I Fell In Love, My Trouble Maker Girl (Part 7)

Image

Cast             :

–  Choi Siwon as Siwon Parris Francaise

–  Samantha (Fiction)

–  Lee Donghae as Donghae Chartier Francaise

–  Cho Kyuhyun as Kyuhyun Edmund Francaise

–  Lee Hyukjae

–  Aline Guibert (Fiction)

–  Other cast

–> FF ini hanyalah sebuah imaginasi meskipun tak menutup kemungkinan terjadi dalam dunia nyata (apa yang kita anggap fiksi sebenarnya sudah banyak terjadi), jika ada kesamaan kisah maupun tokoh, hanyalah faktor ketidaksengajaan. Say no to plagiat!!!

~~~~~

Severance Hospital, Seoul, Korea Selatan.

Tampak jelas kesibukan yang tiada hentinya di rumah sakit besar yang terletak di central kota Seoul tersebut. Siwon dan Donghae tampak berdiri di luar sebuah ruangan. Ini merupakan hari ketiga mereka di Seoul, begitu mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpa Ibu Hyukjae dan Sam—bersama Tuan Lee, mereka langsung terbang ke Seoul menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Francaise.

Kedua orang itu tampak membicarakan sesuatu dengan sangat serius, mereka tak perduli jika keberadaan mereka cukup menyita perhatian orang-orang yang berada di rumah sakit tersebut. Wajah keluarga Francaise memang sudah tidak asing lagi, mereka disejajarkan dengan selebrity papan atas Hollywood hingga tak heran jika mereka cukup dikenal di manca negara.

Pemberitaan mengenai aktivitas keluarga Francaise selalu menarik perhatian banyak orang, terutama tentang putra-putra keluarga konglomerat pemilik jaringan raksasa Francaise Group tersebut. Siwon dan Donghae sedang membicarakan kondisi Ibu kakak beradik Lee, Professor Lerryn memang telah melewati masa kritisnya tetapi masih belum sadarkan diri.Sementara itu, di dalam kamar VIP—Sam yang berdiri di dekat jendela hanya memandangi Ayahnya dan Hyukjae yang duduk di samping tempat tidur Ibunya. Sam menatapi wanita yang hampir tak dikenali karena sebagian tubuh yang dibalut oleh perban akibat luka serius atas ledakan yang terjadi tiga hari lalu. Ketiga orang itu hanya membisu. Hyukjae tak melepaskan pandangannya dari Ibunya, wajah Hyukjae tampak tenang tetapi kesedihan terlihat jelas dari sinar matanya. Belasan tahun tak bertemu dengan Ibunya, mereka justru dipertemukan dalam ketidakberuntungan.

Sam beranjak dari tempatnya, ia berjalan meninggalkan Hyukjae dan Ayahnya yang hanya diam terpaku. Sam segera menutup pintu kamar tempat Ibunya di rawat.

“Sam” Min Ji melambaikan tangan pada Sam.

Sam memandangi Ji Hye dan Min Ji yang berkumpul bersama-sama dengan Siwon dan Donghae. Gadis itu segera menghampiri mereka. Sam menerima segelas kopi yang disodorkan oleh Ji Hye. Kedua sahabatnya itu memang selalu rutin mengunjunginya di rumah sakit sejak kedatangan mereka ke Seoul.

“Bagaimana keadaan bibi?” tanya Ji Hye.

“Belum ada perubahan” jawab Sam sembari duduk di sebuah kursi. Sam menyadarkan kepalanya di dinding, tatapan matanya yang dingin dan mulutnya yang tertutup rapat—hanya diam begitu saja.

“Sam, sebaiknya kita pulang” tawar Min Ji.

“Benar Sam, istirahatlah” ujar Donghae. Raut wajah Sam yang terlihat letih mengatakan jika ia tak beristirahat dengan baik.

“Tidak” ujar Sam pelan “Kumohon jangan berisik” katanya pelan. Ia memejamkan matanya yang letih. Mereka hanya diam memandangi Sam.

“Sam. Sam~” suara yang begitu lembut, “Bangun Sam” suara itu terus terdengar memanggil-manggil nama Sam “Sam”

Kelopak mata Sam membuka sedikit demi sedikit. Ia memandangi seseorang yang berada di hadapannya, penglihatannya masih sedikit samar sehingga tidak begitu jelas melihat sosok itu.

“Sam” Seorang wanita cantik berpenampilan rapi, ada kacamata tipis yang menghiasi wajahnya. Sam  terperanjat memandangi wanita yang sedang tersenyum manis padanya.

“Ibu?” gumam Sam heran. Ia kembali terdiam “Ibu, bagaimana..bagaimana?” tanya Sam, ia masih heran mengingat beberapa waktu yang lalu Ibunya masih terbaring tak sadarkan diri.

“Ada apa?” wanita itu tersenyum semakin lembut. Sam sedikit terkesima memandangi wajah itu, ia hampir tak mengingat lagi jika Ibunya memiliki senyuman secantik itu. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya wanita itu

“Aku?” Sam sedikit kebingungan untuk menjawab pertanyaan itu “Bukankah tadi Ibu…” ia ragu, keberadaannya di rumah sakit karena Ibunya yang dalam kondisi yang tak sadarkan diri tapi kini Ibunya justru muncul dengan wajah berseri-seri.

“Bergegaslah Sam, kau sudah terlalu lama bersantai”

“Kau ke sini, hanya untuk menceramahiku lagi?” kekesalan Sam kembali muncul “Aku akan kembali jika sudah waktunya. Jangan terus-terusan memaksaku!”

“Sam” wanita itu kembali tersenyum, “Lakukan sesuai kemauanmu” Ia kembali berkata dengan penuh kesabaran. Sam terdiam, heran.

“Seperti bukan Ibuku?” Sam memandangi wanita itu dengan heran.

“Aku hanya mengkhawatirkan kalian, kau dan Hyukjae. Aku tak ingin kalian mengalami nasib yang sama seperti Ayah dan Ibu, kelak kalian harus saling menjaga” Kata wanita itu “Jangan menjadi seseorang yang sepertiku. Suatu saat kau harus memilih—dan aku harap kau melakukan pilihan yang terbaik”

“Apa yang sedang Ibu katakan?”

“Sam, kau tahu persis apa maksudku. Kau tak ada bedanya denganku—ada satu hal yang tidak aku lakukan dan aku tak mau kau mengulangi hal yang sama” wanita itu meraih tangan Sam, ia meletakan tangan Sam ke dadanya “Hati. Jangan dengan pikiran, gunakan hatimu—kau harus lebih banyak mendengarkan kata hatimu. Selama ini kau selalu mengandalkan pikiranmu, kau mengabaikan hatimu dan aku tak ingin kau berakhir sepertiku. Sam, kau akan menemui banyak hal yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya dari orang-orang di sekitarmu dan saat itu, yang harus kau lakukan adalah mendengarkan kata hatimu”

“Siapa kau? Benarkah kau wanita yang melahirkanku? Apa yang sedang ingin kau sampaikan?” Sam masih tampak kebingungan, ia tak mengenali sifat yang sedang dipamerkan oleh sosok yang disapanya Ibu itu.

“Kau akan mengerti jika sudah waktunya. Kau harus tahu Sam, di dunia ini masih ada banyak hal selain sains. Mungkin kau tak pernah berpikir jika ada seseorang yang benar-benar tercipta hanya untukmu, seseorang yang hanya terus memikirkanmu, seseorang yang tak mampu hidup tanpamu, dia yang hidup hanya untukmu—percayalah Sam, meskipun hanya satu berbanding sepuluh ribu, orang seperti itu pasti ada”

“Aku tak mengerti maksudmu?”

“Bagiku, Ayahmu adalah orang yang seperti itu” ujar wanita itu.

Sam terdiam memikirkan ucapan itu, memang benar, sejak berpisah Ayah dan Ibunya tak pernah menikah, apa mungkin karena hanya ada satu belahan jiwa?

“Tapi karena aku lebih mengutamakan ego, dan mengabaikan kata hati maka semuanya berlalu begitu saja—Ibumu ini hanya tak ingin kau dan Hyukjae mengalami hal yang sama. Sam orang seperti itu, selalu ada, tergantung bagaimana caramu menemukan orang itu. Saat ini keberadaannya bisa saja sangat jauh, di tempat yang tak kau pikirkan—bahkan, mungkin saja saat ini jaraknya denganmu tak lebih dari satu meter—meskipun begitu, kau tak akan menyadarinya jika kau tak melihat dengan hatimu. Itulah yang dinamakan cinta sejati,” ujar wanita itu penuh wibawa.

“Mengapa tiba-tiba berkata seperti itu?”

“Cinta sejati tidak berarti dia selalu merasa kita ada, bahwa kita tak selalu berada di sekitarnya, tidak menyita ruangnya, tidak membuatnya merasa terikat. Hanya saja, ia akan selalu merasa lebih menyenangkan jika berada di dekat kita—ingatlah Sam, cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan, dan mengerti apa yang tidak dijelaskan karena cinta tidak datang dari bibir atau lidah bahkan pikiran, melainkan dari hati” Professor Lerryn tersenyum tipis.

“Kau benar-benar Ibuku?” Sam mulai meragukan keberadaan wanita di hadapannya itu. Ia merasa sangat tidak mungkin bagi Ibunya untuk berbicara diluar hal-hal ilmiah seperti itu.

“Hanya ingin kalian bahagia” kata wanita itu pelan.

“Setakut itukah?” Sam mulai dingin “Jangan tiba-tiba bertindak seperti seorang Ibu yang baik. Ayah dan Ibu yang melakukan kesalahan itu, kalian yang telah merampas semuanya, bahkan aku tak ingat lagi seperti apa rasanya bahagia. Jika hanya ingin aku bahagia, tidak perlu secemas itu—kupastikan, aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tidak butuh campur tangan kalian semua” kata-kata sadis kembali terlontar dari bibir Sam. Wanita itu memandangi Sam dengan tenang.

“Baiklah, kau memang seperti itu—tapi Sam, bahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik dalam hidupmu, kau harus menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupmu” ucap tenang Professor Lerryn “Sudahlah, aku senang kalian datang. Aku  lega sekarang…” wanita cantik itu tersenyum begitu lembutnya kepada Sam. Sam hanya terpaku memandangi kelembutan dan juga tatapan hangat itu, untuk sesaat ia tak percaya jika wanita yang berada di hadapannya adalah Ibunya.

“Sam..” seseorang kembali memanggil nama Sam “Sam.. Sam..” suara yang terdengar begitu berat. Sam memandangi Ibunya dengan heran, perubahan suara Ibunya yang tiba-tiba terdengar seperti suara lelaki “Sam, bangun Sam!” Sam tersentak kaget. Tidak ada lagi wajah wanita lembut yang penuh dengan senyuman, di hadapannya justru hanya terlihat wajah Siwon. “Sam” Siwon kembali memanggil namanya, ia menatap tajam pada Sam.

“Siwon?” Sam menatap wajah tampan Siwon yang begitu dekat di matanya. Ia akhirnya sadar jika percakapan manis antara ia dan Ibunya yang baru sekali terjadi dalam hidupnya, hanyalah sebuah mimpi “Sepertinya aku bermimpi aneh” gumam Sam.

“Sam..” Siwon bergumam pelan.

Sam memandangi wajah Siwon yang terlihat tegang “Ada apa?” tanya Sam yang tak mengerti dengan ekspresi Siwon. Pemuda itu hanya diam. Sam memandangi sekelilingnya, ia melihat beberapa dokter dan juga perawat yang tergesa-gesa menuju kamar Ibunya “Apa yang terjadi?” tatapan Sam yang masih terlihat kebingungan. Ia memandangi Ji Hye dan Min Ji yang masih setia menemani, juga Donghae.

Tak jauh dari mereka Ayahnya dan Hyukjae juga berada di situ, mereka terlihat tegang dan ketakutan.

“Sam, Ibumu kembali kritis” Siwon tampak ragu melanjutkan perkataannya “Dokter sedang berusaha menolongnya”

Sam terkejut, matanya melebar. Ia mulai merasakan ketegangan yang terjadi di sekitarnya.

“Sam, sebaiknya kita ke sana” Siwon beranjak dari tempat duduknya tetapi Sam memegangi kemeja pemuda itu “Sam” Siwon memandangi Sam yang terpaku. Gadis itu terdiam untuk beberapa saat.

“Bolehkah—aku meminjam earphone-mu?” Sam memandangi wajah Siwon.

“Tapi Sam..”

“Kumohon, berikan saja padaku” kata Sam dengan nada yang begitu dingin. Meskipun bingung, Siwon akhirnya memberikan earphone itu pada Sam. Gadis itu segera memasang earphone di telinganya, ia menambah volume lagu yang sedang didengarkannya. Siwon kembali duduk di samping gadis itu. Kini yang terdengar di telinga Sam hanyalah lagu.

Matanya tetap mengawasi ketika ada yang keluar dari kamar itu, seorang dokter yang langsung dikerumuni, ia tak tahu apa yang mereka bicarakan karena ia sendiri tak ingin mendengar itu. Tangan Sam mengepal erat di atas pahanya, tangan itu mulai gemetar—meskipun tak tahu apa yang disampaikan oleh dokter tapi Sam sudah bisa menebak apa yang telah terjadi. Matanya yang indah tak berkutip memandangi wajah semua orang yang terkejut. Hyukjae yang tertegun dan akhirnya dirangkul oleh Donghae, air mata yang mengalir di wajah Ayahnya bahkan Min Ji dan Ji Hye yang ikut menetaskan air mata. Sam semakin bergetar dengan hebat. Tanpa ragu, Siwon segera menggenggam erat tangan Sam.

***

Orang-orang tampak begitu sibuk keluar masuk di sebuah gedung. Mereka yang terlihat berpakaian serba hitam dan sangat rapi. Ya, mereka datang ke gedung yang lebih di kenal sebagai rumah duka tersebut untuk memberikan penghormatan terakhir kepada keluarga, teman, saudara bahkan kerabat mereka yang meninggal dunia. Suasana yang tak jauh berbeda di setiap ruangan dalam rumah duka tersebut, sedih, haru yang diselimuti oleh isak tangis mengiringi kepergian orang-orang yang mereka kasihi.

Begitu juga yang terjadi disalah satu ruangan dalam rumah duka itu. Orang-orang yang terlihat begitu khusuk, suasana duka yang menyelimuti. Ruangan yang penuh dengan krans bunga, ada sebuah foto berukuran besar di dalam ruangan itu, wajah wanita cantik yang tersenyum tipis. Tuan Lee dan Sam yang menerima ucapan bela sungkawa dari orang-orang yang berdatangan.

Siwon, Donghae, Min Ji dan Ji Hye yang berada di ruangan itu juga turut memperhatikan orang-orang yang bergantian datang ke perhelatan itu. Kebanyakan yang datang adalah orang-orang penting, mengingat Professor Lerryn Zoya adalah seorang ilmuwan yang cukup berpengaruh, apalagi dia di kontrak khusus untuk bekerja dalam pertahanan negara di negeri gingseng tersebut.

“Aku tak menyangka akan berakhir seperti ini” ujar Ji Hye. Mereka turut prihatin dengan duka yang menimpa sahabat-sahabat mereka.

Mata Siwon terus tertuju pada Sam, ia memperhatikan gadis itu. Sam terlihat begitu tegar. Ia menyalami orang-orang yang datang, tak jarang ia bercakap-cakap dengan kumpulan orang-orang itu. Dari raut wajahnya, Sam sangat tenang—seperti tak ada yang berubah dengan suasana hatinya. Itulah yang membuat Siwon semakin keheranan karena tak terlihat rona kehilangan bahkan kesedihan di wajahnya.

“Kemana Hyukjae?” tanya Donghae, sejak tadi Hyukjae tak terlihat di situ.

“Aku akan mencarinya” Siwon segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Ia mencari Hyukjae tapi tak menemukan pemuda itu, Siwon segera berjalan keluar gedung. Di sebuah kursi, ia melihat Hyukjae hanya duduk termenung. Ia lalu menghampiri Hyukjae dan duduk di samping pemuda itu.

“Minumlah” Siwon menyerahkan minuman kaleng yang baru diambilnya. Hyukjae segera menerima pemberian Siwon “Mengapa kau masih di sini?” tanya Siwon. Hyukjae terdiam, ia lalu meneguk minuman kaleng tersebut.

“Aku hanya mencari udara segar, Siwon” jawab Hyukjae “Aku tak suka suasana di dalam sana, membuatku sesak” Hyukjae berkata sangat pelan.

“Kau benar. Semua orang juga tak akan suka suasana seperti itu”

“Aku masih tak yakin jika itu adalah Ibuku, terlalu perih membuatku tak ingin mempercayai semua ini” kata Hyukjae “Berharap ini hanyalah mimpi, tapi ketika terbangun, sakit itu semakin nyata”

“Hyukjae”

“Siwon, aku benar-benar tak ingin berada di sana, melihat foto Ibuku semakin membuatku tersiksa. Pada akhirnya bisa bertemu tapi…” Hyukjae terlihat sangat kacau “Dia memang bukanlah seorang Ibu yang seperti kebanyakan Ibu lainnya, dia begitu sibuk hingga tak jarang menelantarkan kami. Sam yang seperti sekarang, mungkin salah satu penyebabnya adalah Ibu—juga Ayahku. Meskipun begitu, seburuk apapun—dia tetap Ibu kami”

“Di dunia ini tidak ada orang tua yang ingin menggali kubur anaknya. Hanya saja, masing-masing mempunyai cara yang berbeda untuk menunjukan kasih sayang mereka” ujar Siwon “Hyukjae, Ibumu adalah orang yang hebat. Kau harus lihat betapa kehilangannya semua orang akan sosok Ibumu. Untuk seorang anak yang terpisah selama belasan tahun, tak baik jika kau mengabaikannya dan memilih menjauh disaat semua orang justru sedang memberikan penghormatan terakhir kepada Ibumu—kau harus mengantarnya Hyukjae. Sebaiknya kita segera kembali” Siwon segera beranjak, ia menatap Hyukjae yang termenung. Tak lama kemudian Hyukjae mengikuti ucapan Siwon. Kedua orang itu segera kembali ke dalam gedung tersebut.

***

Siwon, Donghae, Min Ji dan Ji Hye masih begitu serius memperhatikan Sam. Tatapan mata mereka terlihat kebingungan dan heran memandangi wajah gadis cantik itu.

“Apa yang salah dengannya?” tanya Ji Hye.

“Menurutku ini sedikit aneh” gumam Donghae.

“Jangan seperti itu” potong Min Ji “Kami sudah bersahabat dengannya sejak kecil. Sam itu gadis yang keras kepala. Dia pernah terjatuh saat kami sedang bermain lalu memiliki luka yang aku yakin itu sangat menyakitkan, dia juga pernah dijauhi dan diperlakukan dengan kasar oleh orang lain tapi sedikitpun aku tak pernah melihat air matanya. Lihatlah, dia bahkan tampak sangat tegar..” ujar Min Ji. Sam sedang menjadi topik pembicaraan mereka.

“Tegar katamu? Tampaknya sangat gila bagiku” dengus Donghae “Sedikitpun tak ada air mata yang keluar ketika Ibunya sendiri meninggal dunia. Melihat wajah yang seperti itu membuatku tak habis pikir. Aku mengerti jika memang Sam tak bisa menangis tapi kalian lihat sendirikan bahkan kesedihan tak sedikitpun terlihat di wajahnya. Ia tampak sangat baik, dan saat ini aku justru melihatnya lebih banyak tersenyum dari biasanya” keluh Donghae panjang lebar.

Siwon hanya diam, ia tak berniat menyambung percakapan itu.

“Sudahlah. Kalian tak akan tahu seperti apa kehidupan seorang Sam, dia sangat menderita dan sangat kasihan” kata Ji Hye pelan “Tapi, sekalipun begitu—meskipun kehidupan yang kau hadapi begitu berat tapi tetap saja tak masuk akal jika sedikitpun tak merasa kehilangan akan seseorang yang dekat denganmu, walaupun orang itulah yang tak ingin kau jumpai seumur hidupmu” Ji Hye terlihat sedih. Ia dan Min Ji cukup tahu kehidupan Sam yang menurut mereka sangat berat tapi tetap saja mereka terkejut melihat reaksi Sam yang terlalu dingin.

Begitulah Sam, gadis itu selalu saja membuat heran banyak orang. Ia gadis yang sangat keras. Tetapi perilakunya sangat diluar dugaan, gadis yang tak menangis di pemakaman Ibunya. Ia tak sedih, ia tak sedang berduka, wajahnya tampak segar dan begitu baik. Meskipun tak ceria, raut wajah yang tegar dan tenang semakin membuat sahabat-sahabatnya kebingungan.

Prosesi pemakaman berlangsung secara khidmat, meskipun bukan warga negara Korea Selatan tapi Professor Lerryn Zoya telah memberikan banyak sumbangsih dan kontribusi yang berarti,—seorang ilmuwan yang menghabiskan sisa hidupnya demi harapan dan impiannya yang begitu besar hingga rela mengorbankan keluarganya sendiri. Banyak orang-orang penting yang turut hadir. Meskipun telah lama bercerai tetap saja membuat Tuan Lee haru dan sedih begitu juga dengan Hyukjae yang tampaknya sangat terpukul. Pemuda itu terisak tanpa suara, memandangi peti mati Ibunya dimasukan ke dalam liang lahat.

Siwon yang berada di sampingnya ikut sedih melihat sahabatnya itu, Hyukjae tak pernah sesedih itu dalam hidupnya. Selama ini Hyukjae memang selalu berharap dapat bertemu dengan Ibunya tapi rupanya harapan Hyukjae yang manis. Ibu yang dirindukannya selama belasan tahun kini telah pergi. Berbeda dengan Tuan Lee dan Hyukjae, Sam justru semakin tenang. Jika orang lain melihatnya maka akan mengira jika gadis itu benar-benar sangat tegar. Sam hanya memandangi Hyukjae yang terus meneteskan air mata.

Tatapan mata Sam terlihat begitu tenang dan sangat dingin, tak tampak kesedihan sekecil apapun di wajahnya. Beberapa pria paruh baya yang merupakan rekan sesama ilmuwan Ibunya, para professor dan beberapa petinggi militer menghampiri Sam dan mereka tampak terlibat dalam sebuah pembicaraan. Entah apa yang mereka bicarakan, cukup serius tapi tak begitu tegang—yang membuat Siwon, Donghae, Ji Hye dan Min Ji heran adalah Sam, kali ini gadis itu bahkan tak segan-segan memamerkan senyuman bahkan tawa pelannya menanggapi pembicaraan itu.

Sam di mata mereka terlihat seperti orang lain, ia tampak sedikit lembut dan sangat dewasa, senyuman bahkan tawanya begitu berbeda. Gadis itu sangat bersahaja, satu-satunya yang termuda di dalam kumpulan orang-orang tua itu tapi ia mampu mengimbangi mereka hingga tampak tak ada perbedaan diantara mereka. Topik apapun yang mereka bicarakan tak penting bagi sahabat-sahabatnya karena yang mereka perhatikan sekarang hanya sikap Sam yang benar-benar berubah—juga senyumnya yang lembut, ia terlihat Professor Lerryn Zoya muda.

~.o0o.~

Langit yang mulai gelap pertanda bahwa malam telah menjemput, di tambah lagi cuaca yang cukup mendung menyelimuti kota Seoul. Akhir-akhir ini cuaca memang sedang tidak bersahabat. Sementara itu disebuah rumah dalam kawasan perumahan elit, Siwon dan Donghae sedang bersantai di sebuah ruangan di rumah tersebut. Keluarga Francaise memiliki beberapa perusahaan juga mall, hotel dan resort berkelas satu yang terletak di beberapa tempat di Korea Selatan tetapi Siwon dan Donghae lebih memilih untuk tinggal di rumah Sam. Seperti biasanya, Donghae hanya menyibukan diri dengan membaca sedangkan Siwon terlihat begitu asyik memetik gitarnya.

Hyukjae menghampiri Donghae dan Siwon, ia lalu bergabung bersama kedua orang itu. Hyukjae sudah terlihat lebih baik dibandingkan kemarin, ketika pemakaman Ibunya.

“Dimana paman Lee?” tanya Donghae.

“Di kamar, suasana hatinya belum membaik” kata Hyukjae pelan. “Kalian melihat Sam?” tanya Hyukjae.

“Dia baru saja tiba beberapa menit yang lalu” jawab Donghae “Apa yang sedang dia lakukan? Sam tampak sibuk” gumam Donghae.

“Mungkin bersama Ji Hye dan Min Ji” kata Siwon.

Sam memang terlihat sangat sibuk. Selesai pemakaman Ibunya, Sam langsung pergi begitu saja dan kembali ketika tengah malam. Masih begitu pagi ketika gadis itu meninggalkan rumah dan baru saja kembali beberapa waktu yang lalu, entah apa yang dia lakukan.

“Sebaiknya kita segera kembali” ujar Hyukjae.

“Seperti itu?” Siwon memandangi Hyukjae.

“Kita sudah meninggalkan sekolah terlalu lama, aku khawatir tak bisa mengejar ketinggalan. Aku juga tak tahan terlalu lama di sini” Hyukjae memberikan alasannya. Siwon memandanginya sekian detik.

“Baiklah,” jawab Siwon, ia kembali memetik gitarnya itu. Mereka kembali terdiam.

Sam tergesa-gesa melewati mereka. Donghae, Hyukjae dan Siwon memandangi gadis itu, bertanya dalam hati hendak kemana ia pergi.

“Sam, pergi kemana?” tanya Hyukjae. Gadis itu berhenti

“Ada sedikit urusan” jawab Sam. Tatapan Hyukjae sedikit berubah.

“Apa yang kau lakukan?” Hyukjae kembali bertanya, “Apa yang membuatmu sesibuk itu?” ulang Hyukjae, Sam segera membalikan badan.

“Aku hanya mengurusi beberapa hal” jawab Sam dengan begitu santai “Aku harus pergi, kurasa… ini tak ada hubungannya dengan kalian” ujar gadis itu lagi.

“Benarkah?” Hyukjae yang semula duduk tenang akhirnya berdiri, ia segera menghampiri Sam “Jadi memang masalah pribadimu saja. Lalu, kau seharian menghabiskan waktu di luar rumah hanya karena kepentinganmu? Pergi ketika baru saja mengubur Ibu—Ibumu juga?” nada Hyukjae mulai berubah, Sam memandanginya tajam membuat Siwon dan Donghae mulai gusar.

“Apa masalahmu?” Sam tersenyum sinis “Tiba-tiba begitu sensitif, seperti bukan dirimu?”

“Karena aku masih manusia!” ujar Hyukjae kasar “Dibandingkan denganmu, apa yang kau lakukan Sam? Kau membenci Ibu, aku sangat tahu itu. Tapi benarkah kau tak merasa sedih sedikitpun?”

“Apa yang ingin kau katakan?” Sam tersenyum tipis, tetap sinis.

“Kau sangat dingin, kasar, tidak terkendalikan, perilaku yang tak seperti kebanyakan gadis bahkan sinar matamu hanya dipenuhi dengan kebencian—aku mengerti kau bisa menjadi seperti itu, tapi sangat aneh melihatmu tak menangis ketika Ibu meninggal”

“Benarkah?” dengus Sam.

“Kau selama ini tinggal dengan Ibu, benarkah tak sedikitpun kau merasa kehilangan? Sekalipun kau membencinya, bagaimanapun juga dia adalah orang yang telah melahirkanmu! Aku bahkan melihatmu begitu tenang, tak ada kesedihan di matamu—juga mampu tersenyum seperti itu. Apakah itu bisa disebut manusia?” Hyukjae terlihat sangat kesal “Kau tak ada bedanya dengan robot!”

“Mengapa?” Sam mencoba bersikap tenang.

“Sejahat apapun manusia, ia masih memiliki hati. Tapi kau, kau tak seperti itu. Mengapa kau bisa sedingin itu, Sam?”

“Lalu kau ingin aku bagaimana?” Sam mulai marah. Siwon dan Donghae hanya diam, tak berniat mencampuri urusan kakak beradik itu “Aku yang seperti apa, agar membuat kalian semua puas? Apa aku juga harus menangis?” Sam berkata dengan nada yang meninggi.

“Menangis?” Hyukjae berpaling sambil tertawa aneh “Kau mengerti kata apa yang baru saja kau ucapkan?” Hyukjae bertanya dengan begitu sinis. Kedua kakak beradik itu terlibat dalam adu mulut yang panas.

“Mengapa? Kau kira aku tak tahu?” Sam menatapi Hyukjae dengan tajam “Reaksi atas tersentuhnya hati oleh sebuah kejadian—air mata yang tercurah karena ungkapan perasaan atas kebahagiaan, kekecewaan juga kesedihan” kata Sam, ia mendefinisikan pengertian dari kata ‘menangis’ itu.

Semua yang ada di ruangan itu kembali terdiam untuk kesekian menit.

“Tapi aku, Sam, tidak punya waktu untuk menangis seperti itu. Aku tak mau membuang waktuku karena harus menangis tersedu-sedu di pemakaman Ibu, mungkin terdengar kejam tapi begitulah aku” kata Sam sangat dingin “Seperti yang kau katakan Hyukjae, karena tak ada bedanya dengan robot maka aku tak punya hati bahkan perasaan yang dapat tersentuh dengan kejadian-kejadian seperti itu”

Sam segera meninggalkan ruangan itu. Di luar rumah, hujan telah turun dengan begitu deras. Siwon, Donghae dan Hyukjae masih mematung di tempat. Hyukjae menghempaskan dirinya di sofa dengan lemas, jemari-jemari tangannya meremas kuat rambut di kepalanya. Ia terlihat sangat frustasi.

“Di luar hujan deras, kemana perginya Sam?” tanya Donghae setelah sekian menit mereka berada dalam keheningan.

“Biar aku yang mencarinya!” Siwon berdiri. Baru saja Donghae hendak menyusuli Sam ketika Siwon memilih untuk melakukannya. Pemuda itu segera berlalu dari hadapan Donghae dan Hyukjae.

Hujan mengguyur kota Seoul dengan begitu deras. Jalanan di kompleks perumahan tersebut terasa sepi, hanya ramai oleh gemKyuhyunik air hujan. Sam berjalan seorang diri di tengah derasnya air hujan, tanpa pelindung membuatnya basah kuyup. Sam terlihat gontai, langkah kakinya begitu pelan dan tertatih-tatih. Raut wajah yang begitu dingin, ia tak perduli dengan derasnya hujan.

Wajah itu terlihat seperti seseorang yang kehilangan pikiran, seseorang yang tak tahu arah dan sangat kebingungan. Sam mulai menyeret kakinya yang terasa berat di tengah guyuran hujan. Tangannya yang gemetar berusaha memegangi dadanya. Nafas Sam mulai terengah-engah, seperti ada sesuatu yang menyumbat saluran pernafasannya. Tangan gadis itu semakin keras menekan dadanya. Penyakitnya terulang lagi. Kaki Sam seakan tak mampu menanggung berat tubuhnya.

Siwon berjalan dengan tergesa-gesa, ia memegang erat payung di tangannya agar tak terhempas oleh angin. Matanya memperhatikan sekelilingnya—ia sedang mencari Sam. Pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis yang berada beberapa meter di depannya, Sam yang melangkah berat di tengah kesakitan yang ia rasakan. Siwon segera berlari menghampiri gadis itu dan melindungi Sam dengan payung yang dibawanya.

“Sam” Siwon heran melihat ekspresi Sam. Melihat gadis itu seperti orang yang sekarat hingga susah bernafas, ditambah lagi tangannya menekan keras dadanya. Siwon akhirnya menyadari, ini bukan kali pertama ia melihat Sam seperti itu “Sam, tak apa-apa?” tanyanya lagi.

Sam menggerakan kepalanya dengan sangat pelan, ia memandangi Siwon yang berdiri di sampingnya. Wajah gadis itu begitu pucat dengan bibir yang gemetar, ekspresi itu sangat menyiksa. Sam kembali memalingkan wajahnya, ia lalu berusaha untuk melangkah tetapi ia telah kehilangan keseimbangan membuatnya hampir ambruk.

“Sam!” dengan sigap Siwon merangkul gadis itu, ia memegangi dengan erat bahu Sam. “Sam, kau tak apa-apa?” Siwon tampak panik melihat gadis itu semakin kuat mengcengkeram dadanya, nafasnya sangat tidak beraturan. Sam yang kehilangan kekuatan pada kakinya langsung tersungkur begitu saja “Sam!” teriak Siwon, ia langsung memegangi Sam dengan kedua tangannya, payung di tangannya terlepas begitu saja. Gadis itu seperti seseorang yang terkena penyakit jantung, tampak kritis di mata Siwon. “Sam.. Sam.. apa yang terjadi?” Siwon semakin panik melihat Sam yang terduduk lemas di aspal mulai kehilangan kesadarannya,  “Sam, bangun Sam!” pemuda itu menepuk-nepuk pipi Sam, mata Sam telah terpejam, ia benar-benar tak sadarkan diri lagi—meninggalkan kepanikan Siwon yang tak perduli lagi jika air hujan telah membasahi seluruh tubuhnya.

***

Hyukjae memegangi tangan Sam. Ia tak melepaskan pandangannya dari wajah pucat Sam. Gadis itu belum sadarkan diri, selang infus yang tertanam di tangan gadis itu semakin membuat Hyukjae merasa bersalah. Donghae yang semula duduk di sofa segera menghampiri Hyukjae, mengambil posisi di samping Hyukjae.

“Jangan terlalu merasa bersalah Hyukjae” kata Donghae. Hyukjae hanya menarik nafas.

“Karena aku, Sam jadi seperti ini” jawab Hyukjae “Aku terlalu kasar padanya, tak memikirkan perasaannya”

“Hyukjae, gadis ini sangat keras kepala. Tanpa kau mengatakan apapun padanya, dia akan tetap menghadang hujan” ujar Donghae.

“Mendengar dokter mengatakan bahwa Sam sangat stress dan tertekan, membuatnya tak makan dengan baik hingga terkena radang lambung—aku semakin bersalah” Hyukjae berkata lirih “Aku sangat kesal melihatnya bertingkah seperti tak terjadi apa-apa dengan keluarga kami. Sam juga pasti sangat sedih tapi tak dapat menunjukannya dan aku justru semakin memperburuk kondisinya”

“Jangan cemas” Donghae menepuk-nepuk pundak Hyukjae “Lalu, dimana paman Lee?” Donghae mengamati ruangan itu, tersisa dia dan Hyukjae yang sedang menunggui Sam.

“Baru saja pulang beberapa waktu yang lalu” jawab Hyukjae “Yeah, buku segalanya bagimu” meski terdengar sedikit tawar tapi Hyukjae masih saja meledek Donghae tak menyadari kepergian Tuan Lee karena sedang membaca.

Derik pintu mengalihkan perhatian Hyukjae dan Donghae. Mereka menoleh pada Siwon yang baru saja masuk dan kembali menutup pintu kamar rawat Sam. Ia segera menghampiri Hyukjae dan Donghae.

“Kau datang” Hyukjae tersenyum melihat Siwon.

“Di rumah sangat sepi” kata Siwon “Bagaimana dengannya?” Mata Siwon tertuju pada Sam.

“Seperti yang kau lihat” jawab Hyukjae “Sebaiknya aku pulang dulu, seharian ini badanku belum tersentuh air” kata Hyukjae dengan wajahnya yang masam.

“Aku rasa begitu” tawa Siwon.

“Ayo!” Hyukjae berdiri sambil memberi kode pada Donghae. Donghae menatapnya dengan kebingungan “Apa yang kau tunggu?”

“Haruskah?” tanya Donghae yang sepertinya kesal diajak pulang oleh Hyukjae.

“Kau tidak gerah memakai pakaian yang sama seharian penuh?” tanya Hyukjae dengan nada herannya.

“Pergilah, aku yang akan menjaga Sam. Jika kalian masih di sini, aku khawatir kesadaran Sam tak akan pulih” kata Siwon sambil bercanda.

“Baiklah, aku titip Sam” kata Hyukjae.

“Hyukjae?” Donghae menatap Hyukjae dengan heran “Semudah itu menitipkan Sam pada Siwon?”

“Ada apa??” tanya Hyukjae.

“Membiarkan Siwon di sini—sendiri?”

“Memangnya kenapa?” Hyukjae tampak tak mengerti. “Sepertinya kau mencemaskan sesuatu?” Hyukjae menatap Donghae yang langsung salah tingkah.

“Tidak, aku hanya…”

“Jangan banyak alasan. Kita pulang sekarang juga!” Hyukjae merangkul Donghae yang terlihat sangat kesal dan sepertinya tak rela untuk meninggalkan ruangan tersebut “Kami akan segera kembali” kata Hyukjae pada Siwon, dan dijawab dengan senyuman tipis Siwon. Siwon segera duduk di samping tempat tidur Sam. Ia memandangi wajah Sam.

***

Mata Siwon yang terpejam, terbuka dengan perlahan. Entah sudah berapa lama ia tertidur ketika sedang menjaga Sam. Dengan setengah kantuk, pemuda itu menatap pada jam tangannya—sudah hampir jam sepuluh malam tapi Hyukjae dan Donghae belum juga kelihatan. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke tempat tidur dan raut wajahnya langsung berubah mendapati tempat tidur tersebut telah kosong.

“Sam?” panggil Siwon, ia sedikit lega mengetahui Sam telah sadarkan diri. “Sam” Siwon segera beranjak dari tempat duduknya memeriksa di sekitar ruangan luas itu, Sam tak tampak di sana “Sam, dimana kau?” Siwon mulai merasa was-was, dengan hati-hati ia memeriksa toilet di kamar itu dan mendadak kantuknya langsung hilang seketika. Sam tak berada di dalam kamar itu.

“Sam!” Teriak Siwon. Ia segera berlari keluar kamar, mencari sosok Sam di luar tetapi matanya belum juga menangkap sosok itu “Sam!” teriak Siwon terus-menerus memanggil nama gadis tersebut. Ia berlari-lari di dalam rumah sakit.

“Siwon?” Hyukjae dan Donghae tampak tergesa-gesa menuju Siwon “Ada apa?” kedua orang itu tampak bingung melihat Siwon yang seperti orang kehilangan arah sambil meneriaki nama Sam.

“Sam tidak ada di kamar” kata Siwon dengan jelas.

“Apa?” Hyukjae dan Donghae sama-sama terkejut.

“Apa maksudmu, Sam tidak berada di kamar?” tanya Hyukjae.

“Aku ketiduran. Saat bangun, Sam sudah tak ada” Siwon memberikan penjelasannya.

“Sam hilang?” tanya Donghae “Kau sudah memeriksa di sekitar sini?”

“Iya. Aku belum menemukannya” jawab Siwon.

“Sebaiknya kita berpencar” kata Hyukjae “Aku khawatir Sam akan menghilang lagi”

“Dia pasti tak jauh dari sini.” Ujar Siwon. Ketiga orang itu segera berpencar dan mencari Sam di setiap tempat yang ada di rumah sakit tersebut. Mereka mencari Sam dari ruangan satu ke ruangan lainnya—dan terus memanggil nama gadis itu.

Siwon berlari-lari pelan di sekitar taman luas yang ada di pekarangan rumah sakit. Memikirkan sudah sedari tadi mencari Sam di dalam bangunan rumah sakit tersebut tapi tak kunjung menemukannya, Siwon memutuskan untuk mencari di luar, sementara Hyukjae dan Donghae tetap memeriksa setiap tempat yang ada di dalam bangunan yang sangat besar itu—cukup sulit.

“Sam!” Mata Siwon tampak liar menari-nari mencari sosok Sam diantara orang-orang yang berlalu lalang di taman itu. Dari satu tempat lalu berpindah ke tempat lainnya.

Langkah kaki Siwon tertahan ketika melihat seorang gadis yang sedang duduk di sebuah bangku yang ada di taman tersebut. Siwon segera berjalan pelan menghampiri Sam. Pemuda itu segera duduk di samping Sam, ia memandangi Sam yang hanya diam dengan pandangan yang kosong, wajahnya masih terlihat pucat, bibirnya mengatup rapat—tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Untuk beberapa saat, kedua orang itu membisu.

Sam menerawang, ia memandangi langit yang kelam. Tak satupun bintang yang tertangkap matanya. Gadis itu menarik nafas, tangannya perlahan memegangi dadanya. Entah apa yang ada di pikiran Sam sehingga ia sering sekali menarik nafas panjang. Siwon yang juga diam hanya mengamati gadis itu.

“Sam” Siwon mulai cemas melihat Sam.

“Pergilah” untuk pertama kalinya Sam berbicara sejak sadar dari pingsan. Kata-kata yang begitu dingin keluar dari mulutnya tanpa menoleh sedikitpun pada Siwon yang berada di sampingnya. Siwon kembali terdiam, tak beranjak sedikitpun. Ia sepertinya tak mengindahkan ucapan Sam.

Menyadari Siwon yang tak berkutik dari tempatnya, Sam segera beranjak, ia memilih pergi begitu saja dari hadapan Siwon. Siwon memandangi Sam yang berjalan gontai, meninggalkan dirinya. Tatapan tajam Siwon tak berpindah dari Sam, iapun akhirnya bangkit, segera menyusuli Sam dan langsung menggenggam tangan gadis itu. Sam terkejut, ia lalu memandangi wajah Siwon.

“Di sini sangat dingin, sebaiknya kita kembali ke dalam” kata Siwon pelan. Sam memandangi wajah pemuda itu sekian menit, ia lalu menepis tangan Siwon.

“Aku ingin sendiri!” kata Sam dingin dan kesal. Siwon sepertinya tak merasa terganggu dengan ucapan sinis gadis itu, “Jangan memperlakukanku seperti seseorang yang begitu kasihan” ujar Sam. Raut wajah Siwon tak berubah sedikitpun, seperti biasanya, ia selalu tampak tenang.

“Tidak ada yang perlu dikasihani untuk seorang gadis sepertimu” ucapan Siwon yang tegas membuat Sam menatap tajam padanya. Ya, Sam memang tidak seperti gadis-gadis yang lain, untuk itulah mengapa Siwon berkata seperti itu, karena ia merasa Sam akan baik-baik saja “Karena semua sudah mencarimu sejak tadi, aku tak ingin mereka semakin panik” Siwon menjelaskan alasannya.

“Pergilah” kata Sam pelan.

“Sam. Jangan seperti ini” Siwon memandangi Sam “Aku tahu, kau masih sedih dengan kepergian Ibumu—tapi, saat ini kau..”

“Apa maksudmu?” Sam memotong ucapan Siwon “Apa yang baru saja kau katakan?”

“Apakah ada yang salah? Kau tidak perlu semarah ini, merasa sedih karena kehilangan seseorang itu sangat manusiawi Sam”

“Sedih?” Sam tertawa pelan “Apa kau lupa Siwon? Aku ini tak ada bedanya dengan robot, aku tak bisa merasakan perasaan-perasaan seperti itu” tatap dingin Sam.

“Kau memang terlihat seperti itu. Tapi sebenarnya, tidak” kata Siwon membuat Sam berpaling seketika menatapnya “Dengan semua yang ada padamu, semua yang kau tunjukan maka semua orang akan terkecoh dan berpikiran seperti itu tentangmu tapi aku tidak demikian. Di mataku, kau justru terlihat sangat rapuh. Semua yang mereka lihat darimu hanyalah sebuah dinding yang kau ciptakan agar mereka tidak bisa melihat apa yang ada dibaliknya. Apa yang ada dibalik sikap dan cara bertindakmu, dibalik seorang Sam yang penuh misteri. Inilah dirimu yang sebenarnya Sam, seperti ini bukanlah sesuatu yang akan dialami oleh robot apapun—karena kau manusia, maka kau akan merasa sakit dan jatuh seperti ini” Siwon berkata-kata dengan tegas dan tetap tenang.

“Kau!” Sam menghardik Siwon dengan kasar.

“Kau tidak mampu mengatakan apapun untuk menyangkali semua perkataanku karena kau tahu bahwa apa yang aku katakan tidak ada yang meleset” Siwon menatap dingin dan tajam pada gadis itu “Sebaiknya kau pecahkan tembok pelindungmu itu, jika terus bersembunyi kau tidak akan pernah lebih baik dan akan selalu seperti ini” kata-kata tajam yang tepat mengenai Sam, pemuda itu tampaknya sangat baik mengenal pribadi Sam yang selalu terselubungi misteri.

“Mengapa mengatakan itu padaku?” Sam mendelik, sorot matanya terlihat sangat beringas seperti ingin menerkam Siwon “Beraninya kau. Kau sama sekali tidak tahu apa-apa” geram Sam.

“Di hadapanku kau tidak bisa mengelak Sam. Jelas-jelas kau sangat terpukul dengan kepergian Ibumu”

“Tidak!”

“Dokter mengatakan kau terkena radang lambung, itulah mengapa kau harus dirawat di sini. Tapi aku tidak mendengar dokter menyinggung apapun selain penyakit itu” ujar Siwon “Lalu, menurutmu apa yang selalu membuatmu menderita seperti orang yang sekarat, melihatmu yang hampir tak bisa bernafas, membuatmu ingin mencabik-cabik dadamu?”

Sam tertegun, ia tak menyangka jika mendengar kata-kata itu dari mulut Siwon.

“Aku melihatmu sangat menderita dan itu bukan hanya sekali. Kau seperti itu karena berusaha menutupi perasaanmu” kata Siwon dengan lantang “Di depan semua orang kau terlihat tegar, tapi nyatanya kau sangat menderita menanggung semuanya. Kau membayar air matamu dengan penderitaan itu” Siwon seakan sedang mendikte diri Sam seutuhnya.

“Apa—yang…” Sam sedikit terbata menyadari perkataan Siwon telah menelanjangi dirinya, seperti tak ada yang tidak diketahui oleh Siwon.

“Aku tak tahu hidup seperti yang kau jalani hingga membuatmu merasa serba sulit. Setiap kali melihatmu menderita, aku juga merasa sedih” kata Siwon pelan “Mungkin akan lebih menyenangkan jika melihatmu bertingkah seperti gadis-gadis lainnya, setiap kali merasa sakit maka akan menangis” tatapan Siwon terlihat lebih lembut.

Sam hanya mematung, mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan di tenggorokannya. Mungkin ia ingin sekali menyangkali Siwon seperti yang dilakukannya terhadap Hyukjae, mengatakan bahwa ia tak tahu lagi seperti apa kata ‘menangis’ itu, karena memang begitulah yang dirasakan Sam.

“Aku.. aku..” Sam tampak sangat kebingungan, ia menatap sekelilingnya seperti sedang mencari sesuatu yang tak akan pernah ditemukan “Aku..” tak ada kata-kata yang sanggup untuk dilontarkan. Sam hanya berpaling, ia berjalan membelakangi Siwon. Meninggalkan Siwon dengan langkah satu-satu yang gontai dan kosong. Mimiknya seperti seseorang yang sedang kehilangan ingatan.

Siwon segera berjalan menyusuli  Sam dan untuk kedua kalinya memegangi tangan gadis itu. Sam menoleh perlahan kepada Siwon, pemuda itu tertegun melihat tatapan mata Sam yang sangat kosong dan begitu hampa, Sam hanya menggeleng pelan. Siwon maju selangkah mendekati Sam, ia memandangi Sam sekian detik dan akhirnya merengkuh tubuh Sam ke dalam pelukannya.

“Tidak apa-apa” Siwon berkata pelan di telinga Sam “Semua akan baik-baik saja” kata Siwon lagi, berusaha untuk meyakinkan dan menguatkan Sam.

Sam masih terlihat mematung, untuk kesekian menit Sam terlihat seperti itu. Perasaannya bercampuk aduk. Bola matanya yang begitu indah mulai berkaca-kaca, sebuah kristal bening memaksa keluar dari bola mata Sam dan langsung menetes di pipinya yang mulus.

Entah perasaan apa yang berkecamuk di hatinya, Sam sendiri tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan. Ia hanya merasa sakit dan pedih, juga segala rasa di dadanya seakan dibongkar kembali ketika dengan lembut Siwon memeluk dirinya. Seseorang yang selalu bersikap dingin tapi entah mengapa pelukannya terasa sangat hangat hingga perlahan mulai mencairkan es yang selama ini telah membeku, menyelimuti hati Sam. Gadis itu hanya menggeleng pelan, air matanya perlahan mulai menetes satu per satu, ia bahkan hampir tak percaya ketika mendapati dirinya menangis, tak ingat lagi kapan terakhir kalinya ia menangis.

“Jangan cemas Sam” Siwon kembali berbisik lembut mencoba menenangkan gadis itu.

Air mata Sam seakan berlomba-lomba untuk keluar dari kelopak mata indahnya yang selama ini telah mengurung mereka. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sam merasakan sesuatu yang begitu hangat di dadanya membuat air matanya tak henti-hentinya keluar. Gadis itu terisak. Siwon mempererat pelukannya.

Tangis Sam langsung pecah, tangisan yang selama ini dipendamnya keluar begitu saja. Ia tersedu-sedu di dalam pelukan Siwon, tangisannya terdengar pilu dan menyayat, rasa sakit yang selama ini ditanggungnya dilampiaskan seketika. Kaki Sam terasa tak bertenaga, ia hampir tersungkur hingga Siwon memperkuat dekapannya agar gadis itu tak jatuh. Membiarkan Sam mengeluarkan semua isi hatinya. Siwon mendekap hangat dan membelai lembut rambut Sam, hatinya ikut perih melihat Sam.

Sementara itu, di tempat yang tak begitu jauh dari Siwon dan Sam. Donghae terlihat melangkah lunglai membelakangi kedua orang yang masih berpelukan itu, Donghae meninggalkan mereka yang tak menyadari keberadaan Donghae yang telah menyaksikan kejadian itu. Tatapan mata pemuda itu tampak lain, masih jelas keterkejutan itu di matanya. Mendadak ia merasakan seluruh tubuhnya terasa panas. Donghae hanya bungkam, ia begitu baik mengenal Siwon tapi melihat tingkah Siwon yang baru saja lewat cukup membuatnya terkejut. Siwon yang tidak pernah perduli pada sekitarnya malah bersikap lembut penuh perasaan.

~.o0o.~

Paris, Perancis. SMA Lycée Louis-le-Grand, jam tujuh pagi.

Hari-hari sekolah berlangsung seperti biasanya. Deretan kendaraan mewah berbaris rapi memasuki area sekolah elit tersebut. Tak ada yang berubah dengan suasana pagi hari di sekolah terkenal itu. Sam yang baru saja memarkirkan sepeda kesayangannya langsung berbaur dengan para siswa yang sedang memasuki gedung sekolah mereka. Suasana yang tadinya selalu sama mendadak berubah seiring dengan kedatangan Sam.

Sam melangkah santai, tas sekolah yang bergelayut di bahu kanan juga rambut indahnya yang digulung seadanya—tetap saja terlihat cantik meskipun penampilannya sangat sederhana. Hari pertama bagi Sam kembali ke sekolah setelah tiba dari Seoul, begitupun Hyukjae dan kedua Francaise. Langkah kaki Sam sedikit melambat, sepertinya ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Gadis itu memandangi sekelilingnya, bukan hanya perasaannya tapi memang saat ini pandangan para siswa sedang tertuju padanya.

Siswa-siswi yang tak melepas pandangan mereka dari Sam ketika berpapasan dengan gadis itu. Mereka berbisik-bisik tak jelas. Sam kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, dari raut wajahnya terlihat jelas jika gadis itu tampaknya tidak memperdulikan perhatian yang sebegitu heboh ditujukan pada dirinya. Hall, bahkan sepanjang koridor yang ditelusuri oleh Sam tak lepas dari perhatian para siswa. ‘..Hei, bukankah itu Sam?’, ‘Jadi ternyata dia..’, ‘Rupanya begitu, aku tak mengira jika dia…’  kurang lebih itulah bisik-bisik halus yang sampai ke telinga Sam. Sam sendiri tak mengerti mengapa mereka bersikap aneh. Beberapa gadis bahkan tak segan-segan menyapa Sam dengan ramah.

Ia akhirnya tiba di ruang kelasnya. Tatapan yang sama kembali diterima oleh Sam setelah memasuki kelas. Teman-teman sekelasnya langsung menoleh padanya, kedatangan Sam seakan mengalihkan perhatian mereka. Mereka terus mengekori Sam bahkan ketika gadis itu duduk tenang di tempat duduknya. Sam hanya menarik nafas panjang, ia akhirnya mulai terganggu dengan sorotan tajam pagi ini terhadap dirinya.

“Hai Sam” sapa seorang siswi ketika mata Sam tertuju padanya.

Sam hanya terdiam tak meresponi sapaan itu. Ia merasa aneh, tak biasanya  ia menerima sapaan seramah itu dari teman-teman sekelasnya mengingat dirinya tak begitu akrab dengan kebanyakan siswa. Selama ini Sam selalu menjadi bahan pembicaraan terutama karena kedekatannya dengan tiga siswa fenomenal di sekolah itu. Lalu, tiba-tiba saja semua orang yang berpapasan dengannya mendadak tersenyum manis bahkan tak jarang menyapanya dengan lembut—Sam sungguh tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Wajah Sam berbinar-binar melihat kedatangan Aline, ia membalas senyuman Aline. Aline langsung duduk di sebelah Sam, memeluk hangat gadis itu.

“Wajahmu terlihat lebih kurus” Aline menatapi wajah Sam.

“Benarkah?” tanya Sam “Banyak hal yang terjadi selama di Seoul” Sam sedikit memberikan alasan. Aline menangguk, ia tampak sangat mengerti akan ucapan Sam.

Anne, Fleur, Caron dan Cleo memasuki kelas. Mata Aline dan Sam langsung tertuju pada keempat gadis itu. Keempat gadis itu saling pandang menyadari keberadaan Sam di dalam kelas. Fleur, Caron dan Cleo menghampiri Sam, sementara Anne langsung menuju ke tempat duduknya dengan wajah dinginnya. Ia seperti tidak menyukai tindakan ketiga sahabatnya. Fleur, Caron dan Cleo melempar senyum manis mereka kepada Sam membuat Sam dan Aline saling berpandangan—bingung.

“Sam” sapa Caron. Cleo hanya tersenyum tapi senyuman itu hampir membuat mata Sam buta, terlalu silau karena penuh dengan keramahan dan kelemahlembutan. Seperti senyuman malaikat.

“Aku turut sedih atas kepergian Ibumu” Fleur menyampaikan rasa simpatinya “Aku yakin kau akan mampu melewatinya. Tapi jika kau butuh teman bicara, kurasa.. aku bisa diandalkan” ucapan manis Fleur justru hampir membuat Sam muntah.

Kata-kata Fleur yang penuh dengan kebaikan seperti seorang pendeta yang sedang menaburkan kasih. Entah mengapa tiba-tiba kepala Sam berputar-putar karena keanehan itu. Ketiga gadis itu langsung berlalu dari hadapan Sam dan Aline, mereka menghampiri Anne yang masih bungkam di tempat duduknya.

Sam yang masih kebingungan, tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya memalingkan wajahnya kepada Aline, tatapan matanya seperti sedang mengatakan Apa yang sedang terjadi?

Tanpa banyak bicara, Aline segera mengeluarkan sesuatu dari dalam laci meja belajarnya. Sebuah majalah.

“Tak perlu heran” kata Aline. Sam segera menerima majalah yang disodorkan oleh Aline. Di sampul majalah itu, foto Ibunya, Professor Lerryn Zoya terpampang dengan sangat jelas. Sam segera membuka majalah tersebut, tangan berhenti ketika menemukan halaman yang ditujunya. Halaman utama yang memuat berita tentang Ibunya.

“Ini…” Sam bergumam pelan.

“Siapa yang tak tahu Professor Lerryn Zoya. Seorang ilmuwan terkemuka dan terlebih lagi dia pernah bersekolah di sini, hampir semua murid mengetahui hal ini” kata Aline “Pemberitaan tentang kematian Professor Lerryn sangat ramai. Di televisi dan media massa lainnya begitu gencar memberitakannya. Pemberitaan tentang orang terkenal selalu menarik dan diminati apalagi Professor Lerryn benar-benar orang yang sangat mengagumkan”

Sam terdiam, ia mengamati majalah yang dipegangnya itu.

“Aku rasa kau mengerti, mengapa saat ini tatapan semua orang sedang tertuju padamu Sam” kata Aline, gadis itu kembali menarik nafas “Aku bahkan terkejut mengetahui Professor Lerryn Zoya adalah Ibumu—dan Hyukjae” gadis itu tampak sangat kesal, menyadari masih banyak hal yang disembunyikan oleh Sam.

“Jadi karena ini…” gumam Sam.

“Terlebih lagi, mereka baru mengetahui jika Hyukjae adalah saudara kandungmu” kata Aline. Di majalah itu sangat jelas memberitakan tentang keluarga Professor Lerryn Zoya, foto dirinya dan Hyukjae juga Ayahnya saat pemakaman Ibunya terpampang sedemikian jelasnya. Begitu juga dengan foto Siwon dan Donghae yang berdiri tak jauh dari mereka. Kakak beradik Francaise yang turut serta di pemakaman semakin menarik perhatian dan ramai diperbincangkan.

“Aku rasa saat ini, banyak hal yang akan terjadi” kata Sam, ia mulai jijik dan geli mengingat kejadian yang baru saja lewat. Entah perhatian seperti apa lagi yang akan diterimanya nanti setelah semua orang menyadari siapa Sam sebenarnya.

“Itulah sebabnya sikap mereka tiba-tiba berubah. Mungkin saat ini mereka sangat iri padamu Sam. Kau gadis yang cantik dan tentu saja semua tahu kau bukan orang sembarangan, dengan tingkah anehmu yang hampir tak bisa dipercaya selama berlangsungnya ujian tapi justru mengalahkan si Jenius Donghae. Ayahmu chef nomor satu di Perancis, Ibumu adalah seorang Ilmuwan terkemuka, belum lagi salah satu dari tiga siswa paling terkenal di sekolah ini adalah kakakmu. Jangan lupakan tentang kedekatanmu dengan kakak beradik Francaise, apalagi kalian tinggal bersama. Mereka pasti berpikir dunia sangat tidak adil karena hanya berpihak padamu. Aku yakin rasa iri padamu hampir membunuh mereka—yeah, meskipun sebelum mengetahui semua ini mereka memang telah iri padamu dan bukankah ini adalah sebuah kejut jantung bagi mereka?”

“Aku.. tak yakin mereka berpikiran seperti itu” gumam Sam.

“Kau tak perlu memikirkannya karena yang sedang kubicarakan adalah kenyataan Sam” ujar Aline dengan lantang “Sejujurnya, aku bahkan merasa iri padamu” wajah Aline terlihat sedikit berubah. Sam menatapnya.

“Dasar aneh” Sam menarik rambut Aline sambil tertawa. Aline ikut tertawa bersamanya. Kedua gadis itu tampak riang, tak perduli jika semua mata sedang tertuju pada mereka.

~.o0o.~

Suara gesekan biola memenuhi ruang musik yang tampak sunyi. Seperti biasanya, Aline selalu menyisihkan waktunya untuk bermain biola di ruang itu. Aline yang telah bertekad untuk menjadi seorang violis dunia, tak pernah membuang waktu atau berleha-leha tanpa melatih kemampuannya dalam bermusik. Tangannya yang indah dengan gemulai menggesek biola, musik yang indahpun mengalun dengan lembut. Aline begitu menghayati setiap permaiannya, ia bahkan tak sadar jika tak jauh darinya sesosok pemuda tampan sedang berdiri mengamati permainannya.

Aline berlatih dengan sangat keras, berjam-jam dihabiskan diruang latihan itu tanpa terasa. Lalu alunan biola terhenti, ia menarik nafas dan siap melanjutkan ke lagu selanjutnya. Tangannya kembali menggesek biola itu, sebuah irama yang merdu yang selalu dimainkannya ketika mengakhiri latihannya. Aline menoleh sejenak, secara tak sengaja, dan permainan biolanya langsung terhenti.

Gadis itu secara refleks berdiri. Ia terkejut melihat Hyukjae yang berada tak jauh darinya. Kedua orang itu saling bertatapan tajam dan cukup lama. Hyukjae berjalan mendekati Aline. Gadis itu mulai gugup. Hyukjae berdiri tepat di hadapan Aline, ia memandangi gadis itu dan tersenyum lembut.

“Aku ingin mendengar lagu itu” kata Hyukjae. Sorot matanya cukup tenang.

“Itu…” Aline tampak ragu-ragu. Hyukjae kembali tersenyum.

“Mainkan untukku” kata Hyukjae, tatapan lembut yang menghujani Aline membuat gadis itu kaku. Hyukjae menarik sebuah kursi lalu duduk. Ia terus memperhatikan Aline yang masih mematung. Aline memandangi Hyukjae yang terlihat sangat tenang menantikan permainan biola Aline. Gadis itu menarik nafas, ia memang terlihat ragu tapi ia tak bisa membuat pilihan lain.

Aline terdiam sejenak, mengambil nafas dan bersiap-siap. Ia tak lagi duduk, lalu alunan biola kembali memecah kesunyian. Hyukjae tak memalingkan wajahnya sedikitpun dari Aline, ia begitu serius menyimak not demi not yang sedang dilantunkan Aline dari gesekan biolanya. Sorot mata Hyukjae mulai berubah, ada kesedihan yang kembali terlihat di bola matanya. Sesuatu seperti menekan Hyukjae, lagu yang di dengarnya terasa begitu perih menyayat hatinya. Bayang wajah Ibunya kembali melintas dibenaknya, rasa sedih itu masih segar diingatannya.

Hyukjae masih tak berkedip, sorot mata yang sedih dan tampak terluka itu masih tetap setia menatap Aline yang begitu serius memainkan biolanya. Entahlah tapi ia masih begitu terpukul sejak kematian Ibunya. Alunan biola terhenti, Aline telah mengakhiri permainannya. Ia lalu menoleh pada Hyukjae. Gadis itu begitu terkejut melihat air mata di wajah Hyukjae, ia tak menyangka Hyukjae meneteskan air mata.

“Hyukjae?” gumam Aline yang masih terkejut. Hyukjae hanya diam, ia lalu merunduk. Tak ingin gadis itu melihat dirinya seperti itu.

“Maaf, bukan karena permainan biolamu buruk” kata Hyukjae, merasa tak enak dengan kejadian itu “Aku hanya sedang terbawa perasaan. Aku…” Hyukjae tak melanjutkan ucapannya, ia hanya menundukan kepala.

Aline menyadari jika pemuda itu sedang berusaha untuk menyembunyikan kesedihan juga air matanya. Pertama kalinya Aline melihat seorang Hyukjae, berubah drastis dari biasanya. Hyukjae yang selalu lembut dan ceria menjadi begitu sedih—tertekan. Entah apa yang menggerakan hati Aline, ia berjalan pelan menghampiri Hyukjae yang tetap menundukan kepalanya.

Gadis itu dengan perlahan berlutut di hadapan Hyukjae, tangannya yang sedikit gemetar mendekati wajah Hyukjae dan menyentuhnya, mengangkat wajah Hyukjae dengan kedua tangannya. Mereka saling bertatapan, Aline menyentuh lembut wajah pemuda itu, mengeringkan sisa air mata yang masih membekas. Hyukjae hanya diam, ia menatap Aline. Dengan begitu lembut Aline memeluk Hyukjae, menepuk pelan punggung Hyukjae, mencoba untuk sedikit mengobati kesedihan Hyukjae.

Beberapa menit berlalu. Aline memandangi Hyukjae yang duduk diam di sampingnya.

“Sebaiknya kubawakan minuman” kata Aline. Ia lalu beranjak meninggalkan Hyukjae seorang diri. Hyukjae hanya memandangi kepergian Aline tanpa banyak bersuara.

Selang beberapa menit sepeninggal Aline, seseorang memasuki ruang musik. Hyukjae menatap Fleur yang melangkah dengan senyum sumringahnya. Gadis itu lalu meletakan biola yang dibawanya, sepertinya ia akan berlatih.

“Aku ikut bersedih tentang Ibumu” Fleur membuka percakapan.

“Terima kasih” Jawab Hyukjae singkat. Matanya menatap pintu, sepertinya sedang menunggu kemunculan Aline dari balik pintu itu. Hyukjae menatap pada jam tangannya, ia lalu beranjak.

“Mengapa terburu-buru?” ungkap Fleur yang menyadari Hyukjae akan pergi. Hyukjae menoleh pada gadis itu “Sepertinya kedatanganku sangat mengganggu” ujar Fleur.

“Bukan itu” jawab Hyukjae.

“Baiklah. Kau tak keberatankan jika mendengarkan permainan biolaku?” Fleur menatap Hyukjae. Tatapannya sangat penuh dengan harapan. Hyukjae terdiam sejenak.

“Maaf, aku harus ke suatu tempat” tolak Hyukjae. Ia kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti. Di belakangnya, Fleur tak dapat menyembunyikan kekesalan di wajahnya.

“Mengapa Aline?” kata Fleur akhirnya. Langkah Hyukjae kembali terhenti, ia lalu menoleh pada Fleur “Mengapa hanya dia?” ulang Fleur.

“Apa maksudmu?” tanya Hyukjae, ia masih belum menangkap maksud dari ucapan Fleur.

“Aku tahu siapa yang terus kau lihat” kata Fleur. Gadis itu melangkah mendekati Hyukjae “Pertama kali melihatmu saat masih di bangku sekolah dasar. Sejak saat itu aku selalu mengamatimu. Bisa berada di sekolah yang sama denganmu, aku merasa sangat senang. Mengikutimu selama bertahun-tahun, tapi kau tak sedikitpun menatapku. Kau bahkan tak menyadari keberadaanku” ujar Fleur, mata gadis itu tampak berkaca-kaca.

“Kau..” Hyukjae tampak terkejut mendengar pengakuan Fleur.

“Sekeras apapun aku berusaha, kau tak pernah melihatku. Dalam pandanganmu justru gadis itu, Aline. Melihat tatapan matamu yang selalu tertuju pada Aline, sorot matamu yang selalu mencari-cari Aline, diam-diam mengamatinya berlatih—kau bahkan, sangat setia memberikan orange juice padanya. Aku sangat sakit” air mata mengalir membasahi pipi Fleur. Hyukjae semakin terkejut menyadari ada orang lain yang mengetahui apa yang dilakukannya secara diam-diam selama ini.

“Maaf…” ucapan Hyukjae terputus karena Fleur langsung memeluk dirinya.

“Aku tidak ingin mendengarnya” ujar Fleur sambil menggelengkan kepala “Mengapa harus Aline? Kenapa harus dia, bukan aku? Tak bisakah itu menjadi aku?” Fleur menumpahkan seluruh isi hatinya. Hyukjae hanya terpaku.

Derik pintu yang tertutup memecah suasana. Hyukjae menoleh ke arah pintu yang telah diam, tak jauh dari situ, sebotol air mineral terletak tak tenang di lantai. Mata Hyukjae terbuka lebih lebar, ia sepertinya telah menyadari sesuatu. Pemuda itu segera melepaskan diri dari pelukan Fleur.

“Maafkan aku” katanya pada Fleur lalu dengan terburu-buru berlari keluar ruangan meninggalkan Fleur sendirian.

Aline berjalan dengan tergesa-gesa. Raut wajahnya tampak kacau. Pikirannya mendadak berkecamuk setelah tanpa sengaja mendengar semua perkataan Fleur. Dalam langkah tergesa-gesa, ia kembali teringat dengan beberapa kejadian yang telah lalu, percakapannya dengan Hyukjae.

“Aku.. aku hanya ingin bertanya..” kata Aline “Apakah kau tidak pernah melihat sesuatu yang aneh?”

“Aneh? Seperti apa?”

“Seseorang yang selalu meletakan sebuah minuman kaleng di tempatku berlatih. Mungkinkah, kau pernah melihatnya?”

“Benarkah ada kejadian itu?” Hyukjae tersenyum tipis.

“Jadi.. kau tidak pernah tahu?”

Hyukjae terdiam.

“Aneh. Aku bahkan tidak mengetahui ada kejadian seperti itu jika kau tak mengatakannya” kata Hyukjae yang lagi-lagi melontarkan sebuah kebohongan “Sepertinya aku terlalu nyenyak sehingga tak menyadariny.” katanya lagi tanpa rasa berdosa.

Pikiran Aline benar-benar kacau. Kembali lagi terngiang di kepalanya akan ucapan Hyukjae padanya saat liburan di villa.

“Orang yang selalu meletakan minuman kaleng itu di tempat dudukmu, orang itu—sepertinya sangat mengagumimu”

“Bisakah kau katakan, siapa orang itu??” tanya Aline. Aline tampak kecewa melihat Hyukjae menggeleng pelan “Kenapa?” tanya gadis itu.

“Dia sendiri yang akan menyampaikannya padamu” ucap Hyukjae. Ia memandangi wajah Aline “Waah—kupikir kau sudah mengetahuinya. Ternyata dia belum mengatakan apapun padamu, mungkin belum waktunya kau tahu” Hyukjae mengerlingkan mata.

Tanpa disadari air mata telah mengalir membasahi wajah Aline. Membandingkan semua perkataan Hyukjae dengan apa yang baru saja di dengar dari mulut Fleur, mengingat semua itu hati Aline terasa sakit. Ia merasa telah dibohongi, seperti orang bodoh yang seenaknya dipermainkan oleh Hyukjae.

Aline benar-benar marah, perasaannya pada Hyukjae justru membuatnya seperti boneka yang tak menyadari kebenaran. Aline merasa kesal dan sakit hati, mungkin karena tak menyadari jika bagi Hyukjae, dirinya sangat berarti.

“Aline!” Hyukjae memanggil nama gadis itu.

Aline lebih mempercepat langkah kakinya, tak sedikitpun ia menoleh pada Hyukjae yang berusaha mengejar. Setiap lorong sekolah, ruangan bahkan koridor yang ramai oleh siswa tak dipedulikan oleh Aline, bahkan ketika gadis itu lebih sering bertabrakan dengan siswa lain yang berpapasan dengannya.

Hyukjae menangkap pergelangan tangan Aline. Gadis itu berusaha untuk melepaskan diri tapi cengkeraman Hyukjae begitu kuat. Hyukjae menarik tubuh Aline dan menyandarkan di dinding, ia memagari Aline dengan kedua tangannya yang disandarkan di dinding sehingga mengapit Aline dan membuat gadis itu tak bisa berkutik. Kejadian itu kontan saja menarik perhatian seluruh siswa yang berada di sekitar situ. Kedua orang itu saling bertatapan tajam.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Hyukjae dengan mimik yang sangat serius. Mata Aline yang masih sembab tampak sedang memperlihatkan ketidaksenangannya. Aline begitu kesal, memandangi Hyukjae dengan sorot mata yang berkilat-kilat.

“Berhenti bermain-main denganku” kata Aline dingin. Ia berusaha menahan air matanya agar tak tumpah saat mengucapkan kata-kata itu.

Aline menyingkirkan tangan Hyukjae, sedikit lebih kasar. Ia lalu membebaskan dirinya dari Hyukjae, berjalan meninggalkan Hyukjae yang masih mematung. Hyukjae terdiam untuk beberapa detik dan akhirnya menyusuli Aline.

Pemuda itu kembali menarik tangan Aline dengan kuat. Di hadapan siswa-siswi yang ramai memperhatikan kejadian yang membuat penasaran itu, tanpa banyak pikir, Hyukjae langsung mencium Aline.

Bola mata Aline terbuka dengan sangat lebar, ia terkejut. Ia begitu syok hingga hanya mematung tanpa dapat melakukan apapun ketika Hyukjae menciumnya, suasana mendadak ricuh karena kejadian tersebut. Hyukjae mengakhiri ciuman itu, ia lalu memandangi Aline yang telah membatu.

“Kau masih tak mengerti?” tanya Hyukjae.

Aline masih tak berkutik, mulutnya seperti terkunci untuk mengeluarkan suara. Hyukjae kembali mencium Aline. Gadis itu hanya diam, air mata yang sedari tadi dibendungnya langsung mengalir begitu saja.

“Aku menyukaimu—bukan. Aku mencintaimu” kata Hyukjae dengan sangat lembut, tatapan matanya yang hangat seakan menghujani hati Aline.

Mendengar kata itu, Aline merasa sangat senang. Ia tak bisa mengatakan apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir di wajahnya. Hyukjae lalu merangkul Aline ke dalam pelukannya. Kejadian itu benar-benar menjadi perhatian yang menimbulkan kehebohan.

Para siswi yang tampak kesal dan sedih bahkan ada yang meneteskan air mata menyaksikan salah satu dari tiga siswa paling di incar di sekolah mereka menyatakan cinta dan terlebih lagi, gadis yang beruntung itu adalah gadis yang selama ini dipandang sebelah mata dengan berbagai gosip miring tentang dirinya dan keluarganya, tidak lain dan tidak bukan adalah Aline.

~.o0o.~

Siwon, Hyukjae dan Donghae sedang bermain billiard di sebuah ruangan di dalam istana Francaise.

“Kau benar-benar melakukannya” gumam Donghae.

“Apa?” Tanya Hyukjae.

“Kau tahu apa yang aku maksud” kata Donghae lagi sambil tertawa. Hyukjae berpikir sejenak dan akhirnya ikut tertawa.

“Mari kita lihat, berapa lama kau akan bertahan dengan gadis itu” kata Siwon. Hyukjae yang identik dengan julukan playboy memang tak pernah bertahan lama ketika menjalin hubungan dengan seorang wanita.

“Jika kau berhasil melewatinya selama seminggu, maka itu akan sangat mengherankan” ujar Donghae.

“Apa maksudmu, Donghae?” tanya Hyukjae.

“Gadis itu, dia bukan termasuk tipemu” Siwon yang menjawab pertanyaan Hyukjae.

“Kau berpikir seperti itu?” Hyukjae tertawa pelan.

“Tentu saja. Jika pada akhirnya kau akan membuatnya menangis, sebaiknya hentikan sekarang juga” ungkap Donghae “Kukatakan karena aku prihatian jika Aline bernasib seperti gadis-gadis lainnya. Maksudku, jika kau hanya mempermainkan perasaannya, entah apa yang akan terjadi dengan seorang gadis seperti Aline. Lagipula aku merasa banyak hal tentangnya setelah melewati liburan bersama, dia sangat polos” ujar Donghae lagi, ia memberikan alasan yang cukup masuk akal.

Gosh. Aku tak menyangka imageku seburuk itu di mata kalian” Hyukjae berdecak heran. Siwon dan Donghae hanya saling melempar pandang sambil tersenyum “Tapi aku cukup mengerti jika kalian merasa seperti itu. Aline memang tidak seperti gadis-gadis yang kukencani sebelumnya. Aku bahkan tak pernah berpikir jika akan jatuh cinta padanya” kata Hyukjae.

“Jatuh cinta? Apakah benar itu kata-kata yang keluar dari mulutmu?” Donghae tertawa, ia sedang menyindir Hyukjae. Ia dan Siwon mengenal Hyukjae, pemuda itu memang selalu berkencan dengan banyak gadis tapi tak pernah ada kata cinta keluar dari mulutnya.

“Seperti yang dikatakan banyak orang, Aline hampir tidak pernah bergaul dan selalu menyendiri karena itu dia katakan gadis aneh. Meskipun demikian, Aline, dia sangat polos dan tulus” Hyukjae tersenyum tipis “Ada hal-hal dalam dirinya yang tak dimiliki oleh gadis lain. Sesuatu yang selalu membuatku tak berhenti memikirkannya, selalu mencarinya, ingin selalu melihatnya bahkan jika aku tak melihatnya, duniaku seperti berakhir. Dia adalah seseorang yang membuatku ingin selalu melindunginya tak perduli akhirnya akan seperti apa tapi aku ingin tetap bersamanya. Karenanya, aku merasa telah bertemu dengan seseorang yang seharusnya kutemui. Aku tak mengerti tapi dengan gadis-gadis sebelumnya aku tak pernah merasa seperti itu bahkan aku tak menyangka akan berakhir dengan segala perasaan aneh seperti ini, semuanya kutemukan hanya karena Aline. Saat ini tidak ada lagi yang kupikirkan” senyum Hyukjae semakin mengembang. Wajahnya yang berseri-seri sedang menggambarkan kebahagiaan yang sedang ia rasakan.

“Bravo. Aku tak menyangka, Aline membuatmu banyak berubah” Donghae bertepuk tangan untuk Hyukjae. Ia masih takjub mendengarkan semua kata yang baru saja diucapkan oleh Hyukjae.

Siwon hanya tersenyum tipis, diam. Semua perkataan Hyukjae sepertinya membekas di hati Siwon. Raut wajah Sam tiba-tiba menari di benaknya dan Siwon seperti ikut mengerti dan merasakan semua yang dikatakan oleh Hyukjae. Wajah Siwon berubah tegang, ia hampir tak bisa menepis bayang wajah Sam. Siwon memegangi dadanya, merasakan bahwa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

“Ada apa?” tanya Donghae. Ia heran melihat tingkah Siwon yang berubah.

“Tidak, tidak ada apapun” jawab Siwon singkat. Ia segera meninggalkan Donghae dan Hyukjae yang hanya saling pandang tak mengerti. Siwon segera masuk ke dalam toilet dan mencuci wajahnya, ia memandangi wajahnya di kaca “Apa yang terjadi padamu Siwon?” gumam Siwon pada dirinya sendiri.

***

Hubungan Hyukjae dan Aline menyebar dengan cepat di sekolah. Banyak sekali tangisan yang timbul karena itu, para siswi yang patah hati karena salah satu idola mereka telah memiliki tambatan hati.

Aline sendiri masih tak percaya jika dirinya telah resmi sebagai pacar Hyukjae, baginya seperti berada dalam mimpi, ia takut jika terbangun maka semuanya akan berakhir. Sejak kejadian itu, Fleur semakin membenci Aline. Ia hampir tak pernah menatap wajah Aline. Anne, Caron dan Cleo yang terus berusaha untuk menenangkan hati Fleur. Kejadian itu berlangsung dari hari ke hari.

Seusai jam pelajaran, Aline dan Sam segera menuju ke atap sekolah. Kedua gadis itu sedang menikmati pemandangan yang terlihat dari atas atap tersebut.

“Aku masih merasa semua ini bagaikan mimpi” kata Aline.

“Mengapa?”

“Hyukjae menyukaiku, aku tak bisa percaya. Dia populer, pintar, tampan dan digilai oleh banyak gadis” kata Aline “Lalu tiba-tiba saja bersamaku. Aku ini…” Aline terdiam, ia tak melanjutkan ucapannya. Baginya, Hyukjae terlalu istimewa untuk seorang gadis aneh seperti dirinya.

“Bangunlah” kata Sam “Sampai kapan kau akan sadar jika semua ini bukanlah mimpi. Jika kau merasa seperti itu maka semuanya benar-benar akan menjadi mimpi lalu dengan sendirinya akan berakhir ketika kau terbangun” kata Sam dengan bijak “Aku tak cukup tahu riwayat percintaan Hyukjae yang memiliki banyak pasangan tapi setelah bertemu denganmu dia banyak berubah. Percayalah padanya, Aline. Sorot mata Hyukjae saat menatapmu juga raut wajahnya saat sedang berbicara tentangmu, aku tahu dia benar-benar tulus padamu. Jadi, aku harap kau tak melepasnya” Sam tersenyum manis pada Aline.

“Terima kasih” Aline membalas senyuman Sam. Ia sangat lega mendengar semua perkataan Sam.

Perhatian Sam dan Aline teralih ketika mendengar seseorang membuka pintu. Keduanya segera menengok pada Hyukjae yang baru saja tiba di atap.

“Sudah kuduga” kata Hyukjae sambil tersenyum.

“Sejak kapan kau datang ke tempat seperti ini?” goda Sam, mengingat tempat tersebut hanya didatangi olehnya dan Aline. Hyukjae hanya tertawa.

“Kau tak keberatankan jika aku meminjam sahabatmu?” tanya Hyukjae, matanya tertuju pada Aline yang hanya tersenyum malu.

“Ah, kebetulan kau di sini. Aku tak tahu bagaimana caranya untuk mengusir gadis ini, telingaku cukup panas mendengar semua ocehannya” goda Sam membuat wajah Aline semakin memerah “Kau boleh mengambilnya, saat ini aku sudah tak membutuhkannya” ujar Sam.

“Sam?” Aline tampak kesal mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Benarkah? Kali ini aku sangat beruntung” Hyukjae tersenyum lembut “Kau dengarkan apa katanya?” kata Hyukjae kepada Aline yang tak tahu hendak berkata apa. Ia hanya melangkah mendekati Hyukjae.

“Ah ya, jangan membuangnya di tengah jalan, pastikan kau melihatnya memasuki pagar rumahnya. Aku berkata begini jika kau masih ingin melihatnya besok” goda Sam.

Hyukjae hanya tertawa begitu juga dengan Aline. Keduanya lalu pergi meninggalkan Sam seorang diri di atap. Aline yang tak pernah keluar rumah selain ke sekolah, jika dibiarkan berjalan seorang diri maka dapat dipastikan dia akan tersesat.

Sam kembali termenung. Matanya memandang jauh ke depan, hijau pepohonan di lingkungan sekolah juga langit yang berwarna biru cerah terpampang bagaikan sebuah lukisan. Ponsel Sam bernyanyi riang, gadis itu segera mengeluarkan ponsel dari saku seragam sekolahnya.

“Ya, ini aku” tanpa banyak menunggu, panggilan itu segera dijawabnya “Sudah kuselesaikan. Akan ku kirim detailnya. Silahkan pelajari dan selanjutnya tinggal menunggu kepulanganku” kata Sam dengan serius mendengarkan perkataan seseorang yang sedang berbicara dengannya “Aku masih punya waktu beberapa bulan lagi tapi jika memang ada yang sangat serius maka akan kupertimbangkan kepulanganku lebih awal tapi sebaiknya jangan menghubungiku sebelum aku kembali—yeah, aku cukup menikmati liburan kali ini” kata Sam, ia tertawa pelan sebelum mengakhiri pembicaraan tersebut.

Raut wajahnya yang tiba-tiba terlihat serius, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Langit telah berwarna orange, sore yang cerah terlukis seperti sebuah siluet yang indah. Sam berjalan santai menuju tempat sepedanya yang terparkir, gadis itu banyak menghabiskan waktunya di atap sekolah. Area sekolah yang begitu luas sudah sangat sepi dan lenggang.

Sam segera mengayuh pedal sepedanya. Ia hampir sampai di pintu gerbang sekolah. Matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dengan jarak beberapa meter di depannya. Sosok yang sangat ia kenal, seorang pemuda dengan postur tubuh yang tinggi, punggungnya yang gagah terlihat jelas di mata Sam. Sam memperlambat lajut sepeda ketika sejajar dengan orang itu. Siwon menoleh pada Sam yang bersepeda di sampingnya.

“Kau..” ujar Siwon. Ia tak heran lagi melihat Sam yang lebih sering meninggalkan sekolah ketika malam hampir menjemput.

“Tak seperti biasanya?” Sam yang heran melihat Siwon yang berjalan kaki. Siwon hanya diam, seperti biasanya tanpa banyak bicara.

Kedua orang itu lebih banyak diam bahkan ketika akhirnya mereka telah berada di luar gerbang sekolah.

“Butuh tumpangan?” Sam akhirnya memecahkan kesunyian diantara mereka dengan tawaran baik hatinya itu.

Jalan kecil dan lurus yang merupakan akses khusus menuju sekolah bergengsi itu tampak sunyi. Barisan pepohonan yang berjejer rapi di sepanjang jalan, tampak sesekali meliuk-liukan dahannya membuat daun-daun berguguran dan mengotori jalan, apalagi saat ini musim gugur telah bertakhta. Sebuah sepeda yang dikendarai oleh dua orang anak muda tampak melaju sedang.

Siwon mengayuh pedal sepeda dengan tidak begitu kencang, sementara itu Sam yang duduk di belakangnya hanya diam. Tak banyak percakapan yang terjadi diantara kedua orang itu. Mereka hanya menikmati autumn di sore hari yang terlihat lebih indah dan memukau.

Angin sore yang berhembus lembut mempermainkan rambut Sam serta meniup wajahnya membuat Sam mulai mengantuk. Ia tak dapat mengendalikan rasa kantuk yang menyerangnya dengan hebat. Mata Sam mulai tertutup dan akhirnya ia benar-benar tertidur dengan kepalanya yang tersandar di punggung Siwon. Pemuda itu sempat terkejut saat merasakan sentuhan di punggungnya, ia menoleh sejenak pada Sam yang matanya telah tertutup. Siwon hanya tersenyum tipis, ia mengayuh sepedanya lebih pelan dan berhati-hati agar gadis itu tidak terbangun.

Perjalanan yang cukup panjang dilalui dengan kebungkaman sampai akhirnya mereka tiba di kediaman Francaise. Laju sepeda yang melambat dan akhirnya berhenti.

“Sam” Siwon memanggil nama Sam. “Sam, bangunlah kita sudah sampai” ulang Siwon yang mencoba menyadarkan Sam jika mereka telah tiba di rumah. Sam tak memberikan reaksi, “Sam!” Siwon kembali memanggil nama gadis itu. Sam masih setia menyandarkan kepalanya di punggung Siwon.

Siwon tak lagi berusaha untuk membangunkan gadis itu, ia cukup tahu kebiasaan tidur Sam yang buruk dan sulit untuk dibangunkan. Kedua orang itu masih mempertahankan posisi mereka, Siwon yang dengan sabar menanti Sam bangun dari tidurnya dan sesekali menoleh memandangi wajah Sam dengan tatapan hangatnya.

Mata Sam mulai terbuka, ia terbangun dari tidurnya dan sangat heran melihat langit yang telah gelap gulita.

“Aneh, mengapa perjalanannya bisa memakan waktu yang lama?” Sam menatap Siwon dengan heran, ia merasa aneh dengan waktu yang sedang berjalan. Pemuda itu hanya diam tanpa memberikan alasan apapun pada Sam.

“Terima kasih” kata Siwon sambil menyerahkan sepeda itu pada Sam dan langsung berlalu dari hadapan Sam.

“Tunggu” cegat Sam, Siwon berhenti dan membalikan tubuhnya. Sam berjalan pelan menghampiri Siwon, ia terlihat merogoh saku seragamnya lalu menyerahkan sesuatu pada Siwon.

“Ini…” Siwon keheranan melihat selembar daun berwarna kuning kemerahan di tangannya “Mengapa?” tanyanya tak mengerti.

“Untukmu” jawab Sam singkat.

“Untukku?” Siwon semakin tak mengerti.

“Anggap saja hadiah dariku” kata Sam. Siwon terlihat serius mengamati selembar daun yang dipegangnya, “Seperti apapun bentuknya, daun itu mungkin tak memiliki arti apa-apa tapi tetap saja itu adalah sebuah pemberian—kau harus menerimanya, setidaknya sebelum kau membuangnya kembali” Sam tersenyum tipis dan langsung berlalu begitu saja dari hadapan Siwon yang hanya terpaku memandangi daun dengan tatapan kebingungannya.

~.o0o.~

Keributan terdengar dari dalam kelas. Tak biasanya kelas seberisik itu, Sam dan Aline tak terlalu mempermasalahkan kegaduhan yang ditimbulkan teman-teman sekelasnya. Dua gadis itu sangat serius membahas tugas yang baru saja diberikan oleh guru mata pelajaran sebelumnya.

“Huffth…” Aline membuang nafas. Ia lalu menatap Sam cukup lama.

“Ada apa?” Sam merasa heran dengan tatapan Aline.

“Kau melakukannya dengan sangat baik” ujar Aline “Entah apalagi yang tidak bisa kau lakukan Sam. Kau pintar, cantik dan menyenangkan” tatapan iri Aline membuat Sam menepuk kepala gadis itu dengan buku yang dipegangnya, Sam tersenyum geli dengan tingkah Aline.

Perhatian teralih ketika Siwon memasuki kelas tersebut. Ia menghampiri Donghae yang sedang bercengkrama dengan beberapa temannya. Gadis-gadis di kelas itu langsung heboh melihat kedatangan Siwon. Sam dan Aline hanya saling pandang dan tertawa geli melihat tingkah gadis-gadis itu. Keduanya lalu memperhatikan Anne, Fleur, Caron dan Cleo.

Keempat gadis itu berbisik-bisik dan terus menatap Siwon. Anne tersenyum tipis ketika ketiga sahabatnya tampak mengatakan sesuatu padanya, senyuman itu terlihat sangat angkuh dan bangga.

“Apa yang mereka bicarakan?” gumam Aline yang melihat Siwon dan Donghae tampak serius.

Siwon dan Donghae tak perduli dengan tatapan para siswi di kelas itu juga para siswi kelas lain yang berdiri di ambang pintu. Tatapan mata Siwon yang tak hanya sekali tetapi berkali-kali tertuju pada Sam. Ia memang sedang berbicara dengan Donghae tapi matanya lebih sering menatap Sam, tatapan mata yang dingin dan lembut. Aline tampaknya menyadari itu, ia terus memperhatikan Siwon dan Sam.

“Sepertinya Siwon terus menatapmu?” Aline memandangi Sam “Apakah ada sesuatu diantara kalian?” ia kembali melontarkan pertanyaan.

“Tidak” jawab Sam sangat singkat.

“Benarkah?” Aline bergumam setengah tak percaya “Ah, ini sangat tak biasa dan ini membuatku semakin yakin. Aku rasa Siwon menyukaimu”

“Apa?” Sam tertawa mendengar ucapan Aline “Jangan mengada-ada” lanjut Sam.

“Lihatlah, tatapan matanya yang tak pernah melepasmu. Ia bahkan tak perduli dan tak sedikitpun menoleh pada Anne” kata Aline “Tapi Sam, apa mungkin hanya perasaanku saja? Kau terlihat sedikit aneh. Atau, mungkinkah kalian berdua…”

“Tutup mulutmu!” potong Sam sebelum Aline melanjutkan perkataannya. Gadis itu lalu meraih buku yang terletak di atas meja. Sam terlibat dengan buku yang di pegangnya. Tapi konsentrasi Sam terganggu, ia tak bisa berkonsentrasi dengan baik ketika membaca buku tersebut, matanya kembali mengamati Siwon yang masih berada di kelas itu—bersama Donghae. Sementara itu, Anne sedang memandangi mereka dengan sorot mata yang begitu aneh. Sorot mata yang terlihat penuh amarah, kebencian dan rasa cemburu. Ia menyadari jika tatapan mata Siwon tak lagi tertuju padanya.

***

Sam melangkah gontai. Lagi-lagi ia kehilangan semangatnya yang selalu menggebu-gebu. Ucapan Aline terakhir kali membuat Sam memikirkan banyak hal, seumur hidupnya baru kali ini Sam merasa terusik terlalu jauh. Ia tak sadar, entah sejak kapan jadi selalu memikirkan orang itu. Kali ini Sam benar-benar keluar dari kepribadiannya, ia tak tentram dengan isi hatinya.

Sekolahpun tampak sepi meskipun belum semua siswa meninggalkan sekolah. Sam hanya mengikuti kemana kaki membawanya pergi, ia membiarkan kakinya yang menjadi raja. Mata Sam tertuju pada sebuah pintu yang tak terkunci rapat, ia lalu menghampiri pintu itu—mengintip ke dalamnya.

Ruang tempat berlatih basket, ruangan itu tampak sunyi, tribunenya pun tampak kosong—tak ada seorangpun di sana. Sam berjalan ke tengah-tengah lapangan, ia lalu memunguti salah satu bola diantara beberapa lainnya. Matanya menatap ring dengan tajam dan—ia melemparkan bola itu tapi tak mengenai sasaran.

Sam mencoba melakukannya berkali-kali, tapi ia tetap gagal. Tak satupun bola yang dilemparkannya berhasil memasuki ring. Sam tak menyadari jika ia tak lagi sendiri, seseorang telah duduk di tribune, memperhatikannya sejak beberapa menit yang lalu. Sam terkejut melihat Siwon.

“Sejak kapan kau disitu?” tanya Sam dengan santai, ia telah berhasil mengatasi keterkejutannya.

Siwon tak menjawab pertanyaan gadis itu, ia hanya beranjak, meninggalkan tribune untuk menghampiri Sam. Menatap Sam sejenak dengan datar.

“Ternyata kau masih manusia” kata Siwon, kata-kata itu hampir membuat emosi Sam meledak “Selama ini aku mulai yakin jika kau berbeda dengan kami, kau tak pernah terkalahkan. Tapi ternyata aku salah, permainan basketmu sangat buruk” ucap Siwon dengan dingin, sangat pedis di telinga dan terdengar seperti sebuah sindiran.

“Kau menikmatinya” desis Sam kesal.

Siwon tak menggubris perkataan Sam. Ia mengambil bola basket yang sedang di pegang oleh Sam. Siwon langsung melempar bola tersebut dan dalam satu tembakan, bola itu dengan tepat masuk ke dalam keranjang.

“Mau bermain?” tanya Siwon. Selalu sama, dengan nada datarnya dan wajah yang hampir tak berekspresi. Sam tersenyum tipis, tatapan matanya terlihat menerima tawaran Siwon.

Tak berapa lama, Siwon dan Sam telah saling kejar-kejaran dengan bola yang selalu dikuasai oleh Siwon. Sam berusaha untuk merebut bola di tangan Siwon, tapi usahanya selalu gagal, dan terus-terusan gagal. Sam mulai kehilangan kesabaran, ia lalu sedikit bermain curang dengan mendorong bahkan menggait kaki Siwon sehingga tak jarang membuat Siwon terjatuh.

Sam lebih sering tertawa melihat Siwon yang berulang kali menjadi bahan kejahilannya, pemuda itupun ikut tertawa. Ia bangkit dan kembali berusaha untuk meraih bola yang ada di tangan Sam. Mereka saling mengejar, saling merebut bola dengan segala upaya, Siwon yang melingkarkan tangannya di tubuh Sam, membuat Sam terkurung di balik kokohnya tangan Siwon yang berusaha untuk meraih bola yang dijaga mati-matian oleh Sam —tawa lebar dan ceria terlihat jelas di wajah Siwon dan juga Sam.

Pertama kalinya Sam berhasil mencetak angka, gadis itu langsung berteriak histeris, berlompat-lompat kegirangan. Melihat itu, tawa Siwon semakin meledak—pertama kalinya juga bagi Sam untuk bertingkah kekanak-kanakan. Kedua orang itu terus bermain hingga keringat membasahi tubuh mereka, terlalu asyik seakan waktu terhenti hanya untuk keceriaan itu. Bahkan mereka tak menyadari jika di balik pintu, seseorang telah mengawasi mereka sejak tadi. Anne menatap dengan mata yang penuh amarah, tangannya mengepal dengan sangat kuat melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

~.o0o.~

Aline berjalan tergesa-gesa. Begitu turun dari mobil, ia terlihat setengah berlari memasuki gedung sekolah. Aline langsung duduk di samping Sam yang sedang sibuk dengan laptopnya.

“Jadi, ini benar-benar terjadi?” Aline menyerahkan majalah yang dibawanya kepada Sam. Sam menerima itu, ia lalu mengamati halaman depan majalah tersebut. Wajah Siwon dan Anne menghiasi halaman depan.

“Siapa yang kau tanyai?” Sam menatap Aline, seolah-olah mengatakan bahwa ia tak perlu ragu lagi dengan berita tersebut.

“Ini kejutan. Meskipun kabar ini sudah lama beredar, tapi aku tak menyangka jika mereka benar-benar akan bertunangan” kata Aline, menanggapi berita tentang pertunanganan Siwon dan Anne yang diberitakan dengan resmi.

“Tak perlu seheboh itu” kata Sam santai, ia kembali memfokuskan diri dengan laptopnya, tak perduli jika Aline masih berusaha untuk menerka-nerka. Tangan Sam yang semula mengetik dengan sangat lincah, kecepatannya berubah dan akhirnya berhenti. Ia memikirkan sesuatu, sorot matanya terlihat aneh—lalu akhirnya kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dengan diumumkannya pertunanganan dari anak-anak konglomerat secara resmi di media massa, sontak saja langsung menarik perhatian semua orang. Semua sedang membicarakan berita hangat tersebut, tak ketinggalan dengan sekolah tempat kedua orang yang akan bertunangan itu menimbah ilmu. Setiap sudut sekolah, murid, guru, staff, dewan-dewan bahkan petugas kebersihan tak luput membicarakan pertunanganan tersebut.

***

Siwon berjalan tegap di koridor rumahnya yang begitu luas. Beberapa pelayan yang berpapasan dengannya langsung memberi hormat, sesekali mereka menoleh pada Siwon dengan tatapan terkesima. Siwon memang sangat di kagumi, dengan wajah tampannya yang berkharisma dan tegas, ia benar-benar gambaran yang sempurna untuk seorang pangeran masa kini. Tak berapa lama kemudian, Siwon telah memasuki sebuah ruangan yang sangat luas, ruangan yang tertata rapi dengan beberapa lemari berisikan buku-buku serta perabotan juga lukisan mahal yang menghiasi ruangan tersebut.

Ayah dan Ibunya tampak duduk menikmati sore hari dengan santai, beberapa orang pelayan yang berdiri tak jauh dari kedua orang itu, siap untuk melayani majikan kaya raya mereka. Siwon berjalan menghampiri Ayah dan Ibunya lalu ikut bergabung bersama mereka.

“Kau sudah datang” Nyonya Francaise tersenyum lembut, seperti biasanya.

“Mengapa begitu tiba-tiba mengumumkan pertunanganan?” tanya Siwon, ia terlihat santai tapi tetap tak meninggalkan ketegasannya.

“Ah, Ibu sudah menduga, kau pasti merasa tak nyaman sejak pemberitaan itu” ujar Nyonya Francaise, ia lalu meneguk teh di gelasnya dengan anggun.

“Cepat atau lambat, semua akan terjadi” kata Tuan Francaise “Awalnya pertunanganan akan dilangsungkan setelah kau lulus tapi rencana berubah, kami sepakat untuk mempercepat pertunanganan kalian. Hanya tinggal hitungan bulan, kau akan menamatkan pendidikanmu”

“Kau tidak perlu khawatir Siwon, kau cukup bertunangan terlebih dahulu. Kalian masih terlalu muda untuk menikah” kata Nyonya Francaise “Kami sudah sepakat, pernikahan dilangsungkan setelah kau menerima ijazah perguruan tinggi” Nyonya Francaise menatap putra sulungnya dengan penuh rasa sayang.

Siwon terdiam, hatinya mendadak lirih mengetahui dirinya akan segera bertunangan dengan Anne.

“Ada apa?” tanya Nyonya Francaise yang menyadari perubahan wajah Siwon, ia curiga melihat kemurungan di wajah itu. Kesedihan dimata Siwon tertangkap oleh wanita cantik itu. “Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu?” tanya wanita itu lagi.

“Dia hanya gugup menghadapi pesta pertunangannya” Tuan Francaise berkata dengan senyum menggoda, tak tahu jika bukan itu yang ada di hati Siwon “Akan sangat baik jika dapat menikahi anak keluarga Petitjean. Dia sangat sesuai dan serasi denganmu” ujar Tuan Francaise. Siwon tak banyak bicara.

Siwon keluar dari ruangan tersebut, langkahnya terlihat sangat gontai. Raut wajah yang penuh beban dan tampak tidak tentram, pikirannya sedang berkecamuk. Di depan sana, Donghae sedang berjalan, mereka berpapasan.

“Kudengar, Ayah dan Ibu memanggilmu” ujar Donghae.

“Iya” Jawab Siwon.

“Aku belum memberikan selamat atas pertunangananmu” kata Donghae dan hanya disambut dingin oleh Siwon “Aku rasa kau tidak keberatan?” pancing Donghae.

“Aku tak tahu” kata Siwon.

“Kau mulai ragu?” tanya Donghae, ia terus memancing Siwon untuk berbicara lebih banyak “Jika begitu, mengapa tak membatalkan pertunanganan itu?” tanya Donghae. Siwon menatapnya tajam.

“Apa yang ingin coba kau katakan?”

“Aku rasa kau sudah mulai berubah haluan” kata Donghae “Tujuanmu tak lagi sama, kau tak lagi merasa nyaman dengan pertunanganan itu. Atau mungkinkah, hatimu telah berubah?”

“Donghae”

“Kau mengerti apa yang aku katakan” tukas Donghae “Mengapa tak mencoba jujur? Sebenarnya aku lebih suka jika kau terus melanjutkan pertunanganan itu tapi aku merasa sangat egois—aku mungkin bisa mentolerir perasaanmu itu” ujar Donghae dengan nada yang serius, matanya tampak dingin memandangi Siwon.

Kakak beradik itu saling beradu pandang, seperti sedang berkelahi dengan hati masing-masing.

“Aku tak ingin berdebat denganmu!” Siwon segera meninggalkan Donghae. Donghae menoleh memandangi punggung Siwon.

“Dasar bodoh! Apa yang barusan kau katakan? Kau masih bisa mentolerir semua itu? Apa kau berniat untuk menjadi seorang pahlawan?” Umpat Donghae dalam hati, ia sedang menertawakan kebodohannya. Cukup lama Donghae terdiam “Kurasa aku tak mungkin egois terhadap saudaraku sendiri. Lupakan! Dia itu sainganku!” Donghae menggeleng kasar, ia hampir gila memikirkan semua itu “Baiklah jika seperti itu maumu. Aku sudah memberikan kesempatan padamu dan aku akan mencoba untuk mengalah, jika kau tak mengambil kesempatan itu maka jangan salahkan aku untuk benar-benar menjadi sangat egois! Kau akan menyesal, Siwon” Donghae bertekad dalam hatinya, keputusannya telah bulat. Ia hanya akan membiarkan waktu yang menentukan semuanya.

~ to be continue ~

216 respons untuk ‘I Fell In Love, My Trouble Maker Girl (Part 7)

  1. tifanyys49 berkata:

    Kyaaa akhirnya jadiannnn.
    Jgn’ td sih wonhae malah ngmgin tntg sam ya?:o
    Yah kasian bgt ud tunangan. Ud tau kl sih siwon bakal suka sm sih sam

  2. Uzy berkata:

    Sam kayaknya udah mulai ada perasaan sama siwon oppa ..
    Hemmm Sam ini bener bener penuh dg teka teki deh ..
    Duh dong hae oppa bakal jadi rival kakaknya ndiri tuh ^_^

  3. chunchan berkata:

    jangan2,,,,ksibukan sam ada hubungannya ama penelitian yg dilakukan ama ibunya sam,,,,

    sam am siwon ky’nya ud saling suka,,,,,,

    kasian amat siwon ditunangin am anne,,,,

    pasti pertungan yg tiba2 dimajukan ntu gra2 anne yg merengek2 k ortune,,,

  4. ydeedhany berkata:

    Rumus masalahx mulai keliatan disniii,,
    Rempong kan klo dua”an suka sama sam,, huhuft
    Tp kayakx itu tunangan dicepetin jga atas kmauanx si anne deh bzzz

  5. tika berkata:

    siwon berubah haluan. iyalah di lihat dr manapun, sam jauh lebih memikat.cantik, pintar, jagoan, kaya.
    pria mana coba yg gk kepincut. aq maklumi koq klau kakak beradik prancaise suka sama sam.

    sebenarnya sam lg ngerjain proyek apaan sih? sibuk banget.
    gk rela kalau siwon jatuh ketangan anne.

  6. tika berkata:

    siwon berubah haluan. iyalah di lihat dr manapun, sam jauh lebih memikat.cantik, pintar, jagoan, kaya.
    pria mana coba yg gk kepincut. aq maklumi koq klau kakak beradik prancaise suka sama sam.

    sebenarnya sam lg ngerjain proyek apaan sih? sibuk banget.
    gk rela kalau siwon jatuh ketangan anne.:-(

  7. Nana berkata:

    asiiiikkkkk…. hyukjae-aline!
    udah mulai drama nih (anne-siwon-sam-donghae). bagus bagus bagus…
    n kayaknya sam bakalan ngelanjutin proyek ibunya deh.. ya nggak?

  8. mayang berkata:

    semenjak liburan itu , sam bilang dy merasa kehilangan sesuatu , ehmm uda tau deh itu kehilangan siwon . xixixixi
    tuh kan kl sam am siwon lgy berdua mereka keliatan jd diri sendiri , sampe ketawa segitu lebar nya ,sampe gg sadar disekitar ternyata ada yg liat panas membara , hahahaha
    tpi ttep seh buat sam am siwon bersatu agak sulit , aplgu siwon uda tunangan kan am anne -_-
    ehm dlu seh sok sok an jual mahal nolak siwon , ehh sekarang giliran siwon uda berpaling dr anne uda kelabakan emosi gaje , hahhaha
    ya apapun kesulitan nya yakin deh siwon am sam bisa sma” kan nasib mereka uda ditentuin bahagia am author nya ,hehehehe
    aseekkk lee hyuk jae gentle bangett deh nyatain cinta plus ciuman didepan umum demi seorang aline , chukae uda jadian , long last 😀
    playboy nya uda insyaf , kkkkkk
    ayoo hae am siwon siapa coba yg dapet hati sam , huhuhu
    btw apa seh yg sebener nya sam lakuin ditelpon itu ???!
    ehm mencurigakan ??????
    coment aq slalu absurd ,. hihihi

  9. vieveelaristy berkata:

    Hyukjae jadian dgn Aline
    hurrrayyyy
    trus akhirnya smw tau siapa Sam sebenarnya
    Hurrrray lagiiiii….
    Di part ini byk adegan romantisnya
    Hurrrrrayyy lagi n lagi
    tapiiiiiii……
    kasihan ma donghae… kykny Sam lebih berat k Siwon deh…
    trus kasihan jg ma siwon d tunangin ma nenek sihir si anne…. (duh… aq sbnrny dukung sam ma siwon atw donghae seeh???)
    Penasaran jg sam sbnrny sdang ngerencanain apa yaaa???

  10. Tia Destyliana berkata:

    waaahhh dua bersaudara sama” menyukai sam,. >.<
    Aaaaaaa sam lho semakin romantis dengan siwon,. ^^

  11. nurwiniaprilia berkata:

    memperebutkan sam? Padahal sam sendiri pasti gak tau apa apa . Anne terlalu kaku, kyk robot . Haha centil gak, jahat setengah setengah 😀

  12. lyra berkata:

    semakin mendebarkan…… aduuuhhh… sam n siwon ud mulai something…
    tapi apakah siwon mw nyerah begitu j?? gak mengakui perasaannya k sam??? trus nrima bertunangan dg anne???
    aah sam km sibuk apa sih??

  13. citra97 berkata:

    ah nyesek bngt baca part ini
    sam benar benar wanita tangguh

    wow hyukjae so sweet bngt
    ungkapin cinta didepan umum

    cinta segitiga Sam,Siwon,Donghae
    siwon masih aja ragu ama perasaanya

  14. zcheery berkata:

    sebelumnya aku mau bilang, kak marchia tulisan/ketikan mu yg sangat panjang dan mendetail ini sangatlah hebatttttt
    nggak pernah terlintas djpikiranku ttg seseorang yg bakal bikin satu part panjang dengan part part berikutnya.. daebbaakkk
    ah ya ada semacam typo yg keselip kata kyuhyun tadi wkwkwkwk..
    oke aku penasaran sama apa yg dikerjakan dan di telpon oleh sam, you’re so awesome kak!♡

    baiklah kalau begitu aku lgs saja ke part berikutnya😊

    • marchiafanfiction berkata:

      hahahahahaff ini panjang banget soalnya, 3 ratus lebih halamannya. wkwkwkwkmakasih ya, iya, typo masih bertebaran dan sy dah bingung mau ngeditnya di sebelah mana hihihi

  15. @R_ELFIna berkata:

    Biasanya aku akan menebak-nebak jalan cerita, dan biasanya benar atau hampir benar.
    Tapi kali ini aku selalu salah jika menebak jalan cerita ini, tidak sepenuhnya salah tapi selalu melenceng dari pikiran 😀

  16. Tata berkata:

    Kayaknya nih ya, sam itu bakalan jadi penerus ibunya, makanya dia sibuk banget.

    Ahh Siwon kenapa nggak batalin tunangan nya? Tar hae beneran rebut sam looo

  17. sy_pyeol berkata:

    Ksian bngt sam. Untung disaat2 sprti itu ad siwon. Sam spertinya sama kya ibunya deh, selalu suka sam-siwon moment..pngen nii psangan mmpunyai bnyak skinshipsoalnya nii psangan dingin bng. Duhhh si anne yg licik psti dy deh mnta ortunya untuk percpat pertunangan. Nyebelin bngt…siwon tolak dong pertunagannya,, ksian sam… donghae mulai bertindak…..jng ampe sam sma donghae dong……sama siwon aj..hihihihi

  18. tyand berkata:

    Sepertinymemang siwon sudah pindah haluan tdk lg memandang anne tp sekrg sam lah yg slalu dy pandang n sam n sepertiny mulai merasakn hal sama seperti sam
    Apa yg sebnrny dirahasiain sam, kmp dy misterius se kali dan dlm pembicaraanny dg org laen di telefon knp sgt misterius n penuh teka teki, apa maksd dy blg liburan yg mrnyenangkn, apa yg sebenarny dy rencanaksn y
    Baca tiap part slalu bikin penasaran, pengen lanjut lg n lg padahal mata dh 5watt
    Heeee
    Pokokny ceritanu bgs bgtt n feel dpt bgt, baca ff ini berasa baca novel eonn
    Knp g coba bikin novel pasti keren eonn

  19. Yiatri2499 berkata:

    akhirnya jaelin bersatu jga…. Mkin penasaran ama rahasia sam…. Ntar hae ama siapa yah?? Fighting eon;)!!

  20. bebygyu berkata:

    nyesek deh di part ini kenapa ada orang yag kuatnya kaya si samanta yah q mau belajar ngatur ekspresi ah sama dia

  21. Hana berkata:

    wiiih, saingan nih Siwon sm Donghae,
    br smp part ini aja, aku dah dibikin trcengang sm jalan ceritanya, keren ka Marchia..

  22. Widya Choi berkata:

    Ksian liat hyuk am sam. Mrk pst sedih bgt atas kprgian ibu ny. Trlbih sam, d balik wajah datar ny itu tyta dy sngat rapuh. Cm dy g bs mngekspresikan ksedihanny am smua org.. tp yg pst dy jg sm kyk hyuk. Sm mrasa khilanganny.
    Cie cie akhirny aline am hyuk jadian jg. Senang ih liat ny 😊😊😊
    Wahhh yg td ny benci am sam skrg malah balik cari muka am sam. Dasar pd muka 2. Hadeuhhh.
    Aigo..knp siwon mesti d tunangin am anne. Ayo tolak aj..jgn mau sm anne. G suka ih huhuhuhu.

  23. MissChoi berkata:

    Cie yg udah jdian akhrnya stelah melewati kslahpahaman, siwon mgkin gk brani blg ke ortunya buat btlan pertnngan krn dia mrasa hrus brtanggung jwb sbgai anak tertua dan penerus utama

  24. riankyu berkata:

    gw mewek d snii.. hiks hiks apa lgi pas siwon meluk sam trus sam nangis.. gk tw mw ngomong apa lgi.. kasian bnget sam.. tpi akhirnya dy bsa ktwa lgi pas sma siwon. . tpi bklan nangis lgi psti.. soalnya siwon jdi brtunangan.. siwon knpa lu gk mmbangkang dkit sihh.. aishh

  25. kyunie berkata:

    wah,antara siwon ma sam ada anne ma donghae…kr2 bkal ky gmn nh persaingan slg memperebutkan hati#jiah,lebay bgt dh bhasa aq..hehehe
    org2 akhrny tau sam bkn org smbrangan.tp,sbnrny apa sh yg lg dkrjain sam?sbnrny ada rhasia apalg ya yg sam simpen??..
    awww,hyukieee…keren bgt!aq jd snyum2 sndr pas adegan hyuk nyatain ke alien,hehehe

  26. Cho Sarang berkata:

    Hanya siwon yang tahu gimana perasaan sam dan penderitaannya tanpa sam mengatakan apa yang dirasakannya dan hanya pada siwon lah akhirnya benteng pertahanan yang sam bangun tinggi runtuh dipelukan siwon dan tanpa mereka sadari sebenarnya mereka saling tertarik tapi ada penghalang Diantar mereka yaitu donghae dan anne

  27. My labila berkata:

    perasaan siwon tak lagi sama untukmu anne puasa aku, sepertinya itu si anne suka sama siwon tp dia itu gengsian pengen siwon ngejar dia eh sekarang siwon pindah haluan kasihan tuh si anne,lupakan anne, siwon sepertinya cinta sama sam, sam juga sepertinya cuma dia belum menyadarinya, donghae juga kenapa harus suka sam, kenapa gak suka sama aku aja wkwk… eh dek kyuhyun kemana ya kok gak kelihatan, next baca….

  28. nissa kim jw berkata:

    Dari awal liat si anne sosoan gak peduli sama si siwon kya gk suka sma siwon tpi pas liat siwon sma sam dkt..kliatan bngt gk suka nya

  29. HanShaJoo berkata:

    Ibunya Sam dan hyukjae meninggal.. Tapi Sam sampe segitunya nutup diri menangis pun tdk saat ibunya meninggal.
    Saat semua orang tau siapa sebenarnya Sam, mereka tampak sok akrab dan peduli pada Sam padahal sebelumnya mandang rendah. Manusia memang tdk bisa diperkirakan..
    Akhirnya aline sama hyuk jadian.
    Dan untuk Sam dan siwon mereka saling menyukai tapi entah karena apa mereka seperti menutup diri dan sulit mengungkapkan perasaan masing”. Donghae jg entah apa yg akan terjadi selanjutnya..

Tinggalkan Balasan ke lyra Batalkan balasan