SMA itu?

Emosi Yeo Reom terpancing. Bukan, bukan karena Haneul sedang di­-bully di depan matanya, tapi karena Yeo Reom merasa diremehkan. Bagaimana mungkin Haneul lebih ‘patuh’ pada murid SMA dibandingkan pada dirinya, yang seorang mahasiswa?

“CHO HANEUL!”

Teriakan itu mendenging di telinga mereka sehingga perhatian mereka teralih. Haneul menghela napas setelah melihat Yeo Reom yang tengah melangkah tergesa-gesa dan penuh amarah.

“Apa lagi?” Haneul mendesah malas.

“Kau bercanda?” Yeo Reom mendelik. “Kau membiarkan mereka berbuat sesuka hati padamu?” ia bertanya sementara matanya mengarah pada tiga gadis yang masih memindainya dari ujung kaki hingga kepala.

“Aku sedang tidak ingin ribut denganmu!”

Desisan Yeo Reom terdengar lagi. “Kau lucu sekali! Sudah, tidak usah bertingkah lemah. Aku penasaran, kenapa kau diam saja saat digeledah mereka? Kau bukan tipe penurut!”

“Kau ini siapa?”

“Diamlah! Aku tidak ada urusan dengan kalian!” Yeo Reom hanya melirik sekilas pada gadis SMA yang bersuara tadi, “Tunggu dulu. Atau memang kau tidak seperti yang terlihat? Ooh..rupanya kau hanya berani di rumah saja. Tapi di luar rumah? Kau bertingkah seperti singa, tapi ternyata kau hanya kucing biasa. Suck!” dan kembali ia mendengus heran pada Haneul yang entah sudah berapa kali mendesah.

“Berisik! Tutup saja mulutmu!” kesal Haneul.

“Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa kau bersikap kurang ajar hanya kepadaku, sementara kau membiarkan mereka begitu saja!”

“Hehh! Kau siapa, datang-datang membuat keributan di sini?” gadis yang sejak tadi hanya bersidekap, mulai mendekati Yeo Reom.

“Kau yang siapa? Kenapa kalian mengasari anak kecil?” Yeo Reom balik bertanya.

Tiga gadis itu tertawa sinis. “Rupanya kau sengaja memanggil baby sitter-mu. Dasar bayi!”

“Kami hanya minta sedikit uang jajan pada anak emas ini. So what?”

“Itu urusan kalian dengannya. Jadi bisakah kalian tidak menyela sementara aku berbicara dengan anak ini?”

Toh, Hongjin Group tidak akan jatuh miskin hanya karena menraktir gadis-gadis itu. Mungkin mereka sedang lapar makanya jadi begitu beringas.

“Perempuan cerewet ini sangat mengganggu!”

Tubuh Yeo Reom di dorong oleh gadis itu sehingga membuat Yeo Reom mundur beberapa langkah. Yeo Reom memalingkan wajah ke kanan, mendesah pada sejenis bonsai di dalam pot besar.

“Ok. Sekarang kalian berurusan denganku,” Yeo Reom lantas menghampiri gadis yang mendorongnya tadi. “Sini kau! Asshole!” dan langsung menarik rambut indah bergelombang si gadis yang kelihatannya sering disentuh oleh penata rambut.

Melihat teman mereka diserang, dua gadis lainnya ikut membantu dengan menarik rambut panjang Yeo Reom. Pertengkaran mereka sontak mengundang perhatian banyak orang. Tahulah, kalau yang berkelahi perempuan pasti suasananya lebih gaduh karena lengkingan-lengkingan tajam mereka.

Haneul yang sebenarnya menjadi akar permasalahan justru hanya berdiri termangu dengan hikmatnya, seolah ia sedang melihat pertunjukan di teater.

Lalu Yeo Reom?

Tidak usah dijelaskan lebih detail. Praktisnya, ia seperti orang kesetanan. Melampiaskan amarahnya yang selama ini tidak tersalur dengan baik pada gadis-gadis itu. Ia lupa bahwa salah satu metode yang dibacanya tentang cara menangani anak adalah memberi contoh yang baik pada anak.

 

*Bersambung*

 

Hai…

Baru nyapa lagi nih. Gimana kabar kalian?

Eyke lg gak mau banyak bacot jd cuma pengen bilang…semoga terhibur.

Jangan sungkan buat koreksi atau kasih masukan ya.

Oke, gitu aja ^^

85 respons untuk ‘Summer Wish (Part 3)

  1. angelcho8888 berkata:

    Wkwkww jd yeorum yg brantem….jgn2 haenul bersikap kaya gtu gara2 di bullyblg…haenul dewasa sebelum waktunya ni..msh kecil bisa berpikiran ttg sahan gtu..

  2. BlackSwan berkata:

    Kurang panjang author…
    Baru larut dalam cerita ehh lgsg bersambung… tapi aku makin penasaran sama sifat haneul sebenarnya dan bagaimana cara yeoreum menaklukan haneul… hehehhe
    Ditunggu next chapt author 😘

  3. dewielfariz berkata:

    Annyeong!
    Aku reader baru disini kak.
    Salam kenal.
    Aku baru baca chap 3, ternyata seru bgt kak.
    Penasaran knpa yeo reum bsa terdampar di keluarga cho?
    So, aku mau baca dari chap awal.
    Pai pai kak.

  4. Monika sbr berkata:

    Ahahahahahaa…. Yeo reom akhirnya berantem dgn gadis2 SMA yg mengerjai haneul, semoga aja yeo reom menang melawan mereka.
    Berharap setelah kejadian ini, haneul bisa sedikit lebih baik ke yeo reom, nggak sering bikin darah tinggih karena ulahnya.

  5. Songdami1994 berkata:

    Aku bingung sama jalan ceritanya. Aku gak ngerti ini cerita apa. Susab dipahami hahaha banyak tekateki nya kek komik conan wkwkwk
    Betewe aku sangat menunggu extra part ‘drama’😁
    Semangat eonni!!!

  6. Kyupit berkata:

    Dunia terbalik yeoreum kaya anak kecil umur 8thn tp haneul kaya seorang mahasirwi yg pnya kepribadian dewasa dan tenang gw heran jangan2 jiwa mereka kebalik :v tp gw kasian ama haneul seharusnya dia menikmati masa anak2ny tp malah pnya pikiran se-dewasa itu gw rara yoreum adalah lawan repadan buat haneul mungkin aja dgn tingkah absurt yoreum dapt menhubah haneul jd lebih ceria

  7. onniemini berkata:

    sebenarnya aku mo ngeliat klnjutannya drama..rupanya summer wish dluan yg di upload
    dan
    buahahahahhah kok bsa2 nya si yoreom klahi sma anak SMA..dan aku geli sendiri ngebayangin dia punya tekad penuh mau ngerubah haneul sprt ank usia dia, smpe dictet sgala..smua buyar gr2 harga diri lbih rndah dr pd anak SMA 😀
    aku malah lupa tujuan mo nengok tingkah mi rae…tpi mi rae tetep ditunggu

  8. debiyamustika berkata:

    itu penempatan TBC gak pas amat kan lagi seru”nya lihat yeo reom berantem wkwk.
    si haneul kayaknya dewasa belum pada waktunya, heol aku aja gak tau apa itu French kiss yang umurnya lebih tua dari haneul tapi dia yang masih 8 tahun tahu yag gituan ??? wah aku kalah sama anak kecil 😀

  9. nanakazami berkata:

    Wah..seru banget kak..jadi pengen mukul2 juga..heboh sendiri ini baca..😂😂
    Tapi ya itu emang kenyataan jaman sekarang..realita kida jaman now vs kids jamn then..kk 😂😂

  10. naynamika berkata:

    Anyeong
    Wooow. . Sungguh menghibur. Kenapa shock pas liat ini judul. Rasa senang. . Sekali. .hehehe
    Unnie. . Keren. ..mungkin haneul hanya malas saja kali ya melihat 3 orang yg sudah sma bertingkah seperti anak kecil(?) . . Meminta uang. Jadi dia diam saja . Karena malas.. .wkwkw
    Bingung juga sebenarnya siapa yg anak kecil. .benerr kasus yg harus di selesaikan oler yeo reom. .

    Fighting unnie

  11. amoy berkata:

    yeoreom kena imbas ny..haaa lucu tpi knp haneul bersikap gitt y smkin pnasaran aj..ditunggu nextt ny..

  12. Dufy berkata:

    Dari awal baca sampe akhir, bawaanya ngakak mulu 😂😂😂… luar biasa ya Hanuel ini.. amazing banget.. siapa yang gak bakalan syok dan kurus tiba2 coba kalo ada di dekat Hanuel.. 😂😂😂
    Yeo reom juga waaar biazza karena masih tahan di dekat Hanuel.. meskipun bokapnya aka Kyuhyun gak nongol di part ini.. tapi gak apalah.. mereka berdua saja sdh buat cerita yang fantastik.. 😂😂 gak sabar buat nextnya.. gimana reaksi Appa Cho yahh?? 😂😂

  13. Sitata berkata:

    Yeaaay akhirnya ada lagi lanjutannya setelah sekian lama menanti
    Makin kocak aja ini yeo reom sama haneul, kenapa jadi dewasaan haneul yg 8 taun dari pada yeoreom padahal kan umur mereka jauh beda,jiwa mereka ga ketuker kan?
    Jadi penasaran sama latar belakang haneul, kenapa sifat haneul ga kaya anak seumurannya,pasti ada sebab-musebabnya
    Jadi ga sabar nunggu lanjutannya
    Semangat terus ya ka

  14. FitriFitri berkata:

    Wkwkwk kak aku ngakak, biar ku tebak. Pasti pemenangnya yo reum ya wkwkwk dia kan lagi kesetanan. Trus lagi ya, ada gitu anak kecil dengan otak tiga puluhan? Uh ck ck ck akhirnya update juga, lama aku nunggu.

  15. Octa berkata:

    Sikap haneul buat penasaran 🤔🤔,, seperti menyembunyikan sesuatu,, di tunggu part selanjutnya kak

  16. Widya Choi berkata:

    Njirrrr ini ank pikiranny d luar ekspetasi kykny y. G bisa d tebak jln pikiranny. Trtama pas dy nyalurin pndpt ny ttg drama romantis itu.. Kok ni ank pintar bgt gt y,, jd ngbyngin tampang melongo ny yeo reom hahahaha.
    Nah loh kok mlah jd yeo reom yg brantem ini?… 3 lawan 1 lg hohoho…

  17. Haoika berkata:

    mukinkah Haneul tertekan seperti itu karena Bullying…?? Semoga aja itu yang ngebully Haneul pada jera … Yeoreom buat pelajaran Ama si penindas itu keterlaluan emang klu Sampai bullying … Haneul dewasa Sebelum waktunya kek ya

  18. lee_ne berkata:

    haneul…. Kyk kids jaman now 😂😂😂
    Yeoreom
    Love uuuu
    Disini kyuhyun ngk begitu di tampilkan ya
    😆

  19. Imgyu berkata:

    Haneul emang penuh misteri. Ga wajar banget anak seumuran delapan tahun ngomongnga dingin, nontonnya berita perkembangan ekonomi. Tp kalo haneul sampe jadi abnormal gitu pasti ada sebabnya kan??? Aku penasaran bgt, apa itu karena dia gal diperhatiin sama bapaknya dan karena pembullyan yg dia alami atau krn ada penyebab lain

  20. syalala berkata:

    hm???? jd ada apa dengan haneul…. emg pasti ada yg salah sih kenapa bisa anak umur 8 tahun tp sikapnya kaya gitu.. entah didikan kyuhyun atau itu jd pelampiasan dia doang sebagai tameng kalo sebenernya dia tersakit… huhu yabgimana ya walaupun anak kecil ttp aja kodratnya pasti masih mau main dan haneul sepeeri terpaksa bersikap kaya gitu.. buktinya aja dia masih bisa ditindas sama anak itu.. duhhh penasaraaaaannnn lanjuuuuutttt

  21. ryza berkata:

    Lihat haneul jd ingat Samantha Lee, si jenius. Tp kok dia takutnya sm anak SMA? yeo reom jd mrsa dilecehkan hehe…
    woah, yeo reom berantem. 3 lawan 1, tp kyknya ntar yeo reom yg menang. Dia kan melampiaskan amarahnya yg terpendam slma ini hahaha…

  22. Hara980120 berkata:

    Nguakak gilak pas yeoreom jadi beringas. Eh langsung ilang ngakaknya pas baca “bersambung” yaelaaah.. keep writing ya author-nim~~~ love ya~ ❤

  23. i54 berkata:

    kurasa haneul harus belajar mengatur emosi dan tenang. apa yg membuat haneul berbeda d rmh & d sekolah?

  24. evelyn kim berkata:

    Duda hot limited edition ga ada 😭
    tapi cukup terhibur banyangin buka yeoreom yg naik pitan liat kelakuan haneul ahaha 👍
    keep writhing eonni, aku tunggu part selanjutnya ≧∇≦

  25. kimseok berkata:

    Tapok jidat deh liat tingkahnya yeoreom, bisa2 anak 3 itu babak belur.
    pas bagian haneul ngomongin saham ama ciuman ekspresiku kali gak beda jauh sama yeo reom. Haneul ini kesannya misterius gitu ya, anak 8 thn paham bener soal saham ama ciuman dan tau2 aku kepikir si haibara temennya conan _apadeh wkwkwkk…

  26. fuji berkata:

    Huaaaaaa kak marchia akhirnya comback stlah sekian lam menunggu 😭😭

    Haneul misterius bgt dewasa sblum waktunya ….lucu aja masih kecil bahas2 frence kiss sama yo reom …pdhl si yoreom aja belum ngarti ama yg begituan tp haneul udah tahu 😀😀😀

  27. aznadya berkata:

    Baru cek email dan menemukan ini 🙂 menjadi hiburan dikala denger si dosen yg ngomongnya ngalur ngindur dak jelas ap..
    siap di baca setelah kelas bubar.

  28. Choalfi berkata:

    Haneul luar biasa bgt. Dia mudeng saham saham gitu yaampun.
    Lmao xD yeoreom HAHAHAHA sumpah aku yakin dia sama haneul ketuker deh jiwanya. Tapi suuuukaaaaaa

  29. yiza berkata:

    ni anak kecil nyeremin bgt. msh 8 th tpi udh omongin saham. gw aja ga ngerti ttg saham begituan 😂😂 cocok bgt dia dpt pengasuh kyk yeo reom yg otak jeniusnya jarang dipake 😆😆😆

  30. Xie Yuan berkata:

    Kalo yeoreom bilang kyuhkyn brengsek itu muji.
    Maka aku bilang. Author sialannnnnnnnnnnnnn kece.. Arkh sebel mesti bkin pnasaran mulu lah

  31. nabilatrrsydh berkata:

    Shick banget pas haneul ngomong di telfon sama pamannya. Ya ampuunn kata2nya bener2 gak menunjukkan klo dia tuh anak kecil. Aku penasaran apa yg bikin haneul sampe jadi begitu. Semoga yeo reom bisa naklukin haneul hahahaha

  32. So_Cho berkata:

    haneul org dewasa yg terperangkap ditubuh anak berusia 8 tahun😂..gimana reaksi kyuhyun kalo dia tau kejadian berantemnya yeo reom sma anak sma gra2 haneul???…lanjutkan kak semangat nulisnya😊

  33. Iyha Buchu berkata:

    Hahaha,,kok jd yeo reom yg berkelahi??
    Ckckcck,,,,
    Kacian haenul,dewasa sebelum waktunya…
    Apa karena dia kurang perhatian dr kyuhyun…??

  34. WonKyu_ELF berkata:

    Sistaaaaa
    Ini ya ampuuuun… keren sekali ceritanyaaaaa 😍😍😍😍
    Plissss jangan digantung yaaa.. keren sekali ini ya ampuuuun 😍😍😍
    Haneul-ah… ngegemesin banget sih.. 🤣🤣
    Kayaknya haneuk sama yeo rom memang ketukar jiwanya hahahaha

  35. Luna berkata:

    KAKAAAAAAAKK aku sungguh cinta sama fanfict buatanmmuuuuuu..
    Ijinkan aku membaca dulu yaa kak…

  36. Mrs choi berkata:

    Gw kayaknya se tipe San yeo Rom ini sama2 cepat meledak 😂GW ngefans bgt sama karakter ini 🤣

Tinggalkan Balasan ke marchiafanfiction Batalkan balasan